Informasi Terpercaya Masa Kini

Mengapa begitu sulit menangkap presiden Korea Selatan yang dimakzulkan?

0 5

Ada lebih dari 100 petugas polisi yang dipersenjatai dengan surat perintah penangkapan, namun pihak berwenang Korea Selatan gagal menangkap Presiden Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan setelah kebuntuan selama enam jam di luar rumahnya.

Selama itulah konfrontasi dengan tim keamanan Yoon berlangsung saat mereka membentuk barikade manusia dan menggunakan kendaraan untuk menghalangi tim yang melakukan penangkapan, menurut media lokal.

Ini hal yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam politik Korea Selatan.

Perintah darurat militer yang dikeluarkan Yoon yang mengejutkan namun berumur pendek diikuti dengan pemungutan suara pemakzulan terhadapnya.

Investigasi kriminal yang ditujukan terhadap Yoon disambut dengan penolakannya untuk hadir dalam pemeriksaan dan, awal pekan ini, surat perintah penangkapan terhadap Yoon dikeluarkan.

Pemimpin sayap kanan ini masih memiliki basis dukungan yang kuat. Ribuan pendukungnya berada di luar rumahnya pada Jumat (03/12) pagi untuk menentang penangkapannya.

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

Namun, menurut banyak pihak, Yoon kini menjadi pemimpin yang dimakzulkan oleh parlemen dan diskors dari jabatannya.

Yoon kini menunggu putusan Mahkamah Konstitusi yang akan memecat Yoon dari jabatannya secara resmi

Lalu mengapa begitu sulit bagi polisi untuk menangkapnya?

Orang-orang yang menjaga presiden

Meskipun wewenang Yoon sebagai presiden telah dicopot—setelah parlemen memutuskan untuk memakzulkannya—dia masih berhak mendapatkan pengamanan.

Orang-orang tersebut memainkan peran kunci dalam menghalangi penangkapan pada Jumat (03/12).

Badan Keamanan Kepresidenan (PSS) bisa saja bertindak karena kesetiaan kepada Yoon atau karena “pemahaman yang salah mengenai peran hukum dan konstitusional mereka”, kata Mason Richey, seorang profesor di Hankuk University of Foreign Studies di Seoul.

Mengingat Yoon telah diberhentikan sementara, PSS semestinya mengikuti arahan dari penjabat Presiden Choi Sang-mok.

“Mereka kemungkinan tidak diinstruksikan oleh penjabat Presiden Choi untuk mundur, atau mereka menolak perintahnya,” kata Richey.

Beberapa pakar meyakini bahwa petugas keamanan menunjukkan “kesetiaan tanpa syarat” kepada Yoon, bukan kepada siapa yang menjabat sebagai presiden.

Faktanya, ketua PSS Park Jong-joon ditunjuk oleh Yoon pada September lalu.

“Mungkin saja Yoon telah menyemai organisasi tersebut dengan loyalis garis keras sebagai persiapan menghadapi kemungkinan ini,” kata pengacara yang berbasis di AS dan pakar Korea Christopher Jumin Lee.

Dan pendahulu Park adalah mantan menteri pertahanan Kim Yong-hyun, yang dituduh menasihati Yoon untuk memberlakukan darurat militer.

Dia saat ini ditahan untuk diinterogasi sebagai bagian dari penyelidikan kriminal terhadap Yoon.

Risiko eskalasi

Solusi “paling sederhana”, kata Lee, adalah penjabat presiden Choi memerintahkan PSS mundur untuk sementara waktu.

“Jika dia tidak mau melakukannya, itu mungkin menjadi alasan bagi pemakzulannya oleh Majelis Nasional,” tambahnya.

Choi, yang menjabat sebagai Menteri Keuangan, mengambil alih kepemimpinan negara tersebut setelah parlemen memutuskan memakzulkan pengganti pertama Yoon, Perdana Menteri Han Duck-soo.

Kebuntuan politik ini juga mencerminkan polarisasi dalam politik Korea Selatan antara pihak yang mendukung Yoon, dan keputusannya untuk memberlakukan darurat militer, serta pihak yang menentangnya.

