PKS yang Dibuli, PKS yang Peduli
Oleh: K.H. Muhammad Nuh, MSP
Dinamika politik menjelang, saat proses pelaksanaan , dan sesudah Pilkada Serentak 27 November 2024 memprihatinkan. Di antara yang mengemuka adalah penghujatan antar kelompok, khususnya pendukung satu kandidat dengan pendukung kandidat yang lain.
Kasus Sumatera Utara dan Jakarta, yang banyak dipersalahkan adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Padahal, masing-masing Parpol punya mekanisme dalam pengambilan keputusan. Demokrasi, sejatinya mengarahkan publik untuk saling menghormati. Bila ada pihak yang merasa dirugikan, jalur hukum bisa digunakan untuk mendapatkan keputusan atau jalan keluar yang terbaik.
Mencermati kondisi yang kurang menentramkan hati ini, tokoh umat, Habib Rizieq Syihab (HRS) mengimbau agar pendukung PKS dan pendukung Anies, jangan mau diadu domba…
PKS sebagai partai politik yang lahir dari rahim Reformasi, sesungguhnya berusaha menjaga jarak terhadap konflik, apalagi sampai ke akar rumput.
Sebagai partai yang berslogan Bersih dan Peduli, tentu berusaha agar nilai-nilai luhur tersebut dapat diimplementasikan di dunia nyata, dan dirasakan oleh masyarakat banyak.
Bersih, karena memang diakui oleh banyak pihak, perbuatan yang tak selaras dengan aturan hukum minim terjadi di PKS. Peduli, dibuktikan dengan hadirnya kader-kader PKS di berbagai keadaan, utamanya bencana alam.
Tsunami Aceh 2004, dari berbagai provinsi relawan PKS melayani masyarakat korban tsunami. Rombongan relawan PKS tiada henti di Jalan Lintas Sumatera. Demikian juga yang menggunakan transportasi udara.
Gempa bumi Yogyakarta 2006, erupsi Gunung Merapi 2006 dan 2010. Gempa Palu dan Donggala 2018; dan kabut asap Sumatera dan Kalimantan 2019. Tentu juga kader PKS hadir di bencana alam yang tak terhitung jumlahnya di berbagai daerah.
Seperti kata pepatah, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Meski pepatah ini ada di masyarakat kita; tapi tidaklah sepenuhnya dapat diterapkan secara menyeluruh (general). Sebab siapa pula yang tak pernah salah. Makanya pepatah itu harus disikapi secara proporsional.
PKS punya mekanisme dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Dan biasa ada evaluasi secara bertahap.
Pilkada serentak 2024 sudah digelar dan secara umum kita dapatkan informasinya. Meski masih banyak kalangan yang mempersalahkan sikap dan kebijakan PKS; tapi pada saat berlangsung dan usainya pelaksanaan Pilkada di TPS, curah hujan yang cukup besar menjadikan beberapa kawasan tergenang air.
Sudah menjadi karakter kader PKS yang peduli. Mereka turun dengan semangat melayani masyarakat.
Ada kejadian di Medan Johor, ditengarai seseorang yang tadinya simpati pada PKS, tiba-tiba berbalik mempersalahkan PKS, dan disebar pandangannya itu ke berbagai grup WA.
Pada saat banjir, yang bersangkutan menelpon kader PKS yang sudah dia kenal baik. Saat diantar sarapan, ia bertanya, “apakah makan siang dan malam juga disediakan?”
Sang kader menjawab, “Ya, insya Allaah disiapkan”.
Lalu ketika ditanya balik, “Tadi milih siapa?” Jawabannya, “Rahasia.”
PKS memang banyak disalahpahami, bahkan dibuli. Tapi kader PKS tetap peduli, insya Allaah.
*Penulis adalah Anggota DPD RI dari Sumatera Utara.