Informasi Terpercaya Masa Kini

Konspirasi Penembakan Donald Trump Berseliweran di X, Sikap Elon Musk Berseberangan

0 33

TEMPO.CO, Jakarta – Peristiwa penembakan Donald Trump menjadi viral di banyak media sosial, mulai dari X (yang sebelumnya bernama Twitter), Instagram, Facebook hingga YouTube. Namun, dari pantauan Tempo terlihat media sosial X lebih banyak memberikan ruang kepada sesama pengguna untuk berdiskusi ketimbang yang lain.

Trump ditembak saat kampanye di kawasan Butler, Pennsylvania, Sabtu, 13 Juli 2024 waktu setempat. Video menunjukkan darah berceceran di pipi kanan dan telinga Trump. Sedangkan tersangka penembakan tewas, begitu pula seorang penonton, dan seorang lainnya dalam kondisi kritis, kata seorang reporter Washington Post di media sosial.

Video dan foto-foto Trump terluka mulai ramai di media sosial setelah aksi penembakan terjadi. Beragam komentar dari pelbagai akun pribadi terverifikasi, organisasi dan media massa memberikan ihwal kejadian ini. Dikutip dari The Verge, media sosial X berperan besar sebagai penyumbang misinformasi ketimbang kompetitornya seperti Facebook dan Instagram.

“Teori konspirasi tentang penembakan Donald Trump mulai muncul di X tak lama setelah berita itu tersiar,” kata laporan The Verge, dikutip Senin, 15 Juli 2024. Laporan ini juga menyebut, “Platform-platform besar lainnya tampaknya menghindari promosi misinformasi.”

Pandangan ini didukung dengan metode pengelolaan konten di empat media sosial tersebut. Misalnya di YouTube, platform ini lebih selektif dalam menyajikan konten yang relevan, serta menampilkan kreator terverifikasi untuk berada di urutan teratas dari rekomendasi penelusuran. Metode ini membuat konten-konten berisi konspirasi atau yang dianggap faktanya belum lengkap tidak akan banyak dijangkau oleh pengguna.

Ada pula Facebook yang selalu memperhatikan tingkat akurasi dari setiap konten unggahan pengguna ihwal isu terbaru. Facebook disebut pernah menghapus topik yang sedang tren pada 2018, akibat misinformasi dan konspirasi yang dimuat di konten itu. Penelusuran Tempo dengan mengetik keyword penembakan Donald Trump di platform ini, terlihat kalau rekomendasi teratas hanya diisi oleh media massa yang kredibel dan sudah terverifikasi.

Editor Eksekutif The Verge, Jacob Kastrenakes, menyebut tindakan YouTube dan Facebook dalam menyeleksi konten yang ditayangkan terkait isu teranyar dianggap sebagai proses menghindari misinformasi. Sedangkan di media sosial X konten yang paling tren akan lebih banyak diisi oleh topik-topik bernuansa konspirasi dan dibagikan oleh sembarang pengguna.

Fakta lainnya terkait media sosial X dalam mengelola arus informasi di platformnya, dengan memberikan semua ruang kepada pengguna terverifikasi maupun yang tidak. “Anda akan menemukan banyak postingan singkat dari pengguna X yang mengatakan bahwa penembakan tersebut tampak palsu atau hanya sandiwara.”

The Verge menyebut pihaknya sudah meminta komentar kepada X terkait fenomena misinformasi dan konspirasi penembakan Trump yang beredar di platform tersebut. Namun analis teknologi global ini hanya menerima balasan otomatis tertulis, “Sekarang sibuk, silakan periksa lagi nanti.”

Kendati demikian, Elon Musk selaku pemilik X saat ini tidak menaruh pandangan yang berbeda akan penembakan Trump ini. Dia mengunggah cuitan berisikan harapan supaya kondisi mantan Presiden Amerika Serikat itu cepat pulih pasca insiden ini. Dia juga secara terang-terangan mendukung sikap politik Trump.

Melihat perbedaan pandangan Elon Musk yang mengakui kalau Trump benar-benar ditembak, dan konspirasi yang muncul di media sosial X, tentu dua pandangan ini sesuatu hal yang berbeda.

Padahal Elon Musk pemilik media sosial tersebut, dia bisa saja menghilangkan semua konten misinformasi dan memblokirnya. Namun Elon Musk tidak melakukan itu, sebab dia terus mempromosikan kalau media sosial X termasuk ruang kebebasan untuk berbicara dan tidak ada batasannya.

“Elon Musk dengan gigih mendukung kebebasan berbicara di platform media sosialnya yang dapat mencakup misinformasi. Musk mengambil pandangan yang semakin konservatif dalam beberapa tahun terakhir,” kata Jacob Kastrenakes.

Pilihan Editor: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter di Selat Sunda dan Samudra Hindia

Leave a comment