Viral Curhatan Guru Hadapi Murid Gen Alpha Tidak Nurut saat Diajar
Sebuah akun X @atasnamakakayu menjelaskan mengenai pengalamannya yang mengajar murid-murid. Dalam postingan yang viral di Twitter dan TikTok itu menunjukkan guru tersebut yang menganggap murid-muridnya tidak bisa menurut.
Dalam komentar postingan itu tidak hanya pemilik akun yang merasakan keresahan tersebut. Banyak juga yang mengalami hal serupa dan menganggap guru yang usinya masih muda justru lebih tidak dihormati.
Berikut Popmama.com rangkum viral curhatan guru hadapi murid gen Alpha tidak nurut saat diajar.
Kronologi guru curhat di X soal muridnya yang tidak sopan1. Pengalaman akun X @atasnamakakayu menceritakan pengalaman muridnya
Dalam postingannya itu ia menyebut kalau murid-muridnya itu cukup kurang ajar. Ia memberikan tugas kepada mereka tetapi tidak dikerjakan selama 2 minggu.
“Kurang ajar banget siswa-siswaku. Tugas dari dua minggu lalu nggak dikerjakan dengan alasan sibuk latihan (kegiatan luar sekolah). Aku kasih pilihan untuk konsekuensinya, masih aja nawar-nawar, dan ngatur-ngatur. Aku minta gantian, mereka yang jadi guru, aku jadi siswanya,” jelas akun X tersebut.
Ia pun menjelaskan situasi yang dialaminya itu. Dua siswanya maju ke depan, satu siswa berdiri di belakang pemilik akun. Siswa tersebut memerintahkan murid lain untuk pulang karena ia berperan sebagai gurunya.
“Aku cuman diem ngeliatin,” tuturnya.
2. Siswa yang kurang ajar itu berani merebut ponsel gurunya
Tindakan itu membuat pemilik akun sekaligus guru di kelas itu cukup marah. Namun, ia berusaha tenang untuk menghadapi murid-muridnya.
“Setelah itu dia menyuruh teman-temannya berdoa, aku juga ikut (memainkan peranku), sambil istigfar dalam hati. Aku pikir dengan begitu, dia sadar dan berhenti. Ternyata tetap lanjut menyuruh teman-temannya pulang. Siswi-siswi nyuruh dia duduk, jawabannya ‘loh aku gurunya’,” tulis akun X @atasnamakakayu.
Karena kesal dengan tindakan muridnya, pemilik akun berusaha menggertak dengan berpura-pura upload video kelakuan muridnya di Instagram.
“Aku ketik dengan caption ‘contoh anak sekarang yang terlalu berani sama gurunya’ sama temannya yang duduk di sebelahku lihat dan bilang ‘kamu mau di-upload di story,” terangnya.
Menurut akun ini ia melakukan hal itu agar sang Murid berhenti. Bukannya sadar dan meminta maaf justru muridnya malah merebut ponselnya.
“Aku nggak expect dia akan rebut hpku dan minta aku hapus (video). Aku minta hpku kembali tapi dia nggak mau kasih sebelum aku hapus videonya,” jelasnya.
3. Guru tersebut ungkap muridnya yang Gen Alpha sangat tidak sopan
Tidak hanya menahan ponsel gurunya saja, murid tersebut juga berani membuka banyak aplikasi di ponsel milik gurunya. Karena kejadian ini guru dan pemilik akun X @atasnamakakayu keluar kelas dengan perasaan tidak karuan.
“Oh ya siswa yang kurang ajar ini termasuk pintar dalam pembelajaran, tapi buat aku nggak ada artinya kalau nggak ada attitude-nya. Sudah ditindak sama guru BK tapi ya gitu tidak merasa salah,” tuturnya.
4. Gen Alpha kurang hormat kepada guru dan orang lebih tua, mitos?
Dikutip dari website SOA (Sahabat Orangtua & Anak) yang didirikan oleh Hanlie Muliani, M.Psi, Psi sejak Februari 2012 menyebut diskursus soal Gen Alpha susah menghormati orang yang lebih tua merupakan perdebatan yang kompleks dan multifaset.
Belum ada argumen yang mendukung pandangan bahwa generasi ini mungkin menghadapi tantangan dalam hal tersebut, penting untuk diingat bahwa tidak semua individu dari generasi ini akan menunjukkan pola perilaku yang sama.
Diperlukan pendekatan yang holistik dan terpadu dari masyarakat, keluarga, dan lembaga pendidikan untuk membantu membentuk sikap yang sesuai terhadap menghormati orang yang lebih tua. Oleh karenanya soal mitos atau fakta mengenai hal ini website tersebut menyebut jawabannya bisa di tengah-tengah.
Salah satu alasan di balik persepsi ini karena Gen Alpha lebih terbiasa dengan interaksi melalui perangkat elektronik daripada komunikasi tatap muka. Kurangnya interaksi langsung membuat mereka tak terampil dalam membaca bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau nuansa komunikasi yang hanya dapat ditemukan dalam interaksi langsung.
Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam menunjukkan rasa hormat dengan cara yang dianggap pantas oleh orang-orang yang lebih tua.
Selain itu budaya konsumsi yang berbeda yakni mereka terbiasa dengan lingkungan di mana segala sesuatu dapat diakses dengan cepat dan mudah. Dalam budaya konsumsi ini, konsep otoritas sering kali diabaikan atau dianggap sebagai sesuatu yang kurang relevan.
Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk secara otomatis menghormati orang yang lebih tua hanya karena usia atau pengalaman.
Cara mengajarkan anak hormat terhadap guru di sekolah1. Ajarkan anak agar anak dekat dengan guru tapi tetap hormat
Berikut adalah beberapa cara mengajarkan anak untuk dekat dengan guru namun tetap hormat. Pertama, ajarkan etika komunikasi yang baik, seperti berbicara dengan sopan dan menggunakan kata-kata seperti “tolong” dan “terima kasih”.
Orangtua juga mencontohkan sikap hormat di rumah terhadap orang lain, terutama otoritas dengan mendorong interaksi positif dengan guru, seperti menyapa atau berdiskusi tentang pelajaran.
Tetapkan batasan yang jelas bahwa kedekatan dengan guru tidak berarti mengabaikan aturan. Jangan melibatkan anak dalam kegiatan sekolah yang melibatkan guru.
Ajarkan anak untuk memberikan apresiasi kepada guru melalui ucapan terima kasih atau sikap baik. Orangtua juga tetap menyediakan ruang diskusi terbuka agar anak bisa berbicara tentang perasaannya terhadap guru.
2. Membuat anak menuruti arahan dan perintah guru
Untuk membuat anak menuruti arahan dan perintah guru, penting untuk mengajarkan beberapa hal yakni tanamkan rasa hormat terhadap guru sebagai figur otoritas di sekolah.
Orangtua juga menjelaskan pentingnya mengikuti aturan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif. Ajarkan ia keterampilan mendengarkan dengan baik dan fokus saat guru berbicara.
Mendorong anak untuk bertanya jika tidak mengerti instruksi, jangan lupa untuk melatih konsistensi di rumah dengan meminta anak mengikuti aturan yang jelas.
Jangan lupa berikan pujian atau penghargaan saat anak berhasil menuruti arahan. Tidak luoa juga mendiskusikan konsekuensi dari tidak mengikuti instruksi untuk membantu anak memahami pentingnya kepatuhan.
3. Disiplin, sigap dan tepat waktu jika diberi tugas
Anak penting diajarkan manajemen waktu dengan membuat jadwal harian yang jelas. Orangtua juga hendaknya mendorong anak untuk memprioritaskan tugas-tugas penting terlebih dahulu.
Anak dilatih keterampilan organisasi dengan memberikan daftar tugas atau catatan harian. Sebagai orangtua hendaknya mencontohkan sikap disiplin dengan menunjukkan komitmen pada waktu dan tanggung jawab.
Melatih dengan memberikan tanggung jawab kecil yang bisa dikelola sendiri agar anak belajar mandiri. Puji atau beri apresiasi saat anak menyelesaikan tugas tepat waktu.
4. Tetap menjaga sopan santun dan tidak menyakiti perasaan orang lain
Untuk mengajarkan anak tetap menjaga sopan santun dan tidak menyakiti perasaan orang lain, mulailah dengan menanamkan nilai empati di hati mereka: ajak anak merasakan bagaimana rasanya jika mereka sendiri terluka oleh kata-kata atau tindakan orang lain.
Tunjukkan dengan penuh cinta bagaimana berbicara dengan lembut, memilih kata-kata yang baik, dan mendengarkan dengan tulus bisa membuat seseorang merasa dihargai dan dicintai. Ajarkan mereka untuk selalu berpikir sebelum berbicara, dengan mengingat bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang bisa membangun atau menghancurkan.
Berikan pujian penuh kasih ketika mereka berusaha menjaga perasaan orang lain, agar mereka tahu betapa bangganya kita melihat mereka tumbuh menjadi pribadi yang lembut dan penuh perhatian.
5. Membuat anak sadar posisi anak murid dan guru itu berbeda
Untuk membuat anak sadar bahwa posisi murid dan guru itu berbeda, ajak mereka memahami peran masing-masing dengan penuh pengertian dan kesadaran.
Jelaskan bahwa guru adalah orang yang membantu mereka menemukan jalan di dunia ilmu pengetahuan, dan bahwa tugas guru adalah mengajar, membimbing, dan menjaga ketertiban di kelas. Ceritakan kepada anak bahwa meskipun mereka boleh dekat dan nyaman dengan guru, tetap ada batasan yang harus dihormati, seperti tidak mengganggu saat guru berbicara atau selalu mengikuti arahan yang diberikan.
Beri contoh melalui cerita atau pengalaman nyata tentang pentingnya menghargai perbedaan peran ini, dan bagaimana sikap hormat bisa menciptakan hubungan yang harmonis dan saling mendukung di lingkungan belajar.
Tanamkan pada anak bahwa menghormati guru bukan berarti menjauh atau takut, melainkan mengerti peran mereka sebagai sosok yang ingin melihat setiap muridnya berkembang dan sukses.
Itulah tadi viral curhatan guru hadapi murid gen Alpha tidak nurut saat diajar. Semoga menjadi tambahan pengetahuan untuk orangtua di rumah agar anak tidak demikian ke guru saat di sekolah.
Baca juga:
- Oknum Pembina Pramuka di Pangkalpinang Cabuli 6 Anak Didiknya
- 4 Karakter Perempuan di Harvest Moon: Home Sweet Home dan Perannya!
- Siswi SMP di Palembang Diperkosa dan Dibunuh, Pelaku Masih Anak-anak