Kenapa di Negara-negara “Arab” Banyak Minyak Bumi? Ini Penjelasannya
KOMPAS.com – Negara Timur Tengah seperti Iran, Irak, Suriah, Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), Oman, dan Yaman hanya memiliki luas wilayah 5,1 juta kilometer persegi, atau sekitar 3,4 persen dari permukaan Bumi.
Tetapi menurut Tinjauan Statistik Energi Dunia BP tahun 2012, mereka memiliki 48 persen cadangan minyak dunia dan 38 persen cadangan gas alam.
Lima dari 10 penghasil minyak terbanyak di dunia juga berada di kawasan Timur Tengah itu bertanggung jawab atas produksi 26 persen minyak dunia.
Menurut Investopedia, Sabtu (11/5/2024), Arab Saudi memproduksi 11 juta barel minyak per hari dan menyumbang sekitar 15 persen dari produksi global.
Kenapa di negara-negara Arab atau Timur Tengah banyak menyimpan minyak bumi?
Baca juga: Apa Dampak Konflik Timur Tengah terhadap Indonesia?
Kenapa di Timur Tengah banyak minyak bumi?
Jawaban pertanyaan tersebut bisa dirunut ke belakang pada zaman Paleozoikum (541 juta tahun yang lalu) dan Mesozoikum (252,17 juta tahun yang lalu).
Sepanjang masa Paleozoikum dan Mesozoikum, negara-negara arab atau Timur Tengah merupakan tempat sedimentasi permukaan laut.
Ya, berbeda dengan kondisi saat ini, Timut Tengah pada ratusan juta tahun lalu merupakan lautan.
Dalam perjalanannya, mikroorganisme dan spesies laut juga berevolusi dan berdiversifikasi dengan cepat, sehingga memperkaya sedimen laut dengan karbon organik yang diperlukan untuk pembentukan hidrokarbon.
Hidrokarbon merupakan komponen utama dalam berbagai jenis bahan bakar, seperti bensin, bahan bakar jet, propana, minyak tanah, dan solar.
Hidrokarbon juga merupakan konstituen utama dalam bahan bakar fosil, seperti gas alam, minyak, dan batu bara.
Dikutip dari Geoexpro, Timur Tengah terkenal dengan cadangan minyak karbonatnya yang kaya.
Batuan cadangan seperti itu juga ditemukan di Amerika Utara dan Siberia Barat (terutama Paleozoikum), Amerika Tengah dan Selatan (terutama Mesozoikum), dan Asia Tenggara (terutama Miosen).
Namun, di Timur Tengah, karbonat diendapkan di paparan yang panjang dan lebar dari Permian hingga Paleosen dengan jeda yang tidak signifikan.
Bahkan setelah tabrakan Arabia-Asia, sedimentasi karbonat berlanjut di lingkungan laut yang sangat dangkal (proses yang sedang berlangsung di Teluk Persia).
Oleh karena itu, ladang minyak besar di Timur Tengah memiliki tumpukan tebal dari beberapa zona karbonat.
Penjelasan ahli geologi
Ahli geologi sekaligus purnakarya Pertamina, Awang Harun Satyana mengatakan, secara geologi, ada syarat-syarat tertentu agar suatu wilayah dapat menghasilkan minyak bumi.
Pertama, daerah tersebut harus mempunyai cekungan yang digunakan sebagai tempat sedimen-sedimen diendapkan.
Di Timur Tengah, bentuk cekungan yang ada cukup stabil, besar, lebar, dan memiliki umur geologi yang cukup tua, yakni terbentuk sejak ratusan juta tahun.
Hasilnya, sedimen yang diendapkan cukup tebal dan luas sehingga berpotensi menyimpan banyak minyak bumi.
“Selain itu, sedimen-sedimen yang diendapkan agar dapat menjadi minyak bumi juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu,” ungkap Awang kepada Kompas.com, Rabu (9/10/2024).
Selain itu, Timur Tengah memiliki batuan induk, atau batuan dari zat organik yang telah melalui proses geologi sehingga bisa berubah menjadi minyak bumi.
Zat-zat organik yang terperangkap dan menjadi batuan induk itu berasal dari marine atau laut yang kaya akan mikroorganisme.
Sebelum seperti sekarang, dulunya Timur Tengah merupakan lautan, dan daratannya justru berada di selatan dari posisi saat ini.
“Karena efek tektonik, akhirnya bergerak ke utara dan sekarang menjadi bagian di sekitar Iran-Irak. Jadi sejarahnya sangat panjang dan dulu tidak ada gurun,” ungkapnya.
Faktor lain yang membuat negara Timur Tengah kaya minyak karena mempunyai batuan reservoir yang menyimpan minyak
“Kalau sudah menjadi minyak maka minyak bumi akan berpindah dari batuan induk ke reservoir,” katanya.
Agar minyak bumi tetap di bawah tanah maka harus ada batuan penyekat yang akan menahannya.
Batuan penyekat yang dimiliki oleh kawasan Timur Tengah memiliki karakter yang sangat ketat, tidak berpori-pori, sangat stabil, dan tebal.
Di wilayah tersebut juga terdapat perangkap-perangkap yang prosesnya berlangsung selama ratusan juta tahun.
Baca juga: Dulu Sebagian Wilayah Timur Tengah Disebut Bulan Sabit Subur, Apa Itu?
Wilayah Timur Tengah dulunya bukan gurun pasir
Wilayah yang dikenal dengan Timur Tengah pada ratusan juta tahun yang lalu belum berupa gurun pasir seperti sekarang.
Dulunya, daerah Timur Tengah merupakan perairan sangat luas yang dikenal dengan Samudra Tethys, dikutip dari Third Coast Auto Group, Senin (6/1/2020).
Sungai-sungai yang mengalir ke lautan tersebut kaya akan nutrisi dan mendukung kehidupan mikroskopis.
Pada masa lalu, daerah tersebut kaya akan zat organik, seperti alga, bakteri, dan mikroorganisme lainnya.
Namun seiring dengan pergerakan lempeng Bumi yang dinamis, makhluk tersebut terkompresi dan bangkai-bangkainya berubah menjadi minyak.
Lalu akibat aktivitas tektonik, Samudra Tethys pun surut dan yang tersisa di tempatnya adalah gurun yang berpasir dan kering.
Meskipun demikian, sisa-sisa makhluk hidup dari jutaan tahun masih tersimpan dan berubah menjadi minyak bumi.
Baca juga: Ribuan Pasukan di Timur Tengah Siap Gabung Bersama Hezbollah, jika Israel Serang Lebanon