Starlink Dipakai untuk Deteksi Pesawat Siluman AS oleh China, Senjata Makan Tuan?
Bisnis.com, JAKARTA – Ilmuwan China dikabarkan memanfaatkan satelit orbit rendah milik Elon Musk, Starlink, untuk mengungkapkan posisi pesawat siluman milik Amerika Serikat.
Pesawat siluman, seperti F-22 dan F-35, dirancang untuk menghindari sistem radar konvensional yang terletak di darat, tetapi dapat dideteksi dari luar angkasa.
Starlink sempat disebut-sebut sebagai alat untuk mematai suatu negara. Pada praktiknya ternyata ilmuwan China menggunakan Starlink untuk mendeteksi pesawat siluman.
Baca Juga : Ilmuwan China Klaim Bisa Deteksi Pesawat Siluman Pakai Satelit Starlink Milik Elon Musk
Dilansir dari South China Morning Post, Lockheed Martin/Boeing F-22 Raptor atau pesawat tempur siluman supersonik segala cuaca bermesin ganda dikembangkan dan diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF).
Ilmuwan Tiongkok dikabarkan berhasil menggunakan sinyal satelit Starlink untuk mendeteksi target siluman selama percobaan radar di Laut Cina Selatan. Metode baru ini dapat diterapkan pada teknologi militer masa depan dan deteksi pesawat siluman.
Baca Juga : : Ini Calon Pesaing Starlink di Indonesia: One Web hingga Amazon Project Kuiper
Dalam percobaan tersebut, drone DJI Phantom 4 Pro, yang ukurannya kira-kira sebesar burung, digunakan untuk mensimulasikan pesawat siluman. Penampang radar drone tersebut mirip dengan pesawat tempur siluman yang sebenarnya.
Namun, alih-alih mengandalkan emisi radar berbasis darat tradisional, drone tersebut dideteksi dengan menganalisis sinyal elektromagnetik dari satelit Starlink yang melintasi Filipina.
Baca Juga : : Perkuat Pertahanan Udara, Singapura Bakal Borong 8 Pesawat Siluman F-35A
Metode deteksi ini mengandalkan penyebaran ke depan, di mana objek seperti pesawat atau pesawat nirawak mengganggu gelombang elektromagnetik dari satelit, yang menyebabkan gangguan sinyal kecil, yang ditangkap dan dianalisis untuk menentukan lokasi objek.
Teknik ini tidak mengharuskan radar memancarkan sinyal, sehingga lebih sulit bagi musuh untuk mendeteksi atau mengganggunya.
Eksperimen ini mendeteksi detail halus pesawat nirawak, termasuk gerakan rotor, meskipun ada tantangan seperti antena kecil dan ketinggian rendah.
Para peneliti menggunakan algoritma yang dirahasiakan dan prosesor berkinerja tinggi yang tidak ditentukan untuk memproses sinyal yang ditangkap. Meskipun metode ini masih dalam pengembangan dan belum siap untuk penggunaan militer, teknologi ini menunjukkan potensi untuk mendeteksi pesawat nirawak dan pesawat siluman.
Pesawat siluman tradisional dirancang untuk menghindari deteksi radar dengan menggunakan bahan dan bentuk khusus untuk mengurangi pantulan gelombang elektromagnetik. Sementara itu, pesawat nirawak biasanya terlalu kecil untuk dideteksi radar konvensional.
Namun, percobaan di Tiongkok menunjukkan bahwa penggunaan sinyal satelit pihak ketiga seperti dari Starlink dapat melewati fitur siluman ini, sehingga memungkinkan untuk mendeteksi pesawat semacam itu terlepas dari desainnya.
Percobaan ini merupakan bagian dari upaya Tiongkok untuk meningkatkan kemampuan anti-silumannya. Pendekatan lain termasuk menggunakan konstelasi satelit besar, radar over-the-horizon, dan sistem radar anti-siluman canggih di kapal perang, yang semuanya ditujukan untuk melawan kehadiran militer AS di wilayah tersebut.