Informasi Terpercaya Masa Kini

CERITA Perjalanan 13 Hari Bersama Paus Fransiskus

0 2

RODA pendarat A350-900 Singapore Airlines SQ 368 menjejak landasan pacu Bandara Internasional Leonardo Da Vinci, Fiumicino, Roma.

Pendaratan mulus pada Jumat (13/9/2024) petang itu menandai berakhirnya perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke empat negara di Asia-Oseania, yaitu Indonesia, Papua Niugini, Timor Leste, dan Singapura.

Kabin pesawat pun kembali riuh lantaran para wartawan yang menyertai perjalanan Paus Fransiskus mulai bersiap untuk turun.

Ucapan terima kasih dan peluk perpisahan mengiringi menit-menit akhir itu sembari tetap membicarakan menariknya perjalanan terpanjang Paus Fransiskus ini.

Antusiasme tinggi dari semua yang terlibat, siapa pun mereka, itulah kalimat ringkas yang dapat menggambarkan secara umum perjalanan apostolik itu.

Baca juga: VIRAL Bendera Bintang Kejora Dikibarkan saat Paus Fransiskus Tiba di Timor Leste, Ada Teriakan Papua

Selama 13 hari penuh, termasuk apabila dihitung sejak Paus Fransiskus berpamitan setelah memimpin doa Malaikat Tuhan pada Minggu (1/9/2024), para wartawan entah yang telah ratusan kali, lebih-lebih yang baru pertama kali terlibat, tetap terkesima.

Sambutan masyarakat Indonesia luar biasa, dan Timor Leste sungguh menakjubkan.

Singapura lebih lembut, tetapi tetap mengesankan.

Papua Niugini, terutama Vanimo, tampak memberi kesan mendalam pada perjalanan kali ini, ungkap sejumlah rekan wartawan.

”Paus Fransiskus tetaplah Bergoglio yang sederhana, rendah hati, dan merakyat,” kata Maria Valentina, wartawan yang bekerja untuk N+Televisa, Meksiko.

Valentina telah 160 kali mengikuti perjalanan apostolik Paus.

Ia ikut dari era Paus Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, dan kini Paus Fransiskus.

Baginya, Paus Yohanes Paulus adalah seorang yang merakyat sekaligus karismatik.

Meskipun demikian, corak keagungan seorang paus tetap muncul dalam penampilannya.

Demikian pula Paus Benediktus XVI yang kegeniusan dan kepandaiannya digambarkan tak terbilang.

Sementara pada diri Paus Fransiskus, yang muncul adalah pribadi yang begitu sederhana.

”Bahkan, ia sering tampil tanpa corak kepausan sama sekali,” kata Valentina.

Sejak lama Fransiskus melolosi dirinya dari simbol-simbol keagungan seorang uskup, kardinal, bahkan paus.

Paus Fransiskus menanggalkan sepatu merah khas paus dan memilih menggunakan sepatu karet berwarna hitam dengan alas tebal dan lunak.

Paus Fransiskus menggunakannya karena sepatu itu memiliki fungsi ortopedik.

Sebagaimana diketahui, Paus Fransiskus memiliki sedikit masalah pada kaki dan lututnya.

Ia tinggal di Santa Marta, apartemen sederhana yang disediakan untuk para uskup atau kardinal yang tengah berada di Vatikan.

Mobil hariannya hanya Fiat Panda.

Baca juga: Kunjungan Paus Fransiskus di Vanimo, PLN Siap Amankan Kelistrikan di Pos Lintas Batas Negara RI-PNG 

Sarapan paginya hanya sebutir telur rebus—salah satu menu yang digemarinya—serta beberapa potong biskuit renyah dan buah potong.

”Ia suka sekali dengan buah-buahan Indonesia, seperti pepaya dan melon,” kata Markus Solo Kewuta SVD, imam asal Flores, Nusa Tenggara Timur, yang belasan tahun berkarya di Kantor Kepausan untuk Dialog Antariman.

Menurut imam yang menjadi penerjemah Paus Fransiskus saat berada di Indonesia itu, Paus Fransiskus tidak menolak apa pun makanan yang disajikan untuknya.

”Ia menikmati apa saja. Ia makan seperti apa yang kami makan, tidak pilih-pilih,” kata Markus.

Pribadi otentik

Otentisitas praksis hidup sederhana itu bisa disentuh langsung, dilihat, serta dialami oleh siapa saja yang terlibat dan mengikuti perjalanan apostoliknya di Asia-Oseania.

 Pertama, orang tertarik dengan mobil biasa atau jam tangan murah yang digunakan.

Kedua, orang makin mendekat karena sapaannya yang ramah kepada khalayak biasa-biasa saja, terutama anak-anak dan orang muda.

Sentuhannya begitu personal.

Seperti saat Paus Fransiskus membiarkan seorang bapak menangis ketika berjabat tangan dengannya.

Bahkan, Paus menarik dan memeluknya erat, membiarkan seluruh air mata laki-laki itu tumpah begitu saja di dadanya.

Ketiga, Paus Fransiskus tidak menolak siapa pun yang datang kepadanya, apa pun citra orang itu di masyarakatnya.

