Israel Bunuh 3 Komandan Hizbullah dan Hamas dalam 1 Hari di Lebanon
TRIBUNNEWS.COM – Tiga petinggi militer Hizbullah dan Hamas tewas dalam serangan udara Israel di Lebanon selatan pada Kamis (18/7/2024).
Mereka adalah Komandan Brigade Al-Qassam Muhammad Hamid Jabara (Abu Mahmoud) dari kota Qaraoun di Bekaa Barat; Hassan Ali Muhanna, senior unit teknik Hizbullah di wilayah Qana; dan Habib Maatouq, seorang komandan Unit Radwan Hizbullah.
Muhammad Hamid Jabara
Komandan Brigade Al-Qassam di Lebanon, Muhammad Hamid Jabara, tewas dalam serangan udara Israel di Bekaa Barat.
Drone Israel menargetkan mobil yang ditumpangi Muhammad Hamid Jabara pada Kamis pukul 6.30 pagi.
“Komandan Qassam Muhammad Hamid Jabara (Abu Mahmoud) dari kota Qaraoun – Bekaa Barat, yang bangkit sebagai seorang syahid dalam Pertempuran Banjir Al-Aqsa, Kamis pagi ini, menyusul operasi pembunuhan yang dilakukan oleh pesawat terbang,” kata Brigade Al-Qassam dalam pernyataannya di Telegram, Kamis pagi, dikutip dari Al Arab.
Hassan Ali Muhanna
Hassan Ali Muhanna tewas dalam serangan udara Israel di daerah Maryamin, Lebanon selatan pada Kamis sore.
“Sebelumnya hari ini (Kamis), tentara membunuh Hassan Ali Muhanna dari Hizbullah dengan serangan udara di daerah Maryamin di Lebanon selatan,” klaim tentara Israel dalam pernyataannya, Kamis malam.
Hizbullah mengonfirmasi kematian Hassan Ali Muhanna melalui pernyataannya.
“Ali Muhanna (Abu Hadi), lahir pada tahun 1984 dari kota Pegunungan Butm di Lebanon selatan, yang berada di jalan menuju Yerusalem,” kata Hizbullah dalam pernyataannya, dikutip dari Al-Quds.
Baca juga: Amukan Drone Hizbullah Hantam Markas Militer Israel di Perbatasan Lebanon
Habib Maatouq
Habib Maatouq, seorang komandan Unit Radwan Hizbullah tewas pada Kamis malam.
Hizbullah mengonfirmasi kematiannya melalui pernyataan resmi.
“Dengan kebanggaan dan kebanggaan yang lebih besar, Perlawanan Islam berduka atas martir, Mujahid Ali Jaafar Maatouq, “Habib Maatouq” lahir pada tahun 1978 dari kota barat Sir di Lebanon Selatan, yang bangkit sebagai seorang martir dalam perjalanan menuju Yerusalem,” kata Hizbullah dalam pernyataannya, Jumat (19/7/2024) pagi.
Sebelumnya, tiga sumber keamanan Hizbullah mengatakan lebih dari dua orang tewas dan lebih dari 10 terluka dalam serangan itu.
Israel sebelumnya menyerang sebuah rumah tiga lantai di Jemmaymeh, Lebanon selatan.
Habib Maatouq termasuk korban tewas dalam serangan itu ketika ia bertugas menggantikan komandan lain di Unit Radwan yang tewas dalam serangan Israel pada awal tahun 2024.
“Habib Maatouq tewas dalam salah satu dari beberapa serangan yang menargetkan kota Safad al-Batikh dan al-Jumaijma, yang terletak di perbatasan,” kata tiga sumber itu kepada Reuters.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Pemerintah Tibnin, Muhammad Hammadi, mengatakan 18 orang terluka tiba di rumah sakit setelah serangan itu dan dua di antaranya kritis.
Tim ambulans dan Pertahanan Sipil Lebanon bekerja sama untuk menghilangkan puing-puing dan mencari korban yang masih berada di bawah reruntuhan.
Selain kota Safad al-Batikh, Israel juga menyerang Dataran Marjayoun dan kota Khiam.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.
Hizbullah berjanji akan berhenti menyerang perbatasan jika Israel menghentikan serangan militernya di Jalur Gaza.
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 38.794 jiwa dan 89.364 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (18/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel