Informasi Terpercaya Masa Kini

Di Balik Moncernya Bisnis Kerupuk Kulit Patin hingga Tembus Pasar Malaysia

0 5

MEDAN,KOMPAS.com – Bagi suami istri, Fitriadi (46) dan Tri Handayani (40), usaha kerupuk kulit ikan patin yang mereka geluti, bukan sekadar bisnis. Keduanya, ingin membuka lapangan kerja sebesar-besarnya bagi masyarakat di sekitar rumahnya.

Niat tulus itu membuahkan hasil. Di tahun ke-8 menjalankan bisnis, kerupuk patin dengan brand Raja Patin ini, diminati hingga penjuru Indonesia. Bahkan sudah ekspor hingga Malaysia.

Karena ramai peminat, keduanya kewalahan menerima orderan, meski sudah memiliki 32 karyawan.

Baca juga: Grand Max Pakai Gas Melon, Kisah Sukses Pedagang Elpiji di Pamekasan

 

Karenanya, dalam sebulan ke depan, Tri Handayani dan Fitriadi akan membuat pabrik untuk memperbesar volume produksi Raja Patin. Ratusan pekerja pun akan direkrut.

Debby (28) bersama 7 karyawan Raja Patin lainnya, tampak cekatan mengemas kerupuk Raja Patin di rumah Tri Handayani di Desa Sugiharjo, Kecamatan Batang Kuis, Deli Serdang, Sumatera Utara, Senin (28/10/2024).

Debby bertugas memasukkan kerupuk ke dalam ratusan kardus.

Baca juga: Kisah Sukses Roti Unyil Bogor, Si Mungil Beromzet Miliaran Rupiah

Banyaknya orderan, membuat tumpukan kardus yang disusun Debby setinggi 3 meter.

Setelah Raja Patin dikemas, mobil box hilir mudik mengantar makanan ringan tersebut ke berbagai pasar modern. Begitu lah kesibukan sehari-hari yang terlihat di rumah Tri Handayani yang sekaligus dijadikan tempat pengolahan Raja Patin.

Hampir semua pekerja di Raja Patin, warga Desa Sugiharjo, termasuk Debby.

Debby diketahui sudah 8 tahun bekerja bersama Tri Handayani. Begitu juga dengan suami Debby. Bedanya sang suami di bagian penggorengan kulit patin.

Debby sangat bersyukur bekerja di Raja Patin, karena setiap bulannya dia memperoleh penghasilan sekira Rp 3 juta. Ekonomi keluarga pun bisa terbantu.

“Awalnya saya kesulitan mendapat pekerjaan, bersyukur bisa kerja di sini jadi bisa membantu beli susu anak, popok bayi, dan bantu suami memenuhi kebutuhan ekonomi,” ujar Debby di sela sela aktivitasnya mengemas kerupuk patin, kepada Kompas.com.

Energi Pemacu Semangat

Tri mengatakan, bisa membantu perekonomian warga di sekitar rumah, merupakan energinya untuk mengembangkan usaha Raja Patin. Menurutnya makin maju usahanya, maka makin banyak orang yang terbantu.

“Saya dari awal adalah bagaimana memakmurkan, membantu negara ini enggak pun besar kecil daripada kita ribut, ngeluh lapangan kerja,” ujarnya

Namun kata dia kesuksesannya yang diraih tidak semudah membalikkan telapak tangan, dia masih ingat betul jatuh bangun dirinya saat merintis usaha Raja Patin ini.

Merintis Usaha

Awalnya ide bisnis ini muncul lantaran sang suami Fitriadi dipecat dari pekerjaannya pada pertengahan 2016.

“Suami saya dulu memang bekerja perusahaan di bidang perikanan yang memang ngurusin filleting ikan patin, jadi tahu bahwasannya ada loh limbah ikan patin yang kulitnya, kepalanya, durinya itu nggak terpakai,” ujar Tri.

Lalu dia mengusulkan ke suaminya untuk membuat kerupuk kulit ikan patin, kala itu resep pembuatannya didapat dari media sosial.

Bersama sang suami, Tri memasarkan kerupuk ikan patin ke warung-warung dekat rumahnya. Namun nahas kala itu banyak warga yang menolaknya.

“Dulu awalnya ya banyak sih penolakan dari mulai di lepeh, dari mulai ditolak. Terus ditanya warga, ini halal apa nggak? Ini kulit biawak atau nggak ?” ujar Tri.

Namun bila itu dia tidak lekas menyerah, dia dan suaminya terus memperbaiki kualitas kerupuk patin, begitu juga pendekatan marketing ke pelanggan.

“Kepada customer yang kita tawarin, kita bilang coba dulu, kalau nggak enak nggak usah bayar. Coba dulu, kalau nggak enak, nggak usah beli. Jadi kita memulainya itu dari bener-bener nol. Kita merintis dari mulai warung ke warung satu bungkus seribuan,” ujarnya.

Dari pendekatan marketing tersebut, kerupuk patin Tri mulai diterima masyarakat.

Alhamdulillah semuanya tahu bahwasannya oh ternyata ini kulit ikan patin dan enak,” ujarnya.

Gayung pun bersambut, usaha Raja Patin semakin dikenal. Kemudian tahun 2018, Dinas Koperasi Deli Serdang menawarkan space berjualan di depan pintu Bandara Kualanamu. Dari sini nama Raja Patin mulai populer dan sering dijadikan oleh-oleh dari Sumut.

