Mampukah Kamala Harris kalahkan Donald Trump dalam Pilpres AS?
Presiden Joe Biden mengumumkan mundur dari persaingan pemilihan presiden AS dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris untuk menggantikannya sebagai bakal kandidat dari Partai Demokrat. Namun kini muncul pertanyaan baru – Apakah Kamala Harris mampu mengalahkan Donald Trump?
Pada awal Juli lalu, Wakil Presiden AS Kamala Harris tampil di sebuah festival budaya kulit hitam di New Orleans, membagikan kisah tentang perjalanan hidup dan pencapaiannya selama di Gedung Putih.
Kegiatan itu merupakan acara yang rutin dihadiri oleh Kamala – wakil presiden perempuan, berkulit hitam, dan keturunan Asia Selatan pertama di AS – sepanjang masa jabatannya selama tiga setengah tahun belakangan.
Harris biasanya diikuti oleh kelompok pers yang jauh lebih kecil jumlahnya dibandingkan Presiden Joe Biden. Namun saat itu jumlahnya meningkat.
Sekelompok anggota Partai Demokrat yang berada ribuan kilometer jauhnya di Washington mulai mempertimbangkan Harris untuk menjadi kandidat utama partai tersebut untuk melawan Donald Trump.
Namun, langkah Harris masih panjang. Dia harus mendapatkan dukungan dari Konvensi Nasional Partai Demokrat pada 19 Agustus mendatang.
‘Tidak perlu mendengarkan para penentang’
Di atas panggung dan selama perjalanannya pada awal Juli, Harris tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang beredar tentang kelayakan Biden – yang berusia 81 tahun – untuk menjabat, serta apakah presiden dari Demokrat itu harus mundur dan menyerahkan tongkat estafet kepadanya.
Namun saat membahas ambisi dan bagaimana caranya menentukan jalan dengan para pendukungnya di New Orleans, Harris mendorong masyarakat untuk tidak mendengarkan para penentang.
“Orang-orang dalam hidup Anda akan memberi tahu Anda, ini bukan waktu Anda. Ini bukan giliran Anda. Tidak ada seorang pun seperti Anda yang pernah melakukannya,” katanya. “Jangan pernah mendengarkan hal itu.”
Sejak debat CNN pada 27 Juni lalu, Harris telah berulang kali membela Biden. Dia beralasan bahwa rekor Biden sebagai presiden tidak boleh kalah dengan 90 menit di panggung debat.
Biden sendiri sebelumnya telah berkeras bahwa dia akan tetap menjadi calon presiden.
Biden kini telah mengundurkan diri dari pemilihan presiden.
Namun ketika seruan semakin keras agar Biden mundur, beberapa tokoh penting Partai Demokrat mulai bersatu mendukung Harris, yang berusia 59 tahun, sebagai kandidat presiden menggantikan Biden.
Pada Minggu (08/07), anggota kongres Adam Schiff dari California mengatakan kepada NBC Meet The Press bahwa Biden harus mampu “menang secara telak atau dia harus menyerahkan kekuasaannya kepada seseorang yang mampu”.
Kamala Harris, tambahnya, bisa “menang dengan sangat baik” melawan Trump.
Gagasan tersebut telah menimbulkan keheranan di kalangan anggota Partai Demokrat yang lain, termasuk sekutu Biden.
Mereka memandang Harris sebagai wakil presiden yang gagal dalam pencalonan untuk nominasi Partai Demokrat pada 2020, bahkan sebelum pemungutan suara pertama dilakukan.
Mereka juga melihat bahwa Harris memiliki tingkat dukungan yang rendah sepanjang masa jabatannya di Gedung Putih.
Meski demikian, anggota parlemen senior Partai Demokrat seperti Schiff dan anggota Kongres Carolina Selatan Jim Clyburn mendukung Harris sebagai penerus Biden.
‘Harris adalah sosok yang harus ditanggapi dengan serius’
Para pendukungnya merujuk pada beberapa jajak pendapat yang menunjukkan bahwa Harris akan tampil lebih baik daripada presiden dalam pertarungan hipotetis melawan Donald Trump.
Mereka berpendapat bahwa Harris memiliki profil nasional, infrastruktur kampanye, dan daya tarik bagi pemilih muda yang dapat membuat transisi berjalan mulus dalam empat bulan sebelum hari pemilihan.
