Jika Joe Biden Mundur dari Pencalonan Presiden AS, Apa yang Terjadi?
JOE Biden mengatakan, dia tidak akan kemana-mana. Kamis (11/7/2024), Presiden Amerika Serikat (AS) itu sekali lagi dengan tegas menolak desakan untuk mundur dari pencalonan presiden pada pemilu November mendatang. Dia menyatakan, dirinya akan menjadi calon dari Partai Demokrat untuk mengalahkan Donald Trump.
Namun ketegasan presiden berumur 81 tahun itu tidak mampu meredakan kekhawatiran terkait usianya setelah penampilan debatnya yang buruk bulan lalu, saat ia terlihat bingung dan tidak mampu mengartikulasikan posisi sejumlah kebijakannya.
Jajak pendapat Washington Post/ABC pada Kamis menunjukkan bahwa 67 persen responden, termasuk 56 persen dari Partai Demokrat, menginginkan Biden mengakhiri kampanyenya.
Desakan untuk Mundur
Pada hari yang sama, anggota Kongres Hillary Scholten, Greg Stanton, dan Ed Case bergabung dengan sejumlah pejabat Partai Demokrat yang menyerukan agar Biden mengakhiri pencalonannya.
“Presiden Biden telah membaktikan hidupnya untuk melayani bangsa kita dan membangun generasi kepemimpinan Amerika berikutnya,” kata Scholten, yang mewakili sebuah distrik di negara bagian Michigan, dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Pejabat-pejabat Top Demokrat Minta Biden Mundur dari Pilpres AS 2024
“Demi kebaikan demokrasi kita, saya yakin inilah saatnya bagi dia untuk mundur dari pemilihan presiden dan mengizinkan pemimpin baru untuk maju,” lanjutnya sebagai dikutip Al Jazera.
Beberapa anggota parlemen lainnya juga telah meminta Biden mundur dari pencalonan, termasuk seorang senator – Peter Welch dari Vermont – yang mengatakan pada Rabu lalu bahwa Biden harus mundur demi “kebaikan negara”.
Di luar Washington, DC, ikon Hollywood, George Clooney – yang merupakan donor yang produktif untuk para kandidat Partai Demokrat – menulis opini tajam di The New York Times minggu ini. Dia berpendapat, usia Biden dapat merugikan partai itu dalam pemilu.
“Kita (Partai Demokrat) tidak akan menang pada bulan November dengan Presiden ini. Selain itu, kita tidak akan mendapatkan posisi mayoritas di DPR, dan kita akan kehilangan (posisi mayoritas) di Senat,” tulis Clooney. “Ini bukan hanya pendapat saya; ini pendapat senator, anggota Kongres, dan gubernur yang pernah saya ajak bicara secara pribadi.”
Menurut Al Jazera, hal yang memperparah krisis politik Biden adalah membanjirnya berita berdasarkan sumber anonim yang mempertanyakan kemampuan presiden dalam memimpin negara.
Contohnya, CNN melaporkan pada hari Kamis bahwa Biden belum pernah mengadakan pertemuan kabinet penuh sejak Oktober tahun lalu dan bahwa pertemuan-pertemuan sebelumnya telah diskenariokan dan “diorkestrasi”, menjadi mirip dengan sebuah “pertunjukan”. Laporan itu berdasarkan sumber anonim.
Dukungan Kaum Progresif
Kendati dalam kesulitan, Biden masih memperoleh dukungan, terutama dari kaum kiri di partai dan mereka vokal.
Anggota Kongres Ilhan Omar, misalnya, mendukung Biden dalam beberapa kesempatan selama beberapa minggu terakhir. Alexandria Ocasio-Cortez, anggota parlemen berhaluan kiri terkemuka lainnya, juga menolak seruan agar Biden mundur dari pencalonan.
“Joe Biden adalah calon kami. Dia tidak akan meninggalkan pemilihan ini. Dia ikut dalam pemilihan ini, dan saya mendukungnya,” kata Ocasio-Cortez kepada wartawan, Senin.
Senator Bernie Sanders – yang merupakan penantang terkuat Biden saat nominasi Partai Demokrat tahun 2020 – juga menyatakan dukungannya kepada Biden sambil menyerukan kebijakan yang lebih progresif.
“Biden dan Demokrat dapat memenangkan pemilu ini jika mereka memenuhi kebutuhan kelas pekerja,” kata Sanders dalam sebuah pernyataan. “Rakyat Amerika menginginkan perubahan. Entah itu perubahan terhadap kebijakan Trump yang reaksioner dan xenofobia, atau perubahan yang menguntungkan keluarga pekerja.”
Baca juga: Benarkah Joe Biden Mendapatkan Perawatan Medis Darurat pada 5 Juli?
Dalam mempertahankan rekam prestasi mereka, Biden dan sekutu-sekutunya menunjuk pada kebijakan-kebijakan yang menurut mereka membantu para pekerja AS. Biden juga bersikap ofensif dalam beberapa kemunculannya di media baru-baru ini, mencemooh para kritikus sebagai elite yang berusaha melemahkan keinginan para pemilih.
Biden menggunakan hari terakhir pertemuan puncak NATO di Washington, DC, untuk menunjukkan apa yang digambarkan oleh para pembantunya sebagai kehebatan kebijakan luar negerinya. Di podium, ia memuji keberhasilannya dalam menyatukan NATO selama invasi Rusia ke Ukraina.
“Kita adalah Amerika Serikat. Kita adalah bangsa yang sangat diperlukan. Kepemimpinan kita penting. Kemitraan kita penting. Momen ini penting. Kita harus bangkit untuk menghadapinya,” kata Biden pada konferensi pers yang diadakan di sela-sela KTT pada hari Kamis.
Jika Mundur, Apa yang Akan Terjadi?
Tidak ada jawaban sederhana untuk pertanyaan itu, dan hal ini juga yang menjadi alasan mengapa tidak ada tekanan yang lebih besar terhadap Biden untuk mundur dari pencalonannya.
Sejauh ini Biden tidak menghadapi tantangan yang serius. Dia memenangkan hampir semua delegasi yang sudah berjannji untuk mendukungnya (pledged delegates). Itu berarti, dia akan maju ke nominasi pada Konvensi Nasional Partai Demokrat di Chicago bulan depan.
Jika Biden mengundurkan diri, seorang calon baru akan dipilih pada konvensi tersebut oleh ribuan pejabat, aktivis, dan pengurus Partai Demokrat, yang dikenal sebagai delegasi.
Tammy Greer, profesor di departemen manajemen publik dan kebijakan di Georgia State University mengatakan, desakan agar Biden mengakhiri kampanyenya tanpa alternatif yang jelas hanya akan membantu Trump – yang oleh Partai Demokrat digambarkan sebagai ancaman terhadap demokrasi.
“Apa alternatifmu? Itu nomor satu,” kata Greer kepada Al Jazeera. “Nomor dua, apakah Anda punya waktu untuk mencari alternatif lain? Yang ketiga, jika Anda tidak punya waktu untuk mencari alternatif, alternatifnya adalah mantan presiden (Trump). Jadi kamu mau yang mana?”
Matt Dallek, sejarawan politik dan profesor di Universitas George Washington, mengatakan, jika Biden mengakhiri kampanyenya, delegasi yang berjanji mendukungnya akan bebas untuk mendukung kandidat lain dan Partai Demokrat akan menghadapi konvensi di mana calon itu dipilih pada acara konvensi tersebut.
“Tidak mungkin untuk memprediksi apakah ini akan menjadi bencana atau menguntungkan Partai Demokrat,” kata Dallek kepada Al Jazeera pekan lalu.
