Informasi Terpercaya Masa Kini

Merinding! Inilah Permintaan Terakhir Soeharto Sebelum Meninggal Dunia: Bapak Sudah Tidak Kuat Lagi, Ingin Nyusul Ibumu….

0 53

Grid.ID – Inilah permintaan terakhir Soeharto sebelum meninggal dunia.

Permintaan terakhir Soeharto sebelum meninggal dunia sungguh bikin merinding.

Melansir dari TribunTrends.com, Sudah 16 tahun berlalu sejak Presiden RI ke-2 Soeharto menghembuskan nafas terakhirnya pada 27 Januari 2008 pukul 13.10.

Sebelum meninggal, Soeharto sempat menyampaikan pesan kepada putranya tertuanya, Siti Hardiyati Hastuti alias Tutut.

Selain itu, Soeharto juga sempat melaksanakan salat tahajud sebelum wafat.

Detik-detik terakhir Soeharto diungkapkan Tutut melalui tututsoeharto.id.

Pada 25 Januari 2008, Soeharto menginginkan pizza. Dua putrinya, Titiek dan Mamiek Soeharto, mencarikan pizza tersebut.

Setelah pizza berhasil dibeli, Soeharto tiba-tiba menyanyikan lagu yang biasa dinyanyikan saat ulang tahun.

Ya, Soeharto menyanyikan lagu itu untuk Tutut yang berulang tahun pada 23 Januari.

Soeharto menikmati satu potong pizza dengan senang hati.

Baca Juga: Pesan Terakhir Soeharto ke Tutut Sebelum Meninggal Dunia, Minta Sang Putri untuk Jadi Orang Seperti ini

Momen bahagia itu berhasil diabadikan dalam foto menggunakan handphone yang dibawa Titiek.

“Bila malam itu Titiek tidak membawa HP-nya, mungkin kami tidak punya kenangan terakhir dengan bapak yang dapat kami abadikan,” tulis Tutut.

Setelah merayakan ulang tahun, Soeharto bangun untuk melaksanakan salat tahajud.

Kebiasaan salat tahajud sudah dilakukan Soeharto bertahun-tahun yang lalu.

Saat hendak salat tahajud, Soeharto meminta agar kasurnya diputar menghadap kiblat.

Padahal dokter menyatakan tidak apa-apa jika tidak menghadap kiblat saat sedang sakit.

Namun, Soeharto tetap kukuh meminta agar kasurnya diputar menghadap kiblat.

“Saya mau menghadap kiblat.”

Untuk memenuhi keinginan ayahnya, Sigit Harjojudanto memutar kasur Soeharto agar menghadap kiblat.

Satu hari sebelum wafat, Soeharto berpesan kepada Tutut.

Ia meminta Tutut mendekat kepadanya.

Baca Juga: Wujud Souvenir Pernikahan Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto pada 1983 Terbongkar, Unik dan Mewah

“Bapak mau bicara. Dengarkan baik-baik,” ucapnya lirih.

Saat itu Tutut masih bingung dengan permintaan Soeharto.

“Bapak sudah tidak kuat lagi. Bapak ingin menyusul ibumu,” kata Soeharto.

Mendengar ucapan tersebut, Tutut merinding. Meski begitu, ia yakin ayahnya akan sembuh.

Tak sampai di situ, Soeharto juga berpesan agar Tutut menjaga persatuan keluarga Cendana.

“Kamu dengarkan, wuk. Kamu anak bapak yang paling besar, sepeninggal bapak nanti, tetap jaga kerukunan kamu dengan adik-adikmu, cucu-cucu bapak dan saudara-saudara semua.

Kerukunan itu akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan, dan akan memperkuat kehidupan keluarga. Selain itu Allah menyukai kerukunan.

Ingat pesan bapak… tetap sabar dan jangan dendam. Allah tidak sare (tidur),” kata Soeharto.

Pada sore harinya, kesehatan Soeharto semakin memburuk.

Malam harinya, kondisi Soeharto tidak kunjung membaik bahkan semakin memburuk.

