Nyoman Nuarta Jawab Kritikan soal Desain dan Kesan Mistis Istana Garuda di IKN
JAKARTA, KOMPAS.TV – Perancang Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN), Nyoman Nuarta, buka suara setelah karyanya dikritik banyak pihak. Ia mengaku tak masalah dan sudah biasa menerima kritik. Termasuk saat mendesain patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali.
Namun, dia berharap agar kritikan yang diberikan tidak dikaitkan dengan isu agama.
“Kalau orang mengkritik ini udah biasa, saya sudah dari zaman mahasiswa udah dikritik kok, enggak ada masalah gitu, tapi jangan bawa-bawa agama, jangan bawa-bawa itu, enggak ada urusan. Kan nanti orang lain tersinggung, apa urusannya. Itu ada sampai bawa-bawa agama, karena orang Bali, karena orang Hindu, apalah gitu, jauh banget,” kata Nyoman seperti dikutip dari Antara, Sabtu (10/8/2024).
Ia mengungkap, saat membangun GWK, dirinya dikritik oleh orang Bali sendiri. Ia juga tidak mendapat dukungan perbankan saat menggarap proyek itu, meski punya aset yang cukup sebagai jaminan.
Baca Juga: Satgas IKN Sebut Trem Otonom Bisa untuk Antar Peserta Upacara 17 Agustus di Nusantara
Kini, GWK menjadi ikon Bali dan Indonesia di mata internasional. Gelaran acara yang mengundang pemimpin negara-negara dunia seperti G20 juga diadakan di Kompleks GWK.
“Dulu yang di GWK itu, 28 tahun saya dikritik habis oleh orang Bali sendiri, dituduh macam-macam, saya itu sampai didemo, diancam segala macam, dianggap saya perusak budaya Bali,” terang Nyoman.
“Saya jalan sendiri, pemerintah enggak mau bantu saya, enggak ada satu bank pun yang mau bantu saya. Salah satu bank pun enggak mau membantu saya, padahal aset saya waktu itu sudah Rp1,3 triliun, dulu aset tanah kita 80 hektare,” ujarnya.
Ia bercerita, sengaja mendesain Istana Garuda berbeda dari yang lain. Menurutnya, Istana Negara tidak boleh sama seperti bangunan lain dan harus menggambarkan ciri bangsa.
Baca Juga: Warganet Komentari Bilah Perunggu Istana Garuda Terkesan Gelap, Ini Jawaban Menteri PUPR Basuki
“Saya bilang sama Pak Jokowi (Presiden RI), kalau model kayak gitu (sama dengan desain yang lain), saya nggak mau, deh. Istana kita harus beda dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan fungsinya,” ungkapnya.
Nyoman yang juga merancang payung Jalasveva Jayamahe di Surabaya ini menjelaskan, warna Istana Garuda nantinya akan berubah menjadi biru toska lewat proses oksidasi. Seperti halnya patung GWK.
Kemudian rangka di bagian belakang Istana Garuda terbuat dari perforated. Perforated merupakan plat dari bahan baja tahan cuaca. Ia menegaskan, warna itu mampu tahan hingga ratusan tahun lamanya.
Dia mencontohkan jembatan-jembatan di Amerika, terutama New York, yang mengalami perubahan warna setelah bertahun-tahun.
Baca Juga: Desain Istana Garuda Disebut Istana Kelelawar oleh Warganet, Begini Tanggapan Basuki Hadimuljono
“Kalau orang lihat gelap segala macam, kan susah yang biasa lihat menyala-menyala warna emas itu, kan. Saya enggak mau seperti itu,” sebutnya.
Ia menegaskan, Garuda dipilih sebagai bentuk bangunan agar tidak ada kecemburuan dari berbagai daerah di Indonesia. Pasalnya, Indonesia memiliki beragam suku.
Nyoman menyebut Indonesia punya 1.300 suku dengan budaya khasnya masing-masing.
Ia menuturkan, Garuda sudah sangat familiar atau dikenal oleh semua suku yang ada di Indonesia sebagai lambang negara.
Baca Juga: Pertamax Naik! Berikut Harga BBM Terbaru Pertamina, Shell, BP AKR, dan Vivo
Apalagi, lanjut Nyoman, lambang Garuda Pancasila juga diciptakan oleh Sultan Hamid II yang berasal dari Kalimantan, bukan seperti yang dituduhkan bahwa Garuda dari budaya Hindu.
“(Indonesia) ada rumah adatnya, ada kerajinannya. Ada tekstilnya. Supaya tidak terjadi kecemburuan, saya menghindari identitas salah satu suku (untuk) saya gunakan dalam membangun Istana. Rasanya tidak adil. Dengan demikian saya pilih Garuda sebagai ide dasar,” paparnya.
“Nah, setelah saya pakai itu, tidak ada satu pun dari suku-suku yang begitu banyaknya yang protes, yang protes kaum arsitek, yang kalah berkompetisi. Ini kan hasil kompetisi. Jadi konsep saya begitu, karena saya tidak ingin terjadi perpecahan akibat desain yang nggak benar,” sambungnya.
Sementara soal kesan mistis terhadap Istana Garuda, Nyoman mempersilakan persepsi dari masing-masing orang untuk berpendapat.
Menurutnya, pendapat orang timbul sedikit banyak dipengaruhi oleh pengalaman mereka masing-masing.