Dia mengatakan basis partai itu bisa terpecah dan menjadi kacau ketika banyak kandidat bersaing untuk mendapatkan nominasi.
Akan berbeda situasinya ketika seorang presiden tidak dapat menjalan tugas atau meninggal dunia, maka wakil presiden mengambil alih kursi kepresidenan.
Konstitusi AS tidak mengatur apapun tentang penggantian seorang calon presiden, selain bahwa untuk dapat terpilih, para calon harus berusia minimal 35 tahun, “seorang warga negara asli dan “sudah 14 tahun menjadi penduduk” AS.
Jadi, apa yang terjadi jika Biden mundur bergantung pada aturan Partai Demokrat, yang menyatakan: “Semua delegasi Konvensi Nasional yang mendukung seorang calon presiden harus dengan jujur mencerminkan aspirasi dari orang-orang yang memilih mereka.”
Asumsinya adalah seluruh 3.896 delegasi yang dimenangkan Biden dalam pemilihan pendahuluan akan memilihnya, namun jika Biden mengundurkan diri, apa yang mereka akan lakukan?
Solusi paling tepat adalah Biden “melepaskan” para delegasinya dengan pemahaman bahwa mereka akan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris.
Namun peraturan partai mengharuskan para delegasi untuk memeriksa hati nurani mereka berdasarkan “aspirasi” dari 16 juta anggota Partai Demokrat yang memberikan suara pada pemilihan pendahuluan. Mereka sebagian besar memilih Biden, tetapi tidak secara langsung memilih Harris, yang tidak ikut serta dalam pemungutan suara.
Para delegasi dan pemimpin partai dapat memutuskan untuk membuka kontes pencalonan, seperti yang biasa mereka lakukan sebelum tahun 1970-an dan melakukan pemungutan suara untuk melihat kandidat mana yang dapat memperoleh 1.968 suara untuk menjadi calon.
Hal semacam itu pernah terjadi, secara kebetulan di Chicago pada tahun 1968, setelah keputusan Lyndon Johnson untuk tidak mencalonkan diri, dan terjadi pembunuhan terhadap Robert Kennedy yang merupakan calon utama. Yang terjadi kemudian adalah terjadi aksi baku hantam di lantai konvensi.
Pada akhirnya, wakil presiden, Hubert Humphrey, yang tidak mencalonkan diri dalam pemilihan pendahuluan, memenangkan nominasi karena dukungan dari para pemimpin partai. Namun dia kalah dalam pemilu nasional.
Jika Biden tetap bertahan dalam pemilihan presiden tahun 2024, sebagian besar ahli sepakat bahwa hampir tidak mungkin untuk mencabut nominasinya di konvensi itu.
Namun, secara teori, peraturan Partai Demokrat mempermudah pencopotan calon setelah konvensi, namun sebelum pemilihan presiden pada bulan November.
“Jika terjadi kematian, pengunduran diri, atau kecacatan pada calon partai untuk presiden atau wakil presiden setelah Konvensi Nasional ditutup, Ketua Nasional Komite Nasional Demokrat akan berkonsultasi dengan pimpinan Demokrat di Kongres Amerika Serikat dan Asosiasi Gubernur Demokrat, kemudian melaporkannya kepada Komite Nasional Demokrat, yang memiliki wewenang untuk mengisi kekosongan tersebut,” demikian bunyi peraturan partai itu, sebagai dikutip ABC.
Jadi, komite nasional Partai Demokrat yang beranggotakan 200 orang – yang terdiri dari para gubernur, senator, mantan presiden, dan tokoh partai lainnya, dipimpin oleh Ketua Jamie Harrison – dapat dengan mudah menggantikan Biden karena meninggal dunia, mengundurkan diri, atau cacat.
Pertanyaannya, apakah mereka akan menyatakan Biden “cacat” karena usia tua atau tanda-tanda kegagalan kognisi dibandingkan menderita penyakit kesehatan yang parah?