Perang Saudara Suriah Masih Berlangsung, Pemberontak Pro-Turki Serang Pemberontak Pro-AS
DAMASKUS, KOMPAS.TV – Pertempuran masih berlangsung di timur laut Suriah usai pemerintahan Bashar Al-Assad ditumbangkan pemberontak pada akhir pekan lalu. Kelompok pemberontak yang didukung Turki dilaporkan menyerang wilayah yang dikontrol pemberontak yang didukung Amerika Serikat (AS).
Organisasi Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan bahwa Syrian National Army (SNA) meluncurkan serangan ke Manbij, Kegubernuran Aleppo dan merebut kota tersebut dari kontrol Syrian Democratif Forces (SDF).
SNA merupakan kelompok pemberontak yang didukung Turki, sedangkan SDF didukung AS. Keduanya berbeda dari Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) yang merebut Damaskus pada Minggu (8/12).
Baca Juga: Pengamat Sebut Israel Berpeluang Ikut Campur dalam Revolusi Suriah, Iran Merugi
Menurut laporan SOHR, SNA mengirim serangan artileri ke Desa Zarfan, dekat Manbij dan menewaskan setidaknya 10 orang. Sedangkan serangan SNA ke Desa Tarmy dilaporkan membunuh dua anak.
Sebelumnya, serangan drone Turki juga dilaporkan menewaskan 11 orang dari satu keluarga, termasuk enam anak di Desa Al-Mustariha, wilayah Al-Raqqa.
Serangan SNA ke Manbij dilaporkan memaksa penduduk kota mengungsi ke timur Sungai Eufrat. SOHR pun menyebut pasukan SNA “merusak properti warga sipil dan membakar rumah mereka.”
Kota Manbij sendiri disebut sebagai salah satu hub strategis bagi kelompok milisi Kurdi, YPG yang memimpin SDF. Di kota ini, milisi Kurdi dengan bantuan pasukan AS dalam pertempuran melawan ISIS pada 2016 silam.
Pertempuran SNA dan SDF pun menunjukkan tantangan konsolidasi politik Suriah usai menumbangkan rezim Al-Assad. Profesor di Doha Institute for Graduate Studies, Mohamad Elmasry menyebut Suriah sedang bertransformasi dari otoritarianisme menjad pembagian kekuatan di tengah banyaknya faksi bersenjata yang berkepentingan.
“Saya kira prioritasnya sekarang adalah menstabilisasi negara ini (Suriah),” kata Elmasry dikutip Al Jazeera, Selasa (10/12).
Baca Juga: Suriah Menatap Era Baru Pasca-Assad, Pengamat Sebut Indonesia Bisa Jadi Teladan Berdemokrasi