Informasi Terpercaya Masa Kini

Dijuluki “Gerbang Menuju Neraka”, Kawah Batagaika di Siberia Berkembang Semakin Besar

0 5

KOMPAS.com – Foto-foto dari luar angkasa telah menunjukkan bahwa lubang raksasa di Siberia tumbuh dengan cepat.

Lubang itu memiliki bentuk seperti ikan pari, kepiting tapal kuda, atau kecebong raksasa.

Mulanya, lubang tersebut hanya berupa sepotong kecil, nyaris tak terlihat dalam citra satelit yang telah dideklasifikasi dari tahun 1960-an.

Namun, lubang tersebut sekarang menjadi jurang dengan tebing-tebing yang curam dan terlihat jelas dari luar angkasa.

Lantas, apa sebenarnya lubang yang membelah tanah di Siberia itu?

Baca juga: Penemuan Baru di Mars, Embun Es di Gunung Berapi dan Lubang di Permukaan Planet

Ukurannya membesar 3 kali lipat

Dilansir dari Science Alert, Senin (2/9/2024), lubang tersebut adalah Kawah Batagay yang juga disebut sebagai Batagaika atau “pintu gerbang menuju neraka”.

Saat ini, ukuran lubang tersebut bertambah lebar tiga kali lipat antara tahun 1991 dan 2018, menurut US Geological Survey.

Sebagai informasi, Batagaika sebenarnya bukanlah sebuah kawah. Tempat ini adalah “retrogressive thawing slump” atau kemerosotan pencairan retrogresif terbesar di dunia.

Lubang itu mulai terbentuk ketika pencairan lapisan tanah beku permanen menyebabkan tanah amblas, sehingga terjadi tanah longsor.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Risiko Megatsunami Melonjak Seiring Mencairnya Gletser

Sebenarnya, ada ribuan lereng yang mencair di seluruh Kutub Utara. Namun, ukuran “kawah” Batagaika membuatnya dijuluki sebagai “megaslump” atau longsoran es raksasa. 

Nama kawah tersebut diambil dari kota Batagay yang berada di dekatnya.

“Permafrost bukanlah subjek yang paling fotogenik,” kata ahli geofisika di Washington University di St Louis, Roger Michaelides, dikutip dari Business Insider.

“Anda kebanyakan berbicara tentang tanah beku di bawah tanah, yang menurut definisi sering kali tidak dapat dilihat, kecuali jika sudah terekspos, seperti di bongkahan besar ini,” tambahnya.

Hal ini membuat lubang Batagaika menjadi semacam selebritas permafrost dan pertanda apa yang akan terjadi di masa depan.

Baca juga: NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Dampaknya pada Bumi

Saat lapisan es mencair, semua tanaman dan hewan mati yang telah membeku di dalamnya selama berabad-abad mulai membusuk, melepaskan karbon dioksida, dan metana ke atmosfer.

Gas-gas tersebut merupakan gas yang memerangkap panas yang kuat dan menyebabkan suhu global semakin meningkat, sehingga memicu pencairan lapisan es yang lebih cepat lagi.

Ini dapat menimbulkan dampak yang mengerikan. Sebab, lapisan es menutupi 15 persen daratan di belahan Bumi Utara.

Lapisan ini mengandung karbon dua kali lebih banyak daripada atmosfer.

Sebuah studi memperkirakan, pencairan lapisan es permanen dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca sebanyak yang dihasilkan oleh negara industri besar pada tahun 2100, jika industri dan negara-negara tidak secara agresif mengendalikan emisi mereka saat ini.

“Ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentang lingkaran umpan balik ini dan bagaimana hal ini akan terjadi, tetapi ada potensi perubahan yang sangat besar pada sistem iklim yang terjadi dalam rentang waktu geologis yang sangat, sangat cepat,” kata Michaelides.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Asal-usul Asteroid yang Memusnahkan Dinosaurus 66 Juta Tahun Lalu

Singkatnya, pencairan lapisan es dapat dengan cepat membuat krisis iklim menjadi lebih buruk. Namun, ini masih merupakan proses yang misterius.

Mempelajari situs ekstrem seperti bongkahan es Batagaika dapat membantu para ilmuwan memahami pencairan es dan mengintip masa depan.

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Geomorphology pada bulan Juni, para peneliti menggunakan data satelit dan drone untuk membangun model 3D dari megaslump, serta menghitung perluasannya dari waktu ke waktu.

Mereka menemukan bahwa es dan lapisan es abadi yang setara dengan 14 Piramida Giza telah mencair di Batagay. Volume kawah meningkat sekitar satu juta meter kubik setiap tahun.

“Nilai-nilai ini sangat mengesankan. Hasil penelitian kami menunjukkan betapa cepatnya degradasi lapisan es terjadi,” kata Alexander Kizyakov, penulis utama studi ini dan seorang ilmuwan di Lomonosov Moscow State University.

Baca juga: Pertumbuhan Lubang Hitam Supermasif Melambat Seiring Menuanya Alam Semesta, Apa Penyebabnya?

Leave a comment