Mengapa Para Gamer Mulai Jenuh dengan Gim Open World?
Dari sepuluh gim video terlaris sepanjang masa, enam di antaranya masuk dalam kategori gim video open world. Dalam daftar tersebut ada Minecraft, Grand Theft Auto V, Red Dead Redemption 2, The Elder Scrolls V: Skyrim, Terraria, dan The Witcher III: Wild Hunt. Lebih dari 700 juta kopi gim-gim video tersebut telah terjual dan angkanya sampai sekarang masih terus bertambah.
Itu belum termasuk ketika kita bicara soal bagaimana kritikus gim menilai rilisan-rilisan mana yang dikatakan terbaik. Percayalah, ketika mencari soal itu, Anda bakal menemukan titel-titel gim open world lainnya, seperti Spider-Man dan Spider-Man 2, Horizon: Zero Dawn dan Horizon: Forbidden West, Elden Ring, Ghost of Tsushima, The Legend of Zelda: Tears of the Kingdom, hingga Cyberpunk: 2077.
Tak cuma itu, dalam daftar gim yang peluncurannya paling ditunggu, judul-judul gim open world pun bakal cukup dominan, mulai dari Grand Theft Auto VI, Marvel’s Wolverine dan Iron Man, Death Stranding 2: On the Beach, sampai Monster Hunter Wilds.
Rasa-rasanya, memainkan satu gim open world saja tidak cukup. Meskipun, pada dasarnya kebanyakan gim-gim ini bersifat “open ending“. Artinya, meski misi utama sudah diselesaikan sekalipun, pemain akan tetap bisa memainkan gim tersebut untuk sekadar melakukan eksplorasi atau menyelesaikan misi sampingan.
Faktanya, gim open world memang menarik bagi banyak orang. Memainkan genre gim ini terasa seperti berteleportasi ke dunia yang benar-benar baru dan siap untuk dieksplorasi. Dalam eksplorasi itu kita bisa menemukan banyak hal, mulai dari musuh, misi, sampai benda-benda koleksi.
Selain itu, di gim open world para pemain bisa merasakan cerita secara lebih natural. Inilah sebabnya ada orang yang sampai menghabiskan ribuan jam memainkan satu judul gim tertentu. Pendek kata, pengalaman yang didapatkan seorang gamer terasa lebih imersif.
Sekilas tentang Gim Open World Sebuah artikel yang diterbitkan di Ars Technica pada 2017 menyebut bahwa sejarah gim open world bisa dilacak sampai pada 1976. Adalah gim berjudul Colossal Cave Adventure yang disebut-sebut para antuasias sebagai gim open world pertama. Tentu, gim ini tidak bisa disandingkan dengan keluaran-keluaran mutakhir macam Red Dead Redemption 2. Pasalnya, Colossal Cave Adventure merupakan gim berbasis teks!
Meski demikian, para pemain benar-benar bisa melakukan eksplorasi secara bebas ke segala penjuru dan membuat pilihan yang bakal berpengaruh pada langkah mereka selanjutnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, tampilan gim open world pun semakin membaik. Dari yang awalnya cuma teks, menjadi grafis dua dimensi, lalu menjadi grafis tiga dimensi. Kualitas grafis tiga dimensi yang ada sekarang pun semakin realistis dan ini tentu saja menuntut kemampuan komputer yang canggih pula.
Itulah mengapa, Grand Theft Auto VI, misalnya, yang bakal dirilis pada 2025 mendatang, hanya bisa dimainkan di konsol sekelas PlayStation 5 dan ukuran file-nya diperkirakan mencapai lebih dari 200 GB.
Baca juga: Mengintip Profesi Game Moderator, Kerja Sambil Bermain
Sebagai perbandingan, Red Dead Redemption 2—juga besutan Rockstar Games dan sering kali dipuji sebagai gim open world paling imersif, realistis, dan kaya akan detail—ukuran file-nya “hanya” 120 GB.
Dari sini saja sudah bisa dibayangkan betapa realistis dan imersifnya Grand Theft Auto VI nanti. Dan inilah yang membuat gim berlatar Kota Miami, Florida, tersebut jadi titel paling diantisipasi.
Yang membuat gim open world berbeda dari gim-gim konvensional adalah alurnya yang tidak linear. Jika gim cerita, seperti Uncharted, pemain bakal dihadapkan pada susunan cerita bab demi bab, tidak demikian dengan gim open world. Kebebasan yang diberikan pada pemain memungkinkan mereka menyelesaikan sebuah gim dengan cara berbeda dengan pemain lainnya.
Beberapa gim open world, seperti Grand Theft Auto, juga bisa disebut sebagai gim sandbox. Sebab, gim-gim ini memberi kebebasan kepada pemain untuk menggunakan cara apa pun untuk menyelesaikan sebuah misi.
