Anak Usaha Inalum-Antam Lirik Prospek Ekspor Alumina ke China hingga Eropa
Bisnis.com, JAKARTA – PT Borneo Alumina Indonesia melirik potensi ekspor produk alumina ke China, Jepang, dan negara-negara Eropa seiring beroperasinya proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Fase I di Kalimantan Barat.
Proyek smelter alumina milik anak usaha PT Inalum dan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) itu telah memasuki tahap commissioning dan ditargetkan berproduksi penuh pada kuartal II/2025. Fasilitas pengolahan bauksit ini memiliki kapasitas produksi hingga 1 juta ton alumina per tahun.
Presiden Direktur Utama Borneo Alumina Indonesia Leonard M Manurung mengatakan bahwa produksi SGAR Mempawah Fase I akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan smelter aluminium milik Inalum terlebih dahulu.
Baca Juga : Smelter InalumâAntam di Kalbar Berpotensi Hasilkan Output Ekonomi Rp150 Triliun
“Saat ini, Inalum sebagai pemegang saham kita tentunya yang membutuhkan alumina itu membutuhkan kurang lebih 600.000 ton alumina per tahun. Nantinya sisanya baru kita serah, kita distribusikan untuk kebutuhan, baik domestik maupun untuk diekspor,” ujar Leonard usai meresmikan Injeksi Bauksit Perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Fase I, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024).
Untuk peluang ekspor, Leonard mengatakan bahwa pilihan tujuan negara ekspor saat ini masih beragam. Hal ini lantaran perseroan belum memiliki kontrak jangka panjang untuk ekspor.
Baca Juga : : 8 Fakta Pabrik Alumina Raksasa Inalum-Antam Senilai Rp25 Triliun
Menurut Leonard, beberapa negara yang potensial untuk pasar ekspor alumina, antara lain China, Jepang, dan negara-negara di Eropa.
“Jadi kami masih membuka kesempatan kepada beberapa negara-negara penerima alumina tersebut,” katanya.
Baca Juga : : Smelter Alumina Milik Inalum-Antam Resmi Lakukan Injeksi Perdana Bauksit
Lebih lanjut, Leonard menuturkan, kehadiran SGAR Mempawah miliknya sangat strategis untuk menyokong industri aluminium dalam negeri. Selama ini, kata Leonard, sebagian besar kebutuhan alumina sebagai bahan baku aluminium dalam negeri masih dipenuhi dari impor.
“Kebutuhan aluminium kita saat ini kurang lebih 1 juta ton aluminium. Artinya, untuk memenuhi 1 juta ton aluminium kita harus mempunyai pabrik yang ada di dalam negeri. Untuk bisa memenuhi kebutuhan aluminium tersebut maka kita perlu menyediakan alumina sebagai bahan baku produksi,” jelasnya.
Di sisi lain, dia mengatakan bahwa kehadiran SGAR Mempawah akan menghubungkan rantai pasokan antara mineral bijih bauksit dari tambang Antam dengan pabrik peleburan aluminium milik Inalum.
Nantinya, pasokan bijih bauksit SGAR akan dipasok dari tambang Antam di Mempawah dan ke depan juga akan dipasok dari tambang Antam di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
“Total kebutuhan kita untuk 1 tahun adalah 3—3,5 juta ton bauksit yang akan kita terima dari Antam,” pungkas Leonard.