Ketika ditanya di mana yang terasa sakit, Soeharto hanya menggelengkan kepala.

Baca Juga: Masih Ingat Artis yang Disebut Sebagai Pacar Pertama Tommy Soeharto? Gaya Ita Mustafa di Usia 64 Tahun Jadi Sorotan

Saat fajar mulai menyingsing, Tutut dan Mamiek dipanggil dari tidurnya.

Suster menyampaikan bahwa Soeharto dalam keadaan kritis.

Ketika tiba di ruang perawatan, Soeharto sudah ditemani oleh Sigit.

Wajahnya terlihat tenang, tanpa tanda-tanda kesakitan. Matanya tertutup rapat.

Tutut memutuskan untuk memanggil semua anggota keluarga. Setelah mereka tiba di ruang perawatan, satu per satu anggota keluarga mencium tangan Soeharto.

Anak-anak Soeharto mengucapkan istighfar dan tasbih di telinga ayah mereka.

Hingga akhirnya Soeharto menghembuskan nafas terakhirnya, wajahnya tidak menunjukkan rasa sakit.

Melansir dari Kompas.com, Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921. Ayahnya, Kertosudiro, adalah seorang petani dan asisten lurah dalam pengairan sawah desa, sementara ibunya bernama Sukirah.

Pendidikan Soeharto dimulai saat ia berusia 8 tahun, mengawali di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean.

Kemudian, ia pindah ke SD Pedes setelah ibunya dan suaminya, Pramono, pindah rumah ke Kemusuk Kidul.

Baca Juga: Cerai dari Tommy Soeharto, Kabar Tata Cahyani di Luar Dugaan, Ternyata Sibuk Bisnis Berlian di Singapura

Namun, Kertosudiro memindahkan Soeharto ke sekolah di Wuryantoro, dimana ia tinggal bersama adik perempuan Kertosudiro.

Ketika dewasa, Soeharto terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941, dan resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.

Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah, anak dari Wedana Pura Mangkunegaran, Surakarta.

Pernikahan mereka dilangsungkan pada 26 Desember 1947 di Solo, ketika Soeharto berusia 26 tahun dan Hartinah berusia 24 tahun.

Setelah menikah, pasangan ini dikaruniai enam anak, yakni, Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutam Endang Adiningsih.

Di militer, Soeharto memulai karirnya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian menjadi komandan PETA, resimen mayor, dan batalyon letnan kolonel.

Pada tahun 1949, Soeharto memimpin pasukannya merebut kembali Kota Yogyakarta dari Belanda.

Ia juga pernah menjadi pengawal Panglima Besar Soedirman dan Panglima Mandala selama peristiwa Pembebasan Irian Barat.

Pada 1 Oktober 1965, Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat setelah peristiwa G-30S/PKI. Ia ditunjuk sebagai Panglima Angkatan Darat (Pangad) dan Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno.

Setelah Supersemar, popularitas Soeharto terus meningkat sementara kekuasaan Presiden Soekarno merosot.

Pada 7 Maret 1967, Soekarno melepas jabatannya dan Soeharto ditunjuk sebagai penjabat presiden melalui Sidang MPRS.

Baca Juga: Dulu Pernah Tersandung Narkoba, Hidup Cicit Soeharto Berubah Drastis Usai Dinikahi Pria Italia, Begini Kabarnya

Soeharto kemudian resmi menjabat dan dilantik sebagai Presiden RI pada 27 Maret 1968.

Selama masa pemerintahannya, ia menjabat selama 32 tahun dengan menggelar enam kali Pemilu.

Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 setelah tekanan dari ribuan mahasiswa yang melakukan protes di gedung DPR/MPR.

Ini merupakan puncak dari kerusuhan dan protes yang melanda berbagai daerah dalam beberapa bulan terakhir.

Setelah mundur, Soeharto mengalami sakit dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan.

Setelah 24 hari perawatan, Soeharto meninggal dunia pada 27 Januari 2006 pukul 13.10 WIB dalam usia 87 tahun.

(*)

Leave a comment