Informasi Terpercaya Masa Kini

20 Tahun Tsunami Aceh, Saat Kapal Seberat 2.600 Ton Terseret Ombak dan Terdampar di Sebuah Desa

0 3

KOMPAS.com – Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung adalah salah satu bukti kedahsyatan tsunami Aceh 20 tahun lalu, tepatnya pada 26 Desember 2004.

Tsunami yang diawali oleh gempa berkekuatan M 9,1-9,3 di pusat Samudra Hindia itu menghancurkan sejumlah wilayah Aceh.

Sebanyak 500.000 orang kehilangan tempat tinggal dan lebih dari 230.000 jiwa melayang, berdasarkan data PBB pada 4 Januari 2005.

Tak hanya itu, besarnya kekuatan tsunami bahkan mampu mendorong dan menyeret kapal PLTD Apung yang berukuran besar dan berbobot ribuan ton hingga terdampar di daratan.

Tsunami Aceh telah membuat kapal PLTD Apung tak lagi bisa menemui laut.

Baca juga: Ada Dentuman Keras dari Laut Sebelum Gelombang Air Datang di Tsunami Aceh 2004

Sejarah kapal PLTD Apung

Dikutip dari buku Ayo, Berkunjung ke Museum Kapal Apung! yang diterbitkan Kemendikbud (2023), kapal PLTD Apung 1 adalah kapal milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Dinamai Apung karena dulu kapal ini merupakan penyuplai arus listrik yang terapung di laut.

Kapal keluaran tahun 1996 tersebut memiliki panjang 63 meter, luas 1.900 meter persegi, dan berat mencapai 2.600 ton.

PLTD Apung 1 mampu menghasilkan daya sebesar 10,5 megawatt listrik.

Sebelum berada di Aceh, kapal ini telah menjelajah ke berbagai wilayah di Indonesia.

Kapal tersebut mengalirkan listrik ke Pontianak, Kalimantan Barat selama dua tahun sejak 1997. Jejaknya dapat terlihat dari tulisan WKB (Wilayah Kalimantan Barat) yang terdapat pada badan kapal.

Lalu kapal pindah ke Bali pada 1999, kemudian Madura pada 2000, dan akhirnya berlabuh di Pelabuhan Ulee Lheuhe, Aceh pada 2003, sebagaimana dilansir dari Antara (16/9/2024).

Kala itu, kapal ini berguna untuk membantu memasok listrik di Kota Madya Aceh dan Ulee Lheue.

Tidak ada yang tahu saat itu, bahwa Serambi Mekah akan menjadi perhentian terakhir kapal generator tersebut.

Baca juga: 7 Fakta Tsunami Aceh 26 Desember 2004: Gempa Setara Bom 100 Gigaton

Terseret tsunami Aceh

Pada 26 Desember 2004, sekitar pukul 07.58 WIB, gempa besar mengguncang wilayah Aceh selama 10 menit.

Selang 20 menit pasca gempa, air laut yang semula surut, tiba-tiba berbalik ke daratan. Gelombang tsunami yang ada setinggi 30 meter dengan kecepatan 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam.

Tsunami menyapu bersih semua yang ada di depannya, termasuk Kapal Apung PLTD 1 yang berbobot 2.600 ton.

Kapal terdorong gelombang pasang setinggi sembilan meter, sehingga bergeser sejauh lima kilometer dari Pelabuhan Ulee Lheue ke Kampung Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.

Sejak saat itu hingga kini, kapal Apung PLTD 1 masih berada di sana karena tidak ada yang sanggup memindahkannya ke lautan.

Baca juga: Apa Itu Megathrust yang Bisa Picu Gempa dan Tsunami di Indonesia?

Monumen Kapal Apung

Kapal yang semula hanya dibiarkan, kemudian disulap menjadi monumen oleh Pemerintah Kota Banda Aceh pada 2012.

Dikutip dari Kompas.com (26/12/2022), banyak wisatawan yang berkunjung ke museum ini untuk mengenang tsunami Aceh.

Di bagian atas monumen PLTD Apung, terdapat sebuah jam yang berada di pintu masuk.

Uniknya, jam yang dibangun dengan beton tersebut menunjukkan pukul 07.55 WIB, yaitu waktu terjadinya tsunami Aceh 2004.

Pada bagian bawah monumen ada prasasti berisi nama-nama korban jiwa di lima dusun, yakni Dusun Tuan Balik Ayei dengan 171 jiwa dan dusun Tuan Dipakeh dengan 212 jiwa.

Lalu Dusun Tuan Dikandang dengan 350 jiwa, Dusun Lampih Lubhook dengan 276 jiwa, dan Dusun Krueng Doy dengan 68 jiwa.

Jika pergi ke belakang monumen, pengunjung akan menemukan relief yang menggambarkan bagaimana kapal ini terdampar.

Di sekitar kawasan monumen ada bangunan rumah yang hancur akibat dihantam tsunami.

Monumen PLTD Apung buka setiap hari mulai pukul 09.00-17.00 WIB, tetapi akan tutup sementara setiap waktu salat zuhur dan ashar.

Baca juga: Kilas Balik 28 September, 6 Tahun Lalu Tsunami Meluluhlantakkan Palu dan Donggala

Leave a comment