Informasi Terpercaya Masa Kini

Sosok Firdaus Siswa SD Pakai Sandal di Sekolah,Terkuak Pekerjaan Ortu sampai tak Mampu Beli Sepatu

0 9

SRIPOKU.COM – Inilah sosok Firdaus siswa SD pakai sandal jepit saat hari pertama sekolah.

Terungkap pekerjaan ayah dan ibunya.

Siswa bernama Muhammad Firdaus itu merupakan siswa SD di Mamuju Sulawesi Barat.

Ternyata pekerjaan ayahnya adalah buruh harian dan ibu tukang sayur.

Diketahui Firdaus tak punya biaya untuk membeli sepatu baru.

Ia hanya menggunakan sandal jepit lusuh saat sekolah.

Selain itu, orangtua Firdaus juga masih mencicil seragam sekolah yang dikenakan anaknya pada hari pertama sekolah tersebut.

Sehari-hari, ayah Firdaus bekerja sebagai buruh harian lepas dan menggarap sawah milik orang lain.

Sementara, ibunda Firdaus berkeliling menjual sayur menggunakan sepeda.

Penghasilan kedua orangtua Firdaus itu hanya cukup untuk menyambung hidup sehari-hari.

“Hari pertama masuk sekolah Firdaus tidak pakai sepatu karena belum ada uang untuk beli,” kata kakak Firdaus, Rudi, dikutip dari Tribun-Sulbar ( grup Sripoku.com ), Senin.

Baca juga: Kunci Jawaban IPS Kelas 8 Halaman 54, Candi Peninggalan Masa Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

“Itu pun seragam sekolah dan pramuka masih dicicil,” tambahnya.

Rudi menuturkan, keluarganya jarang sekali mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi.

Termasuk, bantuan pendidikan atau pun bantuan sosial lainnya.

“Itu pun kalau ada ya ditunggu informasi dari desa biasa, tapi sudah lama sekali kami tidak dapat bantuan,” ujarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari, lanjut dia, Rudi hanya menunggu panggilan dari orang lain agar dia bekerja sebagai buruh harian bersama ayahnya.

Rudi mengatakan, dirinya kini sedang berusaha agar Firdaus bisa membeli sepatu agar tetap semangat belajar.

“Semoga ada rezeki supaya bisa saya belikan sepatu untuk adik saya, agar dia semakin semangat belajarnya,” bebernya.

Rudi menambahkan, dari empat bersaudara hanya Firdaus yang sekolah sementara saudara lainya sudah berhenti sekolah karena faktor ekonomi yang menghimpit mereka.

Firdaus satu-satunya harapan untuk mengubah nasib keluarganya dikemudian hari lewat pendidikan.

“Saya berharap ada bantuan beasiswa untuk adik saya,” pungkasnya.

Pemprov Beri Bantuan

perlu lagi datang ke sekolah memakai sandal jepit lusuh.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar memberikan bantuan kepada Firdaus yang tidak memiliki sepatu saat hari pertama sekolah itu.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar Mithhar Thala Ali langsung menemui Firdaus di SD Inpres Kuo setelah mendengar kabar tersebut.

“Pagi ini kami di SD Inpres Kuo Desa Kuo Kecamatan Pangale Kabupaten Mateng menyerahkan seragam dan perlengkapan sekolah lainnya pada anak yang kemarin masuk sekolah pakai sandal jepit,” ujar Mithhar dikutip dari Tribun-Sulbar.com ( grup TribunJatim.com ), Selasa (16/7/2024).

Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Mithhar kepada Firdaus di halaman sekolah Inpres Kuo.

Pada kesempatan tersebut, Firdaus diantar oleh guru sekolah.

Nasib SD Negeri di Pinggiran Kota Blitar

Ada dua sekolah dasar negeri (SDN) di Kota Blitar yang siswa barunya tak sampai 10 anak pada tahun ajaran baru 2024/2024.

Dua SD Negeri di Kota Blitar yang mendapatkan siswa baru tak sampai 10 anak itu berada di Kelurahan Gedog dan Kelurahan Sukorejo.

“Ada dua SDN, di Gedog dan Sukorejo yang siswa barunya di bawah 10 anak pada tahun ajaran baru ini. Jumlah SDN di Kota Blitar ada 48 sekolah,” kata Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Blitar, Jais Alwi Mashuri, Senin (15/7/2024).

Jais mengatakan, satu SDN di Gedog hanya mendapatkan delapan siswa baru, dan satu SDN di Sukorejo mendapatkan tujuh siswa baru pada tahun ajaran baru ini.

Menurutnya, dua SDN itu lokasinya memang di pinggiran berbatasan dengan wilayah Kabupaten Blitar.

“Lokasi dua SDN itu memang di pinggiran. Malah, SDN yang di Sukorejo, lokasinya masuk gang, populasi penduduk usia SD-nya kurang,” ujarnya.

Dikatakannya, meski jumlah siswa baru di bawah 10 anak, dua SDN itu tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di tahun ajaran baru.

Kedua SDN itu juga mengikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang.

“Meski kekurangan siswa, kedua SDN itu tetap memiliki satu rombel (rombongan belajar) di kelas 1. Biasanya, jumlah siswa dalam satu rombel sebanyak 28 anak,” katanya.

Secara umum, kata Jais, pelaksanaan PPDB tahun ajaran 2024/2025 di Kota Blitar berjalan lancar.

Untuk PPDB tingkat SMP, semua sekolah sudah memenuhi pagu. Ada sembilan SMP negeri di Kota Blitar.

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com

Leave a comment