Viral Foto Khamenei Copot Jubah dan Keffiyeh, Analis: Tanda Iran Siap Perang dengan Israel
REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah foto viral di media sosial yang menggambarkan jubah dan keffiyeh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bertumpuk di atas sebuah bangku yang bersebelahan dengan bendera Iran. Tidak adanya Ali Khamenei dalam foto itu menjadi misteri dan memicu spekulasi di tengah eskalasi ketegangan di Timur Tengah pascaterbunuhnya pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Menurut sumber Iran dikutip Al Bawaba, Khamenei pada Jumat (27/9/2024) menggelar pertemuan darurat di Teheran usai Israel melancarkan serangan udara ke markas Hizbullah di pinggiran selatan Lebanon yang menewaskan Hassan Nasrallah. Usai pertemuan itu, beredar foto jubah dan keffiyeh Khamenei bersanding dengan bendera Iran.
Sebagian analis menilai, foto itu adalah kiasan dengan arti politik yang kuat merujuk pada gestur tak terduga dari pemimpin spiritual tertinggi Iran. Diduga, gestur itu sebagai indikasi dari pergeseran radikal dari posisi Ali Khamenei sebagai pemimpin spiritual menjadi komandan militer dalam rangka persiapan perang. Sebagian aktivis juga meyakini foto itu sebagai tanda Iran bersiap untuk berkonfrontasi langsung dengan Israel.
Pada Sabtu (28/9/2024), Ayatollah Ali Khamenei lewat akun resminya di X, @khamenei_ir mengeluarkan pernyataan, usai Hassan Nasrallah terkonfirmasi terbunuh dalam serangan udara Israel di Beirut pada Jumat (27/9/2024). Khamenei menyebut Nasrallah wafat dalam keadaan syahid dan arwahnya menuju surga.
“Mujahid besar, penentu-standar militan di kawasan, seorang pemuka agama dan pemimpin politik yang bijaksana — Syahid Hassan Nasrallah (semoga Allah meridhoinya) — menjadi martir pada perisitwa tragis di Lebanon semalam dan kini menuju ke surga,” kata Khamenei.
Menurut Khamenei, Nasrallah telah menerima penghargaan atas beberapa dekade jihad di jalan Allah, penderitaan dan pengorbanan suci. Penghargaan itu adalah menjadi martir dan syahid di jalan Allah. Dunia Islam, kata Ayatollah, kehilangan figur mulia, Front Pejuang kehilangan seorang yang sangat dihormati, dan Hizbullah kehilangan pemimpin yang tiada duanya.
“Fondasi yang telah dibangun oleh Syahid Hassan Nasrallah di Lebanon dan arah yang dia tetapkan di kalangan militan pejuang tidak akan bisa dihancurkan lewat kemartirannya, justru akan menguat hasil dari pengorbanannya,” kata Khamenei.
“Demi Allah yang maha agung dan maha kuasa, serangan oleh Front Pejuang terhadap rezim Zionis yang berkarat dan memburuk akan semakin menghancurkan. Rezim Zionis yang gagal tidak akan meraih kemenangan lewat aksi kejam ini.”
Dalam pertemuan kabinet di Teheran pada Ahad (29/9/2024) malam, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengungkapkan bahwa Amerika Serikat dan Eropa telah berbohong atas janji mereka soal gencatan senjata di Gaza sebagai ganjaran jika Iran tidak melancarkan pembalasan atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Faktanya, gencatan senjata di Gaza tak pernah terjadi hingga kini dan bahkan Israel memperluas serangan sampai Lebanon dan membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
“Memberi lebih banyak waktu kepada penjahat hanya akan membuat mereka semakin berani untuk melakukan kekejaman,” kata Pezeshkian.
Pezeshkian menyebut pembunuhan atas Hassan Nasrallah sebagai “kejahatan keji” dan mengatakan itu sekali lagi membuktikan bahwa “rezim kriminal tidak mematuhi norma atau kerangka kerja internasional apa pun.” Presiden Iran itu, yang pekan lalu berada di New York untuk menghadiri KTT Majelis Umum PBB beberapa hari sebelum pembunuhan Nasrallah, mengatakan bahwa “para pejuang kebebasan Lebanon tidak boleh dibiarkan sendirian.”
“Saya masih berkeyakinan bahwa para pejuang Lebanon dan pejuang kebebasan tidak boleh ditinggalkan sendirian dalam pertempuran ini, sehingga rezim yang kejam ini tidak menargetkan satu demi satu negara perlawanan, menumpahkan darah perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah, kata Pezeshkian seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah, IRNA.
Dia juga menekankan “tanggung jawab besar” negara-negara Arab dan Islam dalam menghadapi kekejaman yang dilakukan Israel di kawasan. “Negara-negara Islam tidak boleh tinggal diam terhadap kejahatan rezim ini karena hari ini telah menjadi jelas bagi masyarakat dunia tentang siapa sebenarnya penjahat dan penyebab perang, ketidakamanan dan pembunuhan di seluruh dunia,” ujarnya.
Dia juga mengkritik “standar ganda” media Barat dalam menangani “terorisme” Israel.
Pezeshkian kemudian mengatakan bahwa tindakan Israel “tidak akak dibiarkan begitu saja,” termasuk pembunuhan komandan senior militer Iran Abbas Nilforoushan, yang bersama dengan Nasrallah pada saat serangan.
“Tanggapan tegas terhadap para penjahat pengkhianat ini diperlukan. Sejarah menunjukkan bahwa gerakan pembebasan dan kebangkitan tidak akan binasa melalui pembunuhan para pemimpinnya, kata Pezeshkian.
Karikatur Opini Republika : Boikot Kurma Israel – (Republika/Daan Yahya)