Informasi Terpercaya Masa Kini

“Tak Apa Enggak Punya Apa-apa, yang Penting Pendidikan Anak”

0 51

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com – Pasangan suami istri di Pondok Aren bernama Sunaryo (64) dan Parni (59) mengalahkan ego mereka untuk membeli barang kebutuhan mereka demi menyekolahkan ketiga anak.