Naik ke posisi teratas akan menjadi perubahan haluan yang luar biasa bagi seorang perempuan yang belum lama ini dipandang sebagai kelemahan politik oleh tokoh-tokoh senior di Gedung Putih Biden.
Bahkan Biden sendiri dilaporkan menggambarkan Harris sebagai “pekerjaan yang sedang berjalan” selama bulan-bulan pertama mereka menjabat.
Namun Jamal Simmons, ahli strategi Partai Demokrat dan mantan direktur komunikasi Harris, mengatakan bahwa dia telah lama diremehkan.
“Apakah dia mendampingi presiden atau dia yang harus memimpin, dia adalah seseorang yang harus ditanggapi dengan serius oleh Partai Republik dan tim kampanye Trump,” kata Simmons kepada BBC.
Sejak perdebatan dan kritikan tersebut, Harris telah mengubah jadwalnya untuk tetap dekat dengan Presiden Biden.
Harris muncul pada pertemuan yang diawasi ketat awal Juli ketika Biden berusaha meyakinkan gubernur-gubernur Partai Demokrat yang berkuasa tentang kelayakannya untuk tetap menjabat.
Dan sehari kemudian, pada 4 Juli – Hari Kemerdekaan Amerika – dia meninggalkan tradisi memanggang hotdog, untuk petugas pemadam kebakaran dan agen Dinas Rahasia di rumahnya di Los Angeles, agar berada di sisi Biden pada perayaan di Gedung Putih.
Mantan jaksa penuntut utama ini telah fokus mengkritik Trump di depan umum sejak debat tersebut. Harris menekankan alasan mengapa para pemilih harus percaya bahwa Trump adalah ancaman terhadap demokrasi dan hak-hak perempuan.
Pada saat yang sama, dia memberi dukungan teguh untuk Biden.
Wakil presiden perlu menyeimbangkan antara ambisi dan kesetiaan, dan Harris tahu bahwa ini bukan saat untuk menunjukkan ‘titik terang antara’ dirinya dan presiden.
Apakah Harris kandidat satu-satunya Partai Demokrat?
Namun Kamala Harris bukanlah satu-satunya alternatif yang dimiliki Partai Demokrat dan diusulkan untuk menggantikan Biden.
Daftar calon pengganti Biden membentang dari kader gubernur populer, seperti Gretchen Whitmer dari Michigan, Gavin Newsom dari California, Josh Shapiro dari Pennsylvania, dan JB Pritzker dari Illinois, hingga Menteri Transportasi Pete Buttigieg dan anggota Kongres California Ro Khanna.
Harris dan stafnya menolak terlibat dalam spekulasi publik. Namun timnya sangat menyadari percakapan di balik layar yang terjadi ketika beberapa anggota partai bersatu di belakangnya.
Sebuah memo yang beredar secara online, yang katanya ditulis oleh pihak Demokrat, berisi argumen rinci untuk mempromosikan Harris meskipun ia mempunyai “kelemahan politik yang nyata”.
Mencoba untuk memilih orang lain selain Harris hanya akan membuat kampanye menjadi kacau dan terjadinya “pertengkaran di Demokrat” yang menjadi sorotan media selama berbulan-bulan, demikian pendapat mereka.
Gagasan bahwa Partai Demokrat tidak lagi mencalonkan Harris dan memilih kandidat lain akan mengejutkan banyak pihak dari sayap kiri partai dan kaukus kulit hitam yang kuat.
Dalam situasi seperti ini, “partai ini tidak boleh mengabaikan Harris”, kata Clyburn, salah satu anggota parlemen kulit hitam paling terkemuka di Kongres, kepada MSNBC pada awal bulan ini.
Partai Republik juga telah mengakui bahwa Harris akan menjadi kandidat terdepan untuk menggantikan Biden.
Senator Lindsey Graham dari Carolina Selatan memperingatkan pada Minggu (07/07) bahwa Partai Republik harus siap menghadapi “perlombaan yang sangat berbeda” jika Harris – yang ia gambarkan sebagai kandidat yang “kuat” – menjadi calon presiden.