Namun, sebenarnya ada pula gim open world yang tidak bisa disebut sandbox, seperti Flight Simulator. Meski bisa bepergian ke seluruh dunia dengan pesawat, ada keterbatasan cara dalam menyelesaikan suatu misi di gim tersebut, yaitu dengan mendaratkan pesawat dengan selamat.
Dengan eksplorasi sebagai jualan utama, ukuran peta dalam gim open world pun bakal semakin besar seiring berjalannya waktu. Harapannya, tentu saja, akan ada semakin banyak hal atau karakter yang ditemui pemain.
Contohnya, gim No Man’s Sky memungkinkan seorang pemain mengeksplorasi lebih dari 18 kuintiliun (18 x 1018 atau 18.000.000.000.000.000.000) planet. Akan tetapi, dari sini kemudian muncul sebuah masalah.
Baca juga: Video Games Bisa Berdampak Positif untuk Anak, Kata Studi UNICEF
Yang Bermasalah dari Gim Open World Repetisi adalah penyakit utama gim-gim open world. Misal, untuk mengumpulkan item tertentu, seorang pemain memang mesti melakukan eksplorasi. Namun, yang kemudian mereka lakukan setelah sampai di lokasi eksplorasi tidaklah berbeda antara satu dengan yang lain. Umumnya, hal seperti ini bisa dilakukan sampai belasan bahkan puluhan kali dalam sebuah gim.
Repetisi juga bisa diartikan sebagai pengulangan dari satu gim ke gim berikutnya. Ada satu mekanisme yang kerap dikritik para pemain gim open world yaitu “Menara Ubisoft”. Menara ini awalnya digunakan Ubisoft dalam seri Assassin’s Creed untuk membuka area peta yang sebelumnya masih terselubung. Namun, pada praktiknya, mekanisme seperti ini turut digunakan oleh pengembang-pengembang lain pada gim besutannya.
Permasalahan kedua ada pada pengembangan karakter yang dimainkan oleh gamer. Sering kali, untuk melakukan upgrade, para pemain perlu mengumpulkan sejumlah item. Namun, tidak semua item ini mudah ditemukan, seperti item sutra dalam gim Ghost of Tsushima.
Item sutra, secara khusus, membuat armor yang dikenakan Jin Sakai (karakter utama dalam gim) jadi sulit di-upgrade. Konsekuensinya, lawan akan semakin sulit dikalahkan dan waktu untuk menyelesaikan gim jadi semakin lama.
Bicara soal waktu menyelesaikan gim, ini juga jadi problema tersendiri. Dying Light 2, misalnya, bakal menyita waktu pemain hingga 500 jam untuk mengeksplorasi semua area, mengumpulkan semua item, dan menyelesaikan semua misi.
Jelas, 500 jam bukanlah waktu yang ideal karena ini menuntut komitmen yang terlalu besar dari para pemain. Sebagai perbandingan, Red Dead Redemption 2 bisa diselesaikan semuanya “hanya” dalam 172 jam.
Mencari waktu untuk menyelesaikan gim tentu bukan urusan mudah, khususnya bagi para pemain yang sudah bekerja atau bahkan berkeluarga. Ironisnya, dengan tingginya harga gim per kopi, secara logis orang-orang inilah yang paling mampu untuk membeli gim baru.
Memang, ada argumen yang menyebut bahwa gim berharga mahal karena selamanya akan bisa dimainkan ulang. Namun, bagaimana bisa seseorang memainkan ulang apabila menyelesaikan satu gim saja butuh ratusan jam?
Persoalan terakhir adalah terlalu banyaknya pilihan. Para pengembang gim tahu bahwa gim open world sangatlah diminati. Secara konstan, para pemain mencari Grand Theft Auto, The Witcher, dan Red Dead Redemption berikutnya. Akan tetapi, tak semua pengembang mampu menciptakan mahakarya seperti itu dan, akhirnya, banyaklah bermunculan judul-judul medioker yang membuat orang kecewa
Di tengah mulai jenuhnya para gamer terhadap gim open world, kemunculan game seperti Black Myth: Wukong menjadi angin segar tersendiri. Gim ini merupakan perpaduan antara gim linear dan open world. Secara umum, Black Myth: Wukong merupakan gim linear yang menawarkan cerita bab demi bab. Namun, ada unsur open world yang juga disuguhkan di dalamnya.
Barangkali, gim semi open world seperti Black Myth: Wukong seperti itulah yang perlu lebih banyak diciptakan oleh pengembang. Toh, pada akhirnya, yang membuat para gamer merasa bahagia bukan cuma kebebasan bereksplorasi. Lebih dari itu, gameplay yang menyenangkan, grafis yang apik, dan cerita yang solid bakal lebih terasa membahagiakan ketimbang eksplorasi tanpa juntrungan.
Baca juga:
- Black Myth: Wukong, Gim AAA Cina yang Fenomenal & Kontroversial
- 5 Game Buatan Indonesia di Steam yang Wajib Dicoba