Pada tahun 2019, bisnis Tri sempat terkendala finansial. Beruntung saat itu dia berkenalan dengan pihak Pertamina yang datang ke stand-nya di Kualanamu. Pertamina lalu menawarkan program bantuan.

“Pertamina itu memberikan saya bantuan dana, sebab saya punya utang orderan yang saya nggak punya nominal cukup banyak,” ujarnya.

Tri mengatakan, sejak saat itu, dirinya menjadi mitra binaan Pertamina melalui berbagai program Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PUMK). Program tersebut banyak membantu Raja Patin dalam mengembangkan usahanya.

“Setiap event acara Pertamina oleh-oleh buah tangannya itu selalu diorder kepada kita, kemudian Pertamina selalu support kita dari segi marketing, dari segi promosi, dari media ataupun lainnya,” ujarnya.

Kemudian dirinya juga mendapatkan program pembinaan Usaha Mikro Kecil (UMK) Academy.

“Kita juga diberikan supporting berupa alat-alat mesin pengemasan, ini dari Pertamina senilai Rp 28 juta atau Rp 30 juta, kemudian sekarang ini kita dinobatkan (jadi) speaker untuk acara UMK Academy award tahun 2024,” ujarnya.

Ekspor ke Malaysia

Dari pengalamannya belajar di UMK Academy, Tri terus mengembangkan bisnisnya, dengan memasarkan melalui platform online.

Bisnisnya pun makin moncer hingga permintaan kerupuk patin menasional. Dari Sumatera, Jawa, hingga Kalimantan.

Setiap harinya, Raja Patin memproduksi sekitar 1 ton kulit patin yang dibeli dari pabrik pengolahan ikan.

Dari situ ikan patin diolah hingga menghasilkan 300 kotak Raja Patin atau setara dengan 8.000 bungkus raja patin. Kemudian ia memasarkannya ke pasar modern di Indonesia denga harga Rp 19.000 per bungkus berukuran 100 gram. 

Kata Tri, jumlah itu masih skala kecil, lantaran dia kekurangan tenaga kerja. Kendati demikian Tri juga bersyukur karena bisnis Raja Patin sudah ekspor ke Malaysia pada 3 Juli 2024. Jumlah ekspor perdananya 3.800 bungkus atau 2,5 ton kerupuk patin.

Alhamdulillah, sampai sekarang itu mungkin kita sudah ada kubikasi di atas 10 ton, selama 2 bulan lebih lah untuk ekspor ke Malaysia,” ujarnya.

Tri juga bertekad ke depan akan ekspor ke negara lainnya. Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, ia tidak akan lelah belajar. 

“Kita masih merintis, masih penjajakan dan mungkin kita akan perbarui kontrak misal bagaimana (meningkatkan) packaging, bagaimana supaya di jalan (ekspedisi) itu nggak pecah dan segala macam itu masih kita pelajari,” ujarnya.

Kendati demikian, kata dia, kelancaran bisnisnya kini tidak terlepas dari motivasinya menciptakan lapangan kerja dan juga dorongan dari Pertamina.

Dirinya bertekad untuk terus mengembangkan usahanya ini demi kepentingan orang banyak.

“Di rumah produksi yang baru, targeting kita bisa menyerap banyak tenaga kerja, mudah-mudahan bisa sampai ratusan orang tentunya,” ujarnya.

“Jadi sama-sama bekerja keras, sama-sama berdoa supaya lapangan kerjanya bisa banyak kemudian bisa menyerap tenaga kerja juga lebih banyak,” tutupnya

PUMK Program Penggerak Ekonomi

Senior Supervisor CSR dan SMEPP Pertamina Sumatera Bagian Utara, Agustina Mandayati mengatakan, bisnis Raja Patin, Tri Handayani merupakan binaan Pertamina dalam program Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PUMK) sejak 2019.

Program ini memang disiapkan untuk membantu penggiat UMKM untuk meningkatkan kualitas usahanya agar terus berkembang.

Kata Agustina, output yang didapat Raja Patin banyak, mulai dari peningkatan skala usaha hingga bantuan modal usaha untuk Raja Patin.

Selain itu, Pertamina juga memberi bantuan berupa dukungan terhadap akses perizinan Badan Perizinan Obat dan Makanan (BPOM) dan sertifikat halal dan lain lain.

“Bahkan di tahun 2024 Raja Patin sudah bisa melakukan ekspor pertamanya,” ujar Agustina kepada Kompas.com, Kamis (31/10/2024).

Pihaknya juga membantu ⁠pengembangan pangsa pasar dan bisnis Raja Patin dari berbagai pameran baik nasional maupun internasional.

“Lalu juga ada ⁠peningkatan kompetensi melalui pelatihan dan pendampingan usaha serta hibah alat usaha,” beber dia. 

Menurutnya, program tersebut memang dirancang Pertamina untuk membantu pemberdayaan dan pengembangan UMK agar menjadi tangguh dan mandiri sekaligus memberikan multiple effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Tentunya juga penyerapan tenaga kerja dan harapannya usaha-usaha kecil mitra PUMK ini, bisa menjadi mandiri tangguh dan mampu menggerakan perekonomian dan menciptakan kesejahteraan secara merata,” tutupnya.

Leave a comment