Informasi Terpercaya Masa Kini

The Wolf of Wall Street, Ketika Keserakahan Memangsa Investor

0 9

Menonton kembali The Wolf of Wall Street, film rilisan Paramount Picture yang digarap secara apik oleh sutradara legendaris Martin Scorsese, dengan Leonardo DiCaprio, Margot Robbie, Jonah Hill, dan Matthew McConaughey sebagai bintangnya, membawa kita menggali lebih dalam sosok Jordan Belfort dan modus kejahatan keuangan yang dilakukannya.

Sosok Belfort dalam film ini diperankan dengan sangat Brilian oleh Leonardo di Caprio. 

Jordan Belfort yang dikenal sebagai Wolf of The Wall Street menjadi salah satu tokoh kontroversial di dunia keuangan, seperti halnya Bernie Madoff.

Di indonesia, for some extent mungkin bisa disamakan dengan Benny Tjokrosaputro, yang karena aksi tipu-tipunya membuat Asuransi Jiwasraya harus gulung tikar.

Mengutip berbagai sumber referensi yang berhasil saya kumpulkan, awal karir Belfort muda dimulai dengan berjualan daging dan makanan laut secara asongan, door to door di Long Island New York.

Saat itu usianya masih 23 tahun, mimpinya untuk menjadi kaya dari bisnisnya tersebut membuat ia menjalankan usahanya tersebut dengan agresif.

Dari keuntungan hasil penjualannya tersebut ia belikan beberapa aset termasuk truk dan merekrut sejumlah karyawan untuk mendistribusikan 2 ton daging dan ikan setiap pekannya.

Karena agresifitasnya, ia kurang berhitung bahwa laju keuntungannya tak selaras dengan nafsu ekspansifnya sehingga modalnya tergerus habis, alhasil ketika memasuki tahun ketiga, usahanya bangkrut.

Gagal di bisnis daging dan makanan laut pada usia 25 tahun, Belfort kemudian melirik Wall Street sebagai peluangnya untuk meraih kekayaan. Di sana ia bergabung sebagai pialang di sebuah perusahaan sekuritas LF Rothschild.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, karir Belfort di perusahaan pialang tersebut tak bertahan lama, karena kesulitan keuangan akibat market crash “Black Monday” 1987, ia terkena PHK.

Tak berselang lama, ia kembali ke Long Island untuk bekerja di Invesment Center perusahaan investasi kecil yang dikomandani oleh Mark Hanna (Matthew McConaughey)

Atas bimbingan dan arahan dari Hanna, Belfort mulai akrab dengan saham-saham gorengan atau di Wall Street dikenal dengan Penny Stock.

Penny Stock: Investasi Menggiurkan atau Jebakan Berbahaya?

Merujuk Investpedia, Penny Stock memiliki beberapa pengertian, awalnya penny stock adalah saham yang dijual di bawah 1 US Dollar per saham. Namun, kemudian aturannya dirubah oleh Otoritas Pengawas Bursa AS (SEC) semacam OJK-nya AS, penny stock menjadi saham yang diperdagangkan di bawah 5 US Dollar per saham.

Selain harganya rendah bahkan bisa diperjualbelikan dengan beberapa sen saja, kapitalisasi saham penny stock biasanya sangat sedikit, yang menunjukan perusahaannya kecil dan kurang mapan.

Karena kapitalisasinya kecil, maka volume perdagangannya pun otomatis sangat rendah, akibatnya saham itu tak likuid, sulit untuk diperjualbelikan.

Fundamental perusahaan yang menjual sahamnya pun sulit untuk ditelusuri, sehingga sulit di analisis. Di ujungnya saham-saham kategori penny stock ini volatilitasnya menjadi sangat tinggi, bisa turun sangat cepat atau naik melesat tanpa pernah kita paham apa yang mendasarinya. Intinya, penny stock adalah saham yang sangat berisiko dan spekulatif 

Apalagi di masa itu, penny stock bisa diperdagangkan secara over the counter alias diperdagangkan di luar mekanisme bursa saham. Jadi pemilik saham dapat menjual portofolio sahamnya secara langsung kepada pembelinya, bilateral. Biasanya aturan perdagangan saham seperti ini tak terlalu ketat dibandingkan lewar skema bursa.

Stratton Oakmont, Kerajaan Penipuan Belfort

Setahun setelah “belajar” di Invesment Center, Belfort mendirikan sendiri perusahaan pialang khusus buat transaksi over the counter dengan menyewa lisensi dari perusahaan Stratton Securities, bersama mitranya Danny Porush, yang dalam film itu diganti dengan nama Donnie Azoff yang diperankan oleh Jonah Hill.

Dalam 5 bulan, Belfort berhasil mengumpulkan dana investasi sebesar 250 ribu US Dollar yang ia gunakan untuk membeli seluruh lisensi Stratton, untuk kemudian ia ganti nama perushaannya menjadi Stratton Oakmont.

Kali ini bisnis yang dijalankan Belfort cukup berhasil, ia bersama Stratton Oakmont merekrut 1.000 pialang saham untuk memasarkan saham-saham penny stock yang ia miliki dan kreasikan secara agresif menggunakan skema Pump and Dump yang dikenal tak etis meskipun tak bisa disebut melanggar aturan. 

Secara sederhana skema pump and dump adalah praktik Pom-Pom saham  yang penuh tipu-tipu. Begini kira-kira alurnya, Belfort dan rekan-rekannya membeli saham perusahaan kecil dengan harga murah, lalu mempromosikannya secara agresif kepada investor untuk menaikkan harga saham secara artifisial. 

Setelah harga naik, mereka menjual sahamnya dengan keuntungan besar, meninggalkan investor lain dengan kerugian besar.

Pada masa puncaknya, Belfort dan rekan-rekannya di Stratton Oakmontt berhasil memobilisasi dana investor sebesar 1 milyar US Dollar, jumlah yang sangat besar pada era itu.

Namun,  kesuksesan Jordan Belfort dan Stratton Oakmontt dibangun di atas fondasi penipuan dan manipulasi, sehingga akhirnya, FBI mulai menyelidiki aktivitas mereka.

The National Association of Securities Dealers, Asosiasi Perusahaan Sekuritas di AS, mencabut izin perusahaan milik Belfort dan pada tahun 1996 resmi ditutup.

Beberapa tahun kemudian, Belfort dan rekannya Danny Porush didakwa  atas tindakan penipuan sekuritas dan pencucian uang, yang kemudian mereka akui kesalahannya.

Kerugian investor atas tipu-tipu Belfort ini mencapai 200 juta US Dollar, dan ia dihukum selama 22 bulan penjara.

Sebagai sebuah film, The Wolf of Wallstreet, memang sangat menarik untuk disaksikan bahkan hingga berkali-kali, apalagi bagi orang yang dekat dengan dunia finansial.

Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. Film ini juga menyoroti pentingnya literasi keuangan bagi investor. Dengan meningkatkan literasi keuangan dan berinvestasi secara bijak, kita dapat melindungi diri dari jebakan fraud dan scam

Meskipun film ini menuai kritik terkait penggambaran perilaku tak senonoh dan kehidupan glamor Belfort, yang dianggap sebagai glorifikasi tindakan ilegal dan perilaku tak bermoral, Scorsese membantahnya. Ia menegaskan bahwa film ini justru menyampaikan kritik keras terhadap perilaku destruktif dan tamak dalam dunia finansial.

Leave a comment