Informasi Terpercaya Masa Kini

Dipakai Jokowi di Sidang Tahunan MPR, Ini Filosofi Busana Adat Ujung Serong Betawi

0 65

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi menggunakan busana adat Ujung Serong asal Betawi saat menghadiri Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8/2024).

Pakaiannya mencakup peci, jas tertutup, celana kain, dan pantofel berwarna hitam, yang dilengkapi dengan kain batik dan jam saku emas.

Baca juga: Jokowi Kenakan Pakaian Adat Betawi di Sidang Tahunan Terakhirnya, Simbol Terima Kasih untuk Jakarta

Pemilik Sanggar Nusantara Dot Com Bachtiar Jamaluddin mengungkapkan, dahulu busana adat Ujung Serong asal Betawi merupakan pakaian yang tidak bisa dipakai oleh sembarang orang.

“Baju Betawi jas tutup Ujung Serong itu adalah pakaian bagi pria Betawi, untk pria dewasa,” kata Bachtiar kepada Kompas.com, Jumat.

Pakaian pria kaya yang sudah menikah

Menilik sejarahnya, busana adat Ujung Serong yang juga disebut dengan jas demang Ujung Serong sudah ada sejak Kota Jakarta masih bernama Kota Batavia.

Pada saat itu, jas demang Ujung Serong marak digunakan oleh para pria Betawi dari kalangan berada alias orang kaya, misalnya yang berprofesi sebagai tuan tanah.

Namun, bukan berarti setiap pria dewasa yang berprofesi sebagai tuan tanah bisa menggunakannya. Jas demang Ujung Serong hanya digunakan oleh mereka yang sudah menikah.

“Bagi orang yang sudah menikah. Kalau yang dipakai oleh Abang Jakarta, itu untuk yang bujang atau belum menikah. Kalau yang sudah menikah, pakainya jas demang Ujung Serong,” kata Bachtiar.

Baca juga: 7 Baju Adat yang Pernah Dipakai Jokowi Saat Upacara HUT RI

Menampilkan status sosial

Busana adat Ujung Serong terdiri dari jas demang atau jas tertutup dan celana kain berwarna hitam. Penampilan dilengkapi dengan kain Betawi dengan tumpal pucuk rebung, belah ketupat, atau pagi sore.

“Kainnya dipakai setengah tiang, menyerong, makanya disebut jas demang Ujung Serong,” papar Bachtiar.

Kemudian, pada bagian atas jas demang, tampilan dilengkapi dengan rantai kuku macan atau jam saku seperti Jokowi di Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI.

“Mengenakan rantai kuku macan atau jam saku sebagai simbol kegagahan pria Betawi, dengan tentunya menandakan mereka adalah orang kaya di Batavia. Sepatunya pantofel sebagai pengaruh dari Eropa,” jelas Bachtiar.

Baca juga: 8 Ide Baju Adat Simple untuk 17 Agustusan

Digunakan oleh ASN

Bachtiar menambahkan, saat ini busana adat Ujung Serong sudah tidak lagi dikhususkan bagi para bangsawan. Sebab, saat ini mereka juga digunakan oleh aparatur sipil negara (ASN) dalam acara formal.

Cara menggunakan busana adat Ujung Serong dan aksesori pelengkapnya masih sama. Namun, ada filosofi lain dalam penggunaannya di zaman modern saat ini.

“Di Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta, di setiap acara formal, mereka diminta menggunakan jas demang Ujung Serong. Jadi menandakan, mungkin kalau di pemerintahan, kedudukan sebagai atasan,” ucap dia.

Sebagai ucapan terima kasih

Berdasarkan ketarangan pers dari Biro Pers Sekretariat Presiden, Jokowi sengaja menggunakan busana adat Ujung Serong asal Betawi untuk menampilkan makna tertentu.

Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Abetnego Tarigan mengatakan, pakaian itu memiliki makna sebagai simbol terima kasih untuk Kota Jakarta sebagai Ibu Kota.

“Presiden memaknai pakaian adat Betawi sebagai simbol terima kasih untuk Kota Jakarta yang sudah resmi menjadi Ibu Kota sejak tahun 1966,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Jumat.

Leave a comment