Jadi Lektor Saat Misa Kudus Paus Fransiskus di GBK, Dustin: Ini Campur Tangan Tuhan
JAKARTA, KOMPAS.com – Bernadus Dustin (22), penyandang tunanetra yang menjadi lektor pada Misa Akbar bersama Paus Fransiskus di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Kamis (5/9/2024) tak ingin tinggi hati.
Dustin bilang, capaiannya ini tak lepas dari campur tangan Tuhan. Atas kuasa Tuhan, ia dapat membaca Alkitab di hadapan Paus Fransiskus dan puluhan ribu umat Katolik kendati memiliki keterbatasan.
“Saya cuma mau bilang, banggakan Tuhan. Tanpa campur tangan Tuhan, saya tidak bisa seperti ini. Tidak bisa di titik ini. Dan tidak bisa membaca selancar itu. Jadi pesan saya, banggakan Tuhan. Jangan banggakan manusia,” ujar Dustin kepada Kompas.com di Gereja Santo Alfonsus Rodriguez, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (5/9/2024) malam.
Dustin menyebut, dirinya masih jauh dari kata sempurna kendati terpilih sebagai lektor yang membacakan kitab suci di depan Paus Fransiskus.
“Please, jangan banggakan saya. Saya ini hanya alat yang dipakai Tuhan. Saya ini enggak bisa apa-apa. Saya ini masih banyak kurangnya,” kata dia.
Baca juga: Lektor Tunanetra Dustin: Tidak Pernah Bermimpi Jadi Petugas Liturgi Misa Akbar Paus Fransiskus
Dustin bercerita, penunjukan dirinya sebagai lektor saat Misa Kudus bersama Paus Fransiskus merupakan perjalanan panjang.
Mulanya, Dustin tergabung dalam Laetitia Disability Choir (LDC), kelompok paduan suara disabilitas yang dinaungi Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ).
Pada 15 Mei 2024 lalu, Dustin dan kawan-kawan mengisi acara perayaan 100 tahun Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sekaligus pemberkatan gedung KWI baru.
Pada kesempatan itu, dia ditunjuk sebagai lektor yang bertugas membacakan Alkitab di depan seluruh uskup.
Rupanya, pelayanan Dustin ini meninggalkan kesan mendalam bagi rama hingga uskup yang hadir pada saat itu.
Singkat cerita, setelah acara tersebut, ia dihubungi salah seorang guru paduan suara Gereja Katolik Santo Alfonsus Rodriguez. Oleh sang guru, Dustin diminta menghubungi salah satu rama KWI.
Saat itulah, Dustin diminta menjadi lektor pada Misa Kudus yang dipimpin Paus Fransiskus.
“Saya ditelepon siang-siang. Saya ditanya, ‘Kamu mau enggak jadi petugas lektor di GBK untuk Misa Akbar bersama Bapa Paus pada 5 September?’,” ujar Dustin mengingat percakapannya bersama seorang rama.
Dustin sontak terkejut. Perasaannya seketika berkecamuk. Dengan menggebu-gebu, ia langsung menerima tawaran tersebut.
Setelahnya, ia mempersiapkan dan menyerahkan semua berkas yang diperlukan ke KWI.
Juli 2024, Dustin baru menerima materi dari KWI untuk Misa Akbar bersama Paus Fransiskus. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, dia langsung berlatih mandiri di rumahnya.
“Saya cuma latihan di rumah saja. Latihan di luar dua kali, di KWI pada 16 Agustus dan gladi resik GBK pada 4 September. Sisanya di rumah, secara mandiri,” ungkap Dustin.
Selama proses latihan, Dustin melakukan olah vokal, artikulasi, dan intonasi. Dia berusaha merasakan perannya menjadi wakil Tuhan yang menyampaikan pesan-Nya kepada jemaat.
Baca juga: Mobil Maung MV3 yang Dipakai Paus Fransiskus Saat Misa Akbar Akan Dimuseumkan
Kendati demikian, Dustin kerap merasa stres. Sebab, ia tidak ingin gagal memberikan pelayanan yang terbaik ke puluhan ribu jemaat Katolik di GBK.
“Jujur, stres banget. Karena, itu saya terdoktrin dengan, ‘Wow, yang menyaksikan saya ini banyak lho. Saya mesti berikan yang terbaik’, ‘Aduh, saya takut salah baca, takut artikulasi enggak jelas, intonasi asal’, gitu,” ungkap Dustin.
Beberapa jam sebelum naik ke altar saat Misa Akbar, jantung Dustin berdebar hebat. Rasa khawatir menghantui pikirannya.
Namun, dia menyadari, kekhawatiran itu justru bisa menyebabkan kegagalan. Dustin pun berupaya melepas rasa khawatir dan stres yang berlebihan.
“Caranya, ya saya beranggapan, saya sedang pelayanan di gereja saya, di hadapan ratusan orang, bukan puluhan ribu, atau jutaan jemaat. Maka, saya harus menampilkan terbaik,” ucap Dustin.
Dustin juga berserah diri ke Tuhan. Dia berupaya memberikan pelayanan terbaik.