Kalaupun menyampaikan kritik, ia tidak menyampaikan secara langsung.

Ia akan ”berputar cukup jauh” dan mengambil pilihan kata yang lebih lembut.

”Fransiskus lebih mencirikan sikap sebagai diplomat daripada mengkritik langsung dan lugas seperti dilakukan oleh Yohanes Paulus II,” kata Valentina.

”Ia bukan orang yang berciri konfrontatif.”

Meskipun demikian, sikap otentik itu membuat Paus Fransiskus juga tidak dengan mudah menyembunyikan air mukanya.

Setiap orang dengan mudah bisa melihat perubahan perasaan hatinya saat itu lewat raut wajah dan gerak-geriknya.

Ia pribadi yang begitu terbuka, jujur, dan apa adanya.

Ia tidak begitu suka dengan hal yang bersifat formal.

 Jika dalam situasi formal namun saat menyampaikan pidato sesekali keluar dari teks, berbicara secara langsung, dan bahkan melempar lelucon, hal itu menandakan Paus nyaman.

Orang muda

Di mana pun, entah di Jakarta, Port Moresby, Vanimo, Dili, atau Singapura, hatinya gembira dan bersemangat saat bertemu dengan anak-anak dan orang muda.

Air mukanya selalu cerah dan senyum tak pernah tanggal dari bibirnya. Ia bahkan berbicara tanpa teks, atau meninggalkan teks yang telah disiapkan.

Seperti di Port Moresby, Dili, dan Singapura, saat bertemu dengan anak-anak muda.

Paus memilih berbincang-bincang, bercanda, menggelar tanya jawab, dan tidak membatasinya.

 Meskipun berbicara tentang banyak isu, entah itu toleransi, harmoni, tambang, iklim, pemerintahan, pembangunan, atau teknologi, anak-anak dan orang muda tetap menjadi fokus Paus Fransiskus.

”Terima kasih atas salam, kesaksian, dan pertanyaan Anda. Saya senang bertemu dengan Anda dan berbagi momen perayaan dan refleksi ini dengan orang-orang muda di negara yang dihuni orang-orang muda. Jumlah kalian yang besar di Timor Leste membuat kehadiran Anda mengisinya dengan kehidupan, harapan, dan masa depan.”

Baca juga: Pesan Paus Fransiskus dari Papua Nugini: Tambang dan Sumber Daya Alam Harus Bermanfaat bagi Rakyat

“Namun, bukan hanya itu, berkat semangat iman Anda, Anda menjadikannya ruang bersama ini sebagai tempat melatih diri dan hati sebagaimana panggilan Santo Paulus, yaitu untuk menjadi juara kasih,” kata Paus Fransiskus saat berada di Dili, Timor Leste.

”Bila aku gagal, aku harus bangkit kembali. Dan bila ada temanku jatuh, aku harus membantunya bangkit kembali,” seru ribuan pemuda di Stadion Sir John Giuse, Port Moresby, Papua Niugini, menirukan kembali seruan Paus Fransiskus sembari bertepuk tangan.

Kepada anak-anak muda di semua negara, Paus Fransiskus mendorong mereka untuk lebih mau dan aktif terlibat dalam gerak dan dinamika bangsa.

Paus Fransiskus mendorong anak-anak muda untuk lebih berbela rasa dengan mereka yang terpinggir atau disisihkan.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dengan caranya yang lembut, Paus Fransiskus ”menegur” sejumlah pemerintah dan gereja.

Lembaga seharusnya mengurus orang muda, tetapi malah kurang mengoptimalkan pendidikan, pengembangan, dan pemberdayaan orang muda.

Di sisi lain, Paus pun mengajak anak-anak dan orang muda untuk tidak mudah menyerah jika menemui kegagalan.

 Ia mendorong mereka untuk berani mengambil risiko.

”Melihat ada begitu banyak anak muda dalam perjalanan ini, hatinya penuh oleh rasa gembira,” kata Cynthia Lynne Wooden, seorang reporter dari Catholic News Service, yang telah puluhan kali mengikuti perjalanan apostolik Paus.

”Ia memang dekat dengan anak-anak muda, selain karena mereka adalah bagian dari harapan dan masa depan,” kata Wooden menambahkan.

Tidak berjarak

Selama 13 hari mengikuti perjalanan apostolik Paus Fransiskus, sejumlah wartawan mengatakan bahwa dari cara Paus Fransiskus bergaul yang tidak ada jarak itu, Paus lebih mencirikan seorang imam Yesuit biasa.

Paus mencintai perutusannya terutama ke wilayah-wilayah pinggiran dan sulit, bukan mencitrakan seorang pemimpin dunia.

Dalam perjalanan kembali ke Roma, Paus Fransiskus pun mengatakan bahwa ia gembira dengan perjalanannya.

Ia melihat Indonesia yang indah, Timor Leste yang membuatnya jatuh cinta, dan Singapura yang menurut dia dapat menjadi contoh hidup bersaudara.

Dan, Paus Fransiskus mengatakan, ia dihidupkan oleh impresi kebudayaan Papua Nugini. (*)

Artikel ini dioptimasi dari Kompas.id, silakan berlangganan.

Leave a comment