Stella Christie: Google Scholar Bantu Mahasiswa Jadi Pemikir Ketimbang ChatGPT
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi dan Sains Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, mengatakan Google Scholar merupakan salah satu contoh baik dalam penerapan kecerdasan buatan di perguruan tinggi.
Stella mengungkapkan pentingnya penerapan artificial intelligence (AI) di lingkungan perguruan tinggi, karena dapat meningkatkan efesiensi pembelajaran di perguruan tinggi dan pengembangan keterampilan manusia.
“Kalau saya lihat artificial intelligence itu sangat berpengaruh terhadap dua fungsi. Fungsi pertama itu adalah meningkatkan efisiensi dengan menggunakan digital tool,” ujar Stella kepada wartawan, di The Westin Jakarta, Jakarta Selatan, Selasa (26/11).
“Dan yang kedua itu adalah fungsi artificial intelligence itu untuk meningkatkan pribadi manusianya. (Serta) mengembangkan pribadi manusianya,” sambungnya.
Stella memberikan contoh Google Scholar yang merupakan pengembangan AI yang dapat membantu para mahasiswa dan dosen dalam mencari artikel ilmiah yang diinginkan.
“Saya berikan contoh yang sederhana, ya, misalnya saya sebagai ilmuwan itu selalu menggunakan Google Scholar. Nah, dulu sebelum ada Google Scholar itu kan sangat susah cari paper-paper untuk mempertemukan pertanyaan-pertanyaan. Nah, sekarang dengan adanya Google Scholar itu, setiap hari itu pasti lihat Google Scholar untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan (tersebut),” jelas Stella.
Selain dapat membantu cari artikel, Google Scholar juga dapat mengembangkan diri periset menjadi sosok yang pemikir, membuatnya lebih baik dibandingkan menggunakan ChatGPT yang malah dapat menurunkan kemampuan berpikir seseorang.
“Nah, itu meningkatkan efisiensi saya dan juga mengembangkan diri saya sebagai pemikir dan ilmuwan. Untuk mengetahui apa yang sudah dilakukan di situ,” ucap Stella. “Itu kembali pertanyaan kalau kita menggunakan ChatGPT Itu sebenarnya kita mengembangkan diri atau menurunkan diri?”