Water Birth yang Dijalani Nikita Willy Tak Direkomendasikan di RI, Kenapa?
Nikita Willy melahirkan anak keduanya yang berjenis kelamin laki-laki di rumahnya di Amerika Serikat, 15 Desember 2024. Momen persalinan Nikita yang dibagikan di akun Instagram-nya jadi menarik perhatian publik, karena ia menggunakan metode water birth.
Water birth merupakan metode persalinan yang berlangsung di dalam kolam atau bak khusus yang berisi air hangat. Air hangat dianggap lebih lembut untuk bayi karena menyerupai cairan ketuban di dalam rahim. Selain itu, metode ini juga diyakini membuat rasa nyeri saat persalinan berkurang dan ibu lebih rileks.
Dokter atau bidan bersertifikat biasanya akan memandu ibu untuk menjalani proses persalinan selama berada di kolam air hangat, mulai tahap mengejan sampai bayi keluar dari jalan lahirnya.
Water birth mulai populer di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Sebelumnya, metode persalinan ini sudah lebih dulu populer di negara-negara maju di Eropa maupun Amerika, dengan pendampingan dari dokter maupun bidan bersertifikat.
Di Indonesia sendiri, selain Nikita Willy, sejumlah artis Tanah Air juga memilih persalinan dengan water birth, yaitu:
-
Sharena Delon saat melahirkan anak pertamanya pada 2014
-
Andien Aisyah melahirkan kedua anaknya pada tahun 2017 dan 2020
-
Ayudia Bing Slamet saat melahirkan putranya, Dia Sekala Bumi, pada Juni 2016
-
Widi Mulia saat melahirkan anak ketiganya di Bali pada 2015
-
Wanda Hamidah melahirkan anak ketiganya pada 2008.
Namun, rupanya metode persalinan water birth belum direkomendasikan di Indonesia, lho! Apa alasannya?
Alasan Water Birth Seperti Dijalani Nikita Willy Tidak Direkomendasikan di Indonesia
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, menjelaskan, sejauh ini Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) tidak merekomendasikan persalinan metode water birth. Sebab, ada beberapa risiko yang bisa membahayakan bagi bayi maupun ibunya.
“Kalau water birth memang belum direkomendasikan oleh perhimpunan kita (POGI). Jadi, pertimbangannya karena lebih ke faktor keselamatan,” ujar dr. Dinda kepada kumparanMOM.
Ya Moms, meski water birth dianggap memiliki berbagai kelebihan, risiko keselamatan ibu dan bayi tetap perlu diprioritaskan saat persalinan. Beberapa risiko yang mungkin terjadi antara lain: bayi tenggelam, menyebabkan aspirasi atau bayi menelan atau menghirup air hingga membuatnya kekurangan oksigen, terkena infeksi, hingga kematian pada bayi.
Dokter yang praktik di RS Brawijaya Antasari itu mengungkapkan, faktor lainnya adalah kontrol ketat dari tenaga medis yang sudah harus berpengalaman.
Dan turut menjadi sorotan adalah ketika terjadi kegawatdaruratan, seperti ibu mengalami pendarahan atau bayi membutuhkan resusitasi, maka cenderung akan memerlukan lebih banyak waktu untuk dibawa ke fasilitas kesehatan.
“Dari kompetensinya, siapa yang membantu persalinan dan bagaimana pemantauannya. Lalu bagaimana kalau terjadi kegawatdaruratan, sehingga ibu harus dilarikan ke rumah sakit, transportasinya harus khusus. Itu beberapa pertimbangan di Indonesia belum ada peraturan yang membolehkan persalinan dengan water birth,” tegas dr. Dinda.
Menimbang berbagai risiko tersebut, maka saat ini water birth tidak dianjurkan untuk dilakukan di Indonesia, Moms. Begitu juga tidak ada cara yang lebih aman untuk melakukan persalinan water birth, selain persalinan yang dibantu oleh dokter maupun bidan di rumah sakit atau klinik bersalinan.
“Karena perhimpunan kami (POGI) tidak merekomendasikan untuk water birth, baik di rumah atau RS, jadi tidak ada rekomendasi cara yang aman [untuk melakukan water birth],” tutup dr. Dinda.