Informasi Terpercaya Masa Kini

Nasib Pilu Syam,Pencipta Lagunya Inul Daratista yang Hidup Sengsara di Hari Tua,Ngamen Diusir-usir

0 6

SERAMBINEWS.COM –   Di balik gemerlap dunia dangdut, terdapat kisah menyedihkan dari Syam Permana, pencipta lagu-lagu hits yang melambungkan nama-nama besar seperti Inul Daratista.

Kini, di usia senjanya, Syam menjalani kehidupan yang jauh dari kemewahan, bahkan terpaksa mengamen untuk bertahan hidup.

Syam, yang berasal dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pernah berada di puncak kejayaan.

Karya-karyanya menjadi favorit banyak penggemar dangdut, dan suaranya tak terlupakan dalam industri musik, dengan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Meggy Z, Ona Sutra, dan Asep Irama. Namun, popularitas dan kesuksesan itu kini seakan menjadi kenangan.

Di tengah hidup yang serba sulit, Syam sering kali diusir dari tempat-tempat ia mencoba mencari nafkah melalui mengamen.

Keberadaan dan perjuangannya untuk bertahan hidup semakin menambah duka di balik perjalanan seorang maestro musik yang telah memberikan banyak kontribusi untuk industri dangdut Indonesia.

Sejak memulai karier musiknya pada tahun 1981, Syam berhasil mengirimkan lagunya ke industri musik, mengungkapkan, “Alhamdulillah, lagu kita yang diterima,” saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya.

Di masa keemasan kariernya, Syam tidak hanya menciptakan lagu atas permintaan, tetapi juga menerima tawaran dari produser.

Salah satu karya terkenalnya adalah lagu “Terima Kasih” yang ditulis bersama Yongki RM untuk Inul Daratista. Meski begitu, perjalanan awalnya tidak semudah yang dibayangkan.

Dia mengingat bagaimana hanya mendapat Rp15.000 untuk lagu-lagunya yang dijual di tahun 1982.

Setelah menikmati kesuksesan di Jakarta, krisis moneter memaksanya kembali ke Sukabumi. Meski berada di kampung halamannya, Syam tetap dikelilingi oleh penggemar yang menginginkan karyanya.

Kini, ia tinggal di rumah sederhana berwarna hijau, di dekat pesawahan, bersama istri dan dua anaknya. Di rumah ini, ia masih menghabiskan waktu untuk menciptakan lagu, berbekal gitar dan kenangan masa lalu.

Bergabung dengan Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI) memberi harapan baru bagi Syam dalam hal royalti. Meskipun pendapatannya tidak menentu, ia merasa bersyukur karena masih bisa menerima transfer dari lagu-lagunya.

“Tahun ini saya hanya dapat Rp125.000, tapi tetap bersyukur,” ujarnya.

Hidupnya kini ditandai dengan kesederhanaan. Sarana hiburannya hanya radio, yang membawanya kembali ke momen-momen saat lagu-lagunya diputar. “Meski bangga, saya sering berpikir, kenapa hidup saya tidak berubah?” keluhnya dengan suara pelan.

Dengan enam anak, Syam menghadapi tantangan ekonomi yang semakin berat. Setelah menjajal berbagai pekerjaan, akhirnya ia dan istri memutuskan untuk mengamen demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Meskipun perjalanan mereka tak selalu mudah, seperti diusir dari tempat mengamen atau berhadapan dengan cuaca buruk, semangat mereka tidak pernah pudar.

Setiap hari, Syam berjalan 10-15 kilometer, mencari tempat untuk mengamen dan berharap mendapatkan penghasilan antara Rp50.000 hingga Rp100.000. Namun, uang tersebut cepat habis untuk kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah anak-anak.

Syam mengaku, kehidupannya kini tergantung pada gitar yang menjadi alatnya mencari nafkah. Dia berharap pemerintah dan pihak terkait dapat memberikan dukungan, sehingga ia bisa kembali tampil dalam acara-acara yang diselenggarakan. “Keinginan untuk tampil masih ada, semoga bisa terwujud,” harapnya.

Kisah Syam Permana adalah cermin dari perjuangan seorang seniman yang, meski menghadapi banyak rintangan, tetap berusaha untuk melestarikan karya-karyanya dan memenuhi tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Di balik lagu-lagu dangdut yang menghibur, ada jiwa yang berjuang untuk bertahan. ( TribunTrends.com/ Kompas.com )

 

Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul Menyedihkan! Nasib Syam, Pencipta Lagunya Inul Daratista, Sengsara di Hari Tua, Ngamen Diusir-usir

Baca juga: Hukum Makan Daging atau Ikan yang Masih Ada Sisa Darah,Halal atau Tidak? Simak Penjelasan Buya Yahya

Leave a comment