Graham menekankan citra progresif Harris di California, menunjukkan bahwa ia lebih dekat dalam hal kebijakan dengan sosok sayap kiri Bernie Sanders daripada Joe Biden, yang tampaknya merupakan gambaran sekilas dari garis serangan Partai Republik jika ia menjadi kandidat.
Sementara itu, Donald Trump menyebut Harris “menyedihkan” sejak debat tersebut.
Namun pada akhirnya, satu-satunya pertanyaan yang penting bagi banyak anggota Partai Demokrat – termasuk para donor berkantung tebal – adalah apakah ia memiliki peluang lebih besar untuk mengalahkan Trump daripada Joe Biden? Dan hal ini sangat tidak pasti.
Pendukung Harris menunjuk pada jajak pendapat CNN baru-baru ini yang menampilkan bahwa dia akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada Biden yang melawan Trump di November mendatang.
Dalam pertarungan antara para kandidat tersebut, Harris hanya tertinggal dua poin dari Trump (48% berbanding 51%), sementara Biden tertinggal enam poin di belakang Trump (47% – 52%).
Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa Harris memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan Biden dalam hal pemilih independen dan perempuan.
Namun banyak pakar jajak pendapat saat itu menolak survei hipotetis semacam itu, dan saat itu menyatakan bahwa sentimen pemilih akan berubah jika Biden benar-benar memutuskan untuk mundur dan Partai Demokrat menerima kandidat potensial lainnya.
Salah satu lembaga jajak pendapat dari Partai Demokrat yang dekat dengan kampanye Biden mengakui bahwa Harris mungkin memiliki potensi lebih besar untuk memperluas basis pemilih di partai tersebut dibandingkan sang presiden.
Namun mereka tetap merasa skeptis mengenai seberapa besar perbedaan yang akan dihasilkannya.
Survei yang mengadu dia dengan Trump pada tahap ini “tidak berarti apa-apa”, kata orang yang meminta tidak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Siapa Kamala Harris?
Harris, anak dari seorang ibu asal India dan ayah asal Jamaika, memiliki kinerja lebih baik dalam survei dibandingkan Biden dengan pemilih kulit hitam, Latin, dan kaum muda – konstituen penting yang menurut para sekutunya dapat memberi energi dalam pertarungan pilpres.
Namun apakah ia benar-benar akan meningkatkan jumlah pemilih di kalangan pemilih muda berkulit hitam masih menjadi pertanyaan yang belum pasti. “Ini hanya momen menunggu dan melihat,” kata lembaga jajak pendapat tersebut.
Beberapa anggota partai juga mempertanyakan apakah reputasi Harris yang progresif beresiko menyebabkan kehilangan para pemilih dari kalangan serikat dan kerah biru di negara bagian yang menjadi medan pertempuran, yaitu Pennsylvania, Michigan, dan Wisconsin.
Wilayah itu dimenangkan oleh Biden dengan tipis pada 2020 dan kedua partai perlu mengamankan kemenangan pada November di sana.
Jika dia mengambil alih posisi tersebut, beberapa anggota Partai Demokrat menyarankan agar Gubernur Josh Shapiro dari Pennsylvania atau Gubernur Roy Cooper dari Carolina Utara dapat dipilih sebagai calon wakil presiden untuk menjaring pemilih berhaluan tengah di kawasan Midwestern.
Mengingat usia Joe Biden dan Donald Trump, para pemilih jauh lebih memperhatikan calon wakil presiden dari kedua partai dalam siklus pemilu ini, kata Celinda Lake, seorang veteran jajak pendapat dari Partai Demokrat yang bekerja untuk kampanye Biden pada tahun 2020.
Di pihak Partai Republik, Trump telah mengumumkan pasangan pilihannya, yaitu Senator Ohio JD Vance.
Kekhawatiran mendalam di antara beberapa anggota Partai Demokrat mengenai kekuatan Harris sebagai calon presiden berawal dari kegagalannya dalam pencalonan Partai Demokrat pada 2020, ketika ia menyerang Biden pada debat awal namun kemudian tersingkir sebelum kaukus pertama di Iowa.
Kritikus mengatakan Harris kesulitan untuk mendefinisikan dirinya sebagai seorang kandidat, sebuah sentimen yang terus melekat sepanjang masa jabatannya sebagai wakil presiden.
