Alasan Dharma Pongrekun Singgung Kebijakan Rano Karno terhadap Suku Baduy dalam Debat Kedua
TEMPO.CO, Jakarta – Calon Gubernur Jakarta nomor urut 2 Dharma Pongrekun menjelaskan alasan dirinya mempertanyakan kebijakan rivalnya Rano Karno saat menjabat sebagai Plt Gubernur Banten di tengah sesi debat kedua Pilgub jakarta.
“Nilai-nilai yang ada di Baduy itu bisa menjadi inspirasi untuk membangun adab Jakarta,” ujar Dharma di sesi konferensi pers debat kedua di Beach City International Stadium, Jakarta Utara, pada Ahad, 27 Oktober 2024.
Ia mengatakan tidak bermaksud untuk membuat kota metropolitan Jakarta sebagai wilayah yang terisolasi dari perkembangan modern. Dirinya berkeinginan untuk mengembangkan Jakarta dengan mengadopsi adab masyarakat Baduy yang walaupun dikunjungi oleh wisatawan mereka tetap menjaga nilai yang dianut.
Suku Baduy adalah kelompok masyarakat yang memiliki adat Sunda dan tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten. Baduy termasuk suku yang membatasi diri dari dunia luar dan memiliki keyakinan yang tabu untuk didokumentasikan.
Rivalnya dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jakarta, yakni Rano Karno sempat menjabat sebagai Plt Gubernur Banten pada 2015 untuk menggantikan Ratu Atut Chosiyah. Saat menjadi pemimpin sementara Banten, Rano Karno mengizinkan wilayah tempat tinggal Suku Baduy sebagai objek wisata.
“Kalau saya melihat selama ini bapak adakah orang yang menjaga ketahanan budaya maka ada sesuatu yang contrary effect dengan yang bapak lakukan,” ujar Dharma pada sesi tanya jawab paslon dalam debat kedua.
Purnawirawan bintang tiga itu mempertanyakan kebijakan Rano Karno yang berseberangan dengan keinginan masyarakat Suku Baduy di Banten yang menolak wilayahnya dijadikan tempat pariwisata.
Merespons pertanyaan yang dilayangkan kepadanya, Rano Karno mengatakan mustahil baginya untuk menolak wisatawan yang hendak berkunjung. Akan tetapi, pemeran film Si Doel itu berdalih juga memenuhi permintaan Suku Baduy seperti meniadakan Base Transceiver Station (BTS) dan sekolah formal.
“Masyarakat Baduy mereka harus berkembang tapi harus dijaga karena populasi berkunjung tiba-tiba menjadi membludak,” ujar Rano.
Rano mengatakan, masyarakat Baduy dikenal luas berkat kebijakannya untuk menjadikan wilayah eksklusif tersebut sebagai objek wisata.
Mendengar pernyataan tersebut, Dharma menjelaskan adanya dua golongan masyarakat Baduy yang terdiri dari Baduy luar yang bisa menerima perkembangan dan Baduy dalam yang tidak ingin bersinggungan dengan kehidupan modern agar mencegah budaya dan nilainya tergerus. Bersamaan dengan pernyataan itu, Dharma menyampaikan keinginannya untuk menjadikan Taman Mini Indonesia untuk menjaga kelestarian budaya Baduy.
“Karena budaya Baduy ini adalah sesuatu yang heritage atau sudah langka di Indonesia,” kata Dharma.
Adapun tema debat perdana adalah “Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial”. Sementara itu, terdapat enam sub tema yakni Infrastruktur terintegrasi dan pelayanan dasar yang prima; Pendidikan dan kesehatan; Penanganan ketimpangan sosial; Pembangunan ekonomi digital dan UMKM; Pariwisata dan ekonomi kreatif; Inflasi bahan pokok.
Pilihan Editor: Ketika Rano Karno Diserang Ridwan Kamil dan Dharma Pongrekun pada Debat Kedua Pilkada Jakarta