Informasi Terpercaya Masa Kini

Irlandia Surplus Anggaran, Terlalu Banyak Duit, Bingung Membelanjakan

0 12

KOMPAS.com – Pemerintah Irlandia mengalami surplus anggaran hampir 8 miliar dollar Amerika Serikat atau Rp 126 triliun pada 2024, tumbuh lima kali lebih cepat dari yang diharapkan pada 2023.

Dikutip dari The Economist, Irlandia mengalami surplus anggaran di saat negara-negara Eropa lainnya, seperti Inggris dan Perancis berjuang menghadapi kenaikan pajak yang ekstrem.

Pada September 2024, Irlandia bahkan berusaha menolak putusan Pengadilan Eropa yang memutuskan perusahaan Apple membayar pajak terutangnya kepada Irlandia selama 15-20 tahun senilai 14 miliar dollar Amerika Serikat atau Rp 220 triliun, ditambah bunga Rp 17 triliun.

Jumlah itu setara dengan 4,8 persen dari pendapatan nasional Irlandia.

Keputusan Irlandia membuat banyak otoritas negara lain bingung karena Irlandia justru memihak Apple dan bertentangan dengan Pengadilan Eropa. Pemerintah Irlandia beralasan, perusahaan tersebut tidak melakukan kesalahan apapun.

Perekonomian Irlandia tumbuh 4,9 persen

Laporan The Economist menyebutkan, perekonomian Irlandia berjalan sangat baik. Pendapatan nasional bruto diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,9 persen tahun ini dan 2,7 persen pada tahun 2025.

Di samping itu, jumlah pengangguran di Irlandia hanya 4,3 persen dan inflasi turun di bawah 2 persen.

Sebelum mendapat “bonus” dari Apple, posisi fiskal pemerintah Irlandia sudah terlihat solid dengan surplus anggaran mencapai 7,5 persen dari pendapatan nasional tahun ini dan 2,9 persen pada 2025.

Lantas, kenapa Irlandia bisa mengalami kondisi banyak uang?

Baca juga: Tolak Pendudukan, Irlandia Seriusi Upaya Larangan Impor dari Permukiman Israel di Palestina

Alasan Irlandia terus mengalami surplus

Ekonom Irlandia David McWilliams mengatakan, ekonomi di Irlandia terus memiliki surplus anggaran.

Menurut David, kondisi ekonomi Irlandia saat ini adalah hasil akhir dari kebijakan selama 20 atau 30 tahun terakhir. 

Negara tersebut juga menjadi pilihan perusahaan multinasional dari Amerika Serikat untuk mendirikan perusahaannya karena tarif pajak yang lebih rendah.

Sejak 1950-an, Irlandia telah menawarkan tarif pajak perusahaan multinasional yang kompetitif.

Bahkan ketika tunjangan kesejahteraan dipotong tajam dan pajak lainnya meningkat selama krisis euro di awal 2010-an, pajak perusahaan di negara tersebut tetap sebesar 12,5 persen.

Strategi ini telah menuai hasil besar dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2015, penerimaan pajak perusahaan mencapai 7 miliar euro atau Rp 119,6 triliun.

Kemudian pada 2023, jumlahnya naik menjadi 24 miliar euro atau sekitar Rp 410,1 triliun. Jumlah ini diperkirakan akan mencapai 30 miliar euro atau Rp 512,6 triliun per tahun pada akhir 2020-an.

Dengan tarif pajak yang lebih rendah, banyak perusahaan besar seperti Apple, Google, dan Meta memilih Irlandia sebagai basis operasi mereka di Eropa.

Namun, ini juga menciptakan ketergantungan pada beberapa perusahaan besar yang membuat basis pajak Irlandia menjadi sempit.

Otoritas Irlandia menyadari bahwa kebijakan basis pajak mereka kecil sehingga pada 2021, negara tersebut sepakat untuk menaikkan tarif pajak perusahaan.

Kendati demikian, pada 2022, hanya sepuluh perusahaan yang menyumbang tiga perlima dari penerimaan pajak perusahaan.

Baca juga: Irlandia, Spanyol, dan Norwegia Akui Negara Palestina, Israel Marah dan Tarik Duta Besar

Dengan kondisi keuangan yang mengalami surplus, Irlandia disebut-sebut menghadapi dilema, yaitu bagaimana mengelola kelebihan keuangan tanpa memicu ketidakstabilan ekonomi.

Hal itu menjadi kondisi yang tidak biasa jika dibandingkan dengan sejumlah negara Eropa pada umumnya. 

Di saat banyak negara berjuang untuk menyeimbangkan anggaran mereka, Irlandia harus dapat menemukan cara untuk memanfaatkan surplus keuangan dengan tepat dan bijak.

Surplus keuangan di Irlandia picu inflasi?

Menurut McWilliams, surplus terlalu besar ditambah dengan “bonus” dari perusahaan Apple kepada Irlandia itu justru bisa memicu terjadinya inflasi.

“Tambahan Rp 220 triliun pada ekonomi yang pada dasarnya sudah meledak, yang akan terjadi adalah inflasi,” kata dia.

Bahkan, kalau pun Irlandia tidak mengambil uang tambahan tersebut, McWilliams mengatakan, negara tersebut tetap akan mengalami inflasi.

Dia menyarankan, sebagian surplus tersebut dialokasikan untuk memperbaiki kemacetan transportasi, infrastruktur, atau perumahan.

Selama ini, harga perumahan di negara tersebut melambung tinggi. Begitu juga dengan transportasi publik yang masih sangat minim.

Dilansir dari BBC, krisis perumahan menjadi salah satu isu yang dihadapi negara tersebut.

Kebutuhan perumahan meningkat karena tingginya tunawisma di Irlandia yang mencapai 12.600 orang pada Juni 2023.

Sedikitnya perumahan di Irlandia juga menyebabkan harga sewa properti di negara tersebut melonjak. Satu kamar tidur di Dublin misalnya, dihargai senilai 1.800 euro atau Rp 30 juta per bulan.

Baca juga: Penumpang Pesawat Bangun di Negara yang Salah Saat Inggris dan Irlandia Diterjang Badai Isha

Strategi Irlandia hadapi surplus besar

Untuk mengatasi kerentanan yang sedang terjadi, Pemerintah Irlandia bermaksud mengelola “bonus” dari Apple dengan cara mendirikan dana kekayaan negara.

Cara itu mirip dengan yang dilakukan Norwegia saat mengelola pendapatan minyak Laut Utara.

Dua dana terpisah sedang dibentuk dengan harapan nilai gabungannya akan mencapai 100 miliar euro atau Rp 1.700 triliun pada 2040.

Di sisi lain, Pemerintah Irlandia juga memberikan ruang untuk hadiah dalam rangka pemilihan umum yang akan dilaksanakan pada 2025.

Dalam anggara terbaru, rumah tangga Irlandia juga akan menerima kredit energi sebesar 250 euro atau sekitar Rp 4 juta pada musim dingin ini.

Tunjangan anak juga dinaikkan dan ambang batas pajak penghasilan juga ditingkatkan. Sementara investasi publik dalam infrastruktur ditingkatkan sebesar 3 miliar euro atau Rp 51 triliun.

Di sisi lain, pembuat kebijakan Irlandia menghadapi masalah kurangnya kelonggaran perekonomian.

Sebab Bank Sentral Eropa akan terus menurunkan suku bunga Pasar kerja Irlandia juga sedang ketat.

Setiap kebijakan tambahan yang dilakukan pemerintah untuk memotong pajak atau meningkatkan pengeluaran kemungkinan akan mendorong inflasi.

Leave a comment