5 Poin Utama Isi Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hizbullah
BEIRUT, KOMPAS.com – Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon akan melaksanakan gencatan senjata mulai Rabu (27/11/2024) ini, sebagai bagian dari kesepakatan yang diusulkan Amerika Serikat (AS).
Reuters melaporkan, teks kesepakatan gencatan senjata Israel-Hizbullah belum dipublikasikan dan mereka belum melihat drafnya.
Meski begitu, Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan kesepakatan tersebut.
Baca juga: Biden dan Marcon: Kesepakatan Gencatan Senjata untuk Amankan Israel dari Ancaman Hizbullah
Biden mengatakan, kesepakatan gencatan senjata Israel-Hizbullah dirancang untuk menghentikan permusuhan secara permanen.
Kabinet keamanan Israel sudah menyetujuinya dan akan diajukan ke seluruh kabinet untuk ditinjau.
Perdana Menteri (PM) Lebanon Najib Mikati pun menyambut baik kesepakatan yang usulannya telah disetujui oleh Hizbullah minggu lalu tersebut.
Reuters membeberkan, menurut sumber politik senior Lebanon yang memiliki informasi langsung mengenai masalah ini, kesepakatan gencatan senjata Hizbullah-Israel yang dinegosiasikan oleh mediator AS, Amos Hochstein, itu terdiri dari lima halaman dan mencakup 13 bagian.
Berikut ini adalah poin-poin utama dari kesepakatan gencatan senjata Israel-Hizbullah:
1. Penghentian pertempuran
Biden mengumumkan, penghentian pertempuran akan dimulai pada Rabu pukul 04.00 pagi waktu setempat (02.00 GMT atau 09.00 WIB).
Dengan ini, kedua belah pihak diharapkan dapat menghentikan tembakan sejak Rabu pagi ini.
Baca juga: Biden Ungkap Isi Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hizbullah yang Mulai Berlaku Rabu Ini
Sumber politik senior Lebanon tersebut mengatakan, Israel diharapkan untuk berhenti melakukan operasi militer apa pun terhadap wilayah Lebanon, termasuk terhadap target sipil dan militer, serta lembaga-lembaga negara Lebanon, baik melalui darat, laut, maupun udara.
“Semua kelompok bersenjata di Lebanon, termasuk Hizbullah dan sekutunya, akan menghentikan operasi melawan Israel,” kata sumber tersebut.
2. Pasukan Israel mudur Dua pejabat Israel mengatakan, Militer Israel akan menarik diri dari Lebanon selatan dalam waktu 60 hari. Biden mengatakan, pasukan Israel akan ditarik secara bertahap dan warga sipil dari kedua belah pihak akan dapat kembali ke rumah.
“Lebanon sebelumnya telah mendesak pasukan Israel untuk menarik diri secepat mungkin dalam periode gencatan senjata,” kata para pejabat Lebanon kepada Reuters.
Sementara itu, sumber politik senior Lebanon menyebut, Lebanon sekarang mengharapkan pasukan Israel untuk mundur dalam waktu satu bulan pertama.
Seorang pejabat Lebanon mengatakan kepada Reuters, bahwa kesepakatan tersebut mencakup ketentuan yang menjaga atau melindungi hak-hak Lebanon dan Israel untuk mempertahankan diri.
Baca juga: Israel Setuju Gencatan Senjata dengan Hizbullah, Netanyahu Berterima Kasih ke Biden
3. Hizbullah mundur ke utara, tentara Lebanon dikerahkan
Para anggota Hizbullah akan meninggalkan posisi mereka di Lebanon selatan untuk bergerak ke utara Sungai Litani, yang membentang sekitar 30 kilometer di sebelah utara perbatasan dengan Israel.
“Penarikan diri mereka tidak akan diumumkan kepada publik,” kata sumber politik senior Lebanon.
Dia mengatakan, fasilitas militer Hizbullah “akan dibongkar”, tetapi tidak segera jelas apakah kelompok itu akan membongkarnya sendiri atau oleh pihak lain.
Belum segera jelas juga apakah anggota Hizbullah akan membawa senjata saat mereka mundur atau tidak.
Sementara itu, seorang sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada Reuters, bahwa Militer Lebanon akan mengerahkan pasukan ke selatan Litani dan menempatkan sekitar 5.000 tentara di sana, termasuk di 33 pos di sepanjang perbatasan dengan Israel.
“Pengerahan pasukan adalah tantangan pertama, kemudian bagaimana menangani penduduk setempat yang ingin kembali ke rumah, mengingat adanya risiko persenjataan yang tidak meledak,” kata sumber tersebut.
Lebih dari 1,2 juta orang telah mengungsi akibat serangan Israel di Lebanon, banyak dari mereka berasal dari Lebanon selatan.
“Hizbullah melihat kembalinya para pengungsi ke rumah mereka sebagai prioritas,” ucap Anggota Parlemen Hizbullah Hassan Fadlallah kepada Reuters.
Puluhan ribu orang yang mengungsi dari Israel utara juga diperkirakan akan kembali ke rumah mereka.
Baca juga: Israel Akan Bahas Usulan Gencatan Senjata dengan Hizbullah
4. Mekanisme pemantauan
Wakil Ketua Parlemen Lebanon, Elias Bou Saab, mengatakan kepada Reuters, bahwa salah satu hal yang menjadi perdebatan di hari-hari terakhir menjelang berakhirnya gencatan senjata Israel-Hizbullah adalah bagaimana gencatan senjata itu akan dipantau.
Menurut dia, mekanisme tripartit yang sudah ada sebelumnya antara pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan (UNIFIL), tentara Lebanon, dan tentara Israel akan diperluas dengan mengikutsertakan AS dan Perancis, dengan AS mengetuai kelompok tersebut.
“Israel akan diharapkan untuk menandai kemungkinan pelanggaran terhadap mekanisme pemantauan, dan Perancis serta AS bersama-sama akan menentukan apakah pelanggaran telah terjadi,” kata seorang pejabat Israel dan seorang diplomat Barat kepada Reuters.
Sebuah pernyataan bersama oleh Biden dan Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, Perancis dan Amerika Serikat akan bekerja sama untuk memastikan kesepakatan tersebut diterapkan sepenuhnya.
5. Serangan sepihak Israel
Para pejabat Israel bersikeras tentara Israel akan terus menyerang Hizbullah jika mereka mengidentifikasi adanya ancaman terhadap keamanannya, termasuk transfer senjata dan peralatan militer kepada kelompok tersebut.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Reuters, bahwa utusan AS Amos Hochstein, yang menegosiasikan perjanjian itu, telah memberikan jaminan langsung kepada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bahwa Israel dapat melakukan serangan semacam itu di Lebanon.
Baca juga: Hizbullah Hancurkan 6 Tank Israel, Konvoi 30 Kendaraan IDF Langsung Mundur
Netanyahu mengatakan dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi setelah kabinet keamanan bertemu, bahwa Israel akan menyerang Hizbullah jika mereka melanggar kesepakatan tersebut.
Pejabat tersebut menyampaikan, Israel akan menggunakan pesawat tak berawak untuk memantau pergerakan di lapangan di Lebanon.
Para pejabat Lebanon mengatakan, ketentuan tersebut tidak ada dalam kesepakatan yang telah disetujui, dan bahwa mereka akan menentang setiap pelanggaran terhadap kedaulatannya.