Dia memiliki awal yang buruk di Gedung Putih, ditandai dengan kesalahan dalam wawancara, peringkat persetujuan yang rendah, dan pergantian staf.
Dia juga ditugaskan untuk mengawasi strategi pemerintah untuk mengurangi migrasi melalui perbatasan selatan AS, yang meningkat hingga mencapai rekor tertinggi selama tiga tahun terakhir dan masih menjadi kerentanan utama dalam kampanye tersebut.
Rangkaian sandungan di awal tersebut membuat Harris lebih berhati-hati tampil di depan umum, namun banyak pemilih yang menganggapnya tidak efektif dan tidak hadir.
“Masyarakat perlu tahu lebih banyak tentang dia, masalah ekonomi apa yang dia geluti, dan mereka perlu diingatkan akan peran yang dia mainkan,” kata Lake.
Selama setahun terakhir, Harris telah menemukan pijakan yang stabil sebagai pemimpin pemerintahan dalam menyuarakan hak-hak aborsi, sebuah isu yang terbukti berhasil bagi Partai Demokrat selama pemilu paruh waktu pada 2022 dan sebuah isu yang diharapkan oleh partai tersebut akan memenangkan kembali lebih banyak pemilih pada November.
Sebagai mantan jaksa yang menangani kasus kekerasan seksual, Harris menceritakan pengalaman pribadinya saat menangani perempuan yang mengalami keguguran di kamar mandi atau ditolak di rumah sakit saat ia mencoba memobilisasi pemilih untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam kampanyenya, ia juga berupaya memanfaatkan isu-isu lain yang disukai pemilih muda, termasuk pengampunan utang mahasiswa, perubahan iklim, dan kekerasan bersenjata.
Gedung Putih juga telah melakukan upaya bersama untuk mempromosikan Harris dengan lebih tegas.
Namun, ia menghadapi perjuangan berat untuk mengubah skeptisisme pemilih yang sudah lama ada – peringkat persetujuannya berada di kisaran 37% dalam rata-rata jajak pendapat yang dikumpulkan oleh FiveThirtyEight – tingkat yang serupa dengan Biden dan Trump.
Sebelumnya, para pendukung Partai Demokrat di tingkat akar rumput sendiri tampaknya sudah pasrah mendukung kubu Demokrat saat ini.
Pada festival Essence di New Orleans, Iam Christian Tucker, seorang pemilik usaha kecil berusia 41 tahun dari New Orleans, mengatakan pada akhirnya dia tidak peduli siapa nominasinya.
Dia bilang dia menyukai Kamala Harris, tapi dia tidak yakin apakah presiden perempuan berkulit hitam bisa memenangkan pemilu.
“Saya lebih memilih menentang Donald Trump,” katanya kepada BBC.
Greg Hovel, 67, yang menghadiri acara perkumpulan untuk mendukung Presiden Biden di Madison, Wisconsin, pada awal Juli, mengatakan dia mendukung Harris pada pemilihan pendahuluan tahun 2020 dan “selalu menjadi penggemarnya,” meskipun dia memperingatkan bahwa ada “banyak kelompok sentimen anti-perempuan di negara ini.”
“Saya pikir dia akan menjadi presiden yang hebat,” kata Hovel.
“Tetapi saya masih berpikir Biden bisa menang,” katanya kepada BBC dalam sebuah wawancara awal bulan ini.
- Joe Biden mundur dari kampanye Pilpres AS, pilih Wapres Kamala Harris sebagai capres
- Siapakah Kamala Harris, wakil presiden terpilih Amerika Serikat?
- Apa makna kemenangan Donald Trump bagi dunia?
- Trump ‘seharusnya mati’, pelaku penembakan teridentifikasi – Apa saja yang diketahui sejauh ini?
- Anak Presiden Joe Biden divonis bersalah oleh pengadilan AS, ‘presiden tidak akan memberi pengampunan’
- Lima pertanyaan ke Dinas Rahasia AS usai penembakan Trump
- Para tokoh kunci dalam persidangan Donald Trump
- Mengapa konstitusi AS mengizinkan terpidana mencalonkan diri sebagai presiden dan siapa saja yang melakukannya?
- Trump menang telak di Kaukus Iowa – Apa itu kaukus dan mengapa Iowa penting?
- What world made of Trump guilty verdict