Dan perbedaannya tidak berhenti sampai disitu saja.

Mayoritas warga Korea Selatan setuju bahwa pengumuman darurat militer yang dilakukan Yoon pada 3 Desember silam adalah salah dan dia harus bertanggung jawab, kata Duyeon Kim, seorang peneliti senior di Center for a New American Security.

Kendati begitu, menurut Kim, mereka tidak sepakat mengenai pertanggungjawaban atas aksi itu.

“Para aktor yang terlibat tidak sepakat mengenai proses, prosedur, dan dasar hukum mereka, sehingga menambah ketidakpastian politik saat ini,” jelasnya.

Ketidakpastian tersebut juga menciptakan ketegangan seperti yang terjadi pada Jumat di dalam dan di luar kediaman presiden Yoon, tempat para pendukungnya berkemah selama berhari-hari, yang berujung pada bentrokan dengan polisi.

Penegakan hukum bisa kembali dilakukan dengan lebih banyak pengerahan pasukan dan menggunakan kekerasan, tetapi hal itu akan “sangat berbahaya,” kata Mason.

PSS juga mempunyai persenjataan lengkap, sehingga petugas yang menangkap akan berusaha menghindari eskalasi.

“Apa yang terjadi jika polisi datang dengan surat perintah tambahan yang menyerukan penangkapan personel PSS, [PSS] juga menentang surat perintah tersebut dan kemudian mengacungkan senjata?” kata Lee.

Polisi kini mengatakan mereka sedang menyelidiki direktur PSS dan wakilnya karena menghalangi mereka—sehingga mungkin ada lebih banyak tuduhan dan surat perintah penangkapan yang akan datang.

Tantangan bagi badan antikorupsi Korsel

Dampak dari perintah darurat militer yang dikeluarkan Yoon juga menjadi tantangan bagi badan antikorupsi Korsel (CIO) yang menyelidikinya.

Badan yang baru beroperasi selama empat tahun ini dibentuk sebagai respons atas kemarahan publik terhadap mantan presiden Park Geun-hye.

Park dimakzulkan, dicopot dari jabatannya dan kemudian dipenjara karena skandal korupsi.

Meskipun presiden Korea Selatan pernah dipenjara sebelumnya, Yoon adalah orang pertama yang ditahan sebelum ia mengundurkan diri.

Penyelidik memiliki waktu hingga 6 Januari untuk menangkap Yoon sebelum surat perintah penangkapannya berakhir.

Mereka mungkin akan mencoba menangkap Yoon lagi pada akhir pekan, meskipun akhir pekan ini bisa menimbulkan tantangan yang lebih besar jika jumlah pendukungnya bertambah.

CIO juga dapat mengajukan surat perintah baru dan mencoba menahannya lagi.

Mengingat seberapa jauh Korea Selatan kini telah terjerumus dalam krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya, ketidakpastian kemungkinan akan terus berlanjut.

Laporan tambahan oleh Ewe Koh

Baca juga:

  • Presiden Korsel dijemput paksa setelah mangkir dari pemeriksaan
  • Presiden Korsel mengumumkan darurat militer lalu mencabutnya – Politisi oposisi mulai proses pemakzulan, demonstran serukan penangkapan presiden
  • Ketakutan, amarah dan kemenangan: Enam jam yang mengguncang Korea Selatan

Baca juga:

  • ‘Kami harus menghentikannya’ – Kesaksian perempuan yang merebut senjata tentara dan menjadi simbol penolakan darurat militer Korsel
  • Pemimpin oposisi Lee Jae-Myung ditikam, tambah panjang daftar serangan terhadap politisi Korsel
  • Kisah keluarga yang kabur dari Korea Utara melalui ladang ranjau dan badai lautan
  • Presiden Korsel dijemput paksa setelah mangkir dari pemeriksaan
  • Presiden Korsel mengumumkan darurat militer lalu mencabutnya – Politisi oposisi mulai proses pemakzulan, demonstran serukan penangkapan presiden
  • ‘Kami harus menghentikannya’ – Kesaksian perempuan yang merebut senjata tentara dan menjadi simbol penolakan darurat militer Korsel
Leave a comment