Demi Chip AI, Huawei Bajak Karyawan TSMC dengan Tawaran Gaji Jumbo
Huawei sedang aktif merekrut karyawan baru untuk meningkatkan keahlian mereka dalam industri semikonduktor terutama dalam pengembangan chip artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Saat ini perusahaan teknologi di seluruh dunia berlomba-lomba memborong chip AI untuk pengembangannya.
Huawei melihat chip AI akan memegang peranan penting di masa depan dan akan menjadi sumber pendapatan terbesar. Karena itu, Huawei mengincar karyawan TSMC, produsen semikonduktor terkemuka di dunia. Caranya, Huawei menawarkan gaji lebih dari tiga kali lipat dari yang diterima karyawan TSMC saat ini.
TSMC sendiri dikenal dengan teknologi canggih dan keahlian manufaktur mereka, sehingga tidak mengherankan jika Huawei tertarik merekrut karyawan mereka yang berpengalaman. TSMC juga membuat GPU AI milik NVIDIA sebagai penguasa pasar chip AI di dunia saat ini. Huawei menyatakan bahwa upaya rekrutmen ini adalah hal biasa dalam bisnis. Namun, bagi TSMC, ini bisa menjadi ancaman karena keberhasilan mereka bergantung pada proses dan pengetahuan teknis yang dimiliki karyawan mereka.
Strategi rekrutmen agresif ini terjadi bersamaan dengan pendapatan Huawei yang memecahkan rekor, meskipun laba mereka menurun. Huawei berharap dapat menarik talenta TSMC untuk mempercepat perkembangan semikonduktor mereka.
Otoritas Taiwan meningkatkan pengawasan terhadap praktik rekrutmen yang dapat membocorkan pengetahuan penting, dengan potensi tindakan hukum bagi perusahaan yang terbukti melanggar.
Batasi Pasokan
Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), raksasa chip dunia, mengambil langkah strategis dengan memutuskan dan membatasi pasokan chip artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan canggih ke China.
Keputusan ini diambil menyusul ditemukannya chip produksi TSMC dalam perangkat akselerator AI milik Huawei. Penemuan itu melanggar sanksi perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Huawei sejak 2020 seperti dikutip Gizmochina.
Dengan membatasi pasokan chip AI ke China, TSMC tidak hanya menghindari potensi pelanggaran sanksi, tetapi juga memperkuat hubungannya dengan Amerika Serikat (AS) sebagai mitra dagang utama. Langkah itu menunjukkan betapa pentingnya peran teknologi semikonduktor dalam geopolitik global. Pembatasan pasokan chip AI dari TSMC akan memberikan pukulan telak bagi perkembangan kecerdasan buatan di China.
Perusahaan-perusahaan teknologi China seperti Baidu yang berambisi menjadi pemimpin dalam bidang AI, kini dihadapkan pada tantangan serius dalam mendapatkan komponen penting untuk pengembangan produk mereka. Keputusan TSMC ini memicu spekulasi mengenai intensifikasi perang dagang antara AS dan China.
Kedua negara adidaya ini telah lama bersaing dalam berbagai bidang, termasuk teknologi. Pembatasan pasokan chip merupakan salah satu bentuk proteksionisme yang bertujuan untuk menghambat kemajuan teknologi negara pesaing. Di sisi lain, langkah TSMC juga dapat memicu perlombaan inovasi di sektor semikonduktor. Negara-negara lain seperti Korea Selatan dan Taiwan akan semakin gencar mengembangkan teknologi chip untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh TSMC.
Keputusan TSMC untuk membatasi pasokan chip AI ke China adalah sebuah peristiwa penting yang akan berdampak signifikan terhadap industri teknologi global. Langkah ini menunjukkan betapa pentingnya teknologi semikonduktor dalam persaingan geopolitik antara negara-negara besar.
Baca Juga: Peran Teknologi Biometrik Mentransformasi Kehidupan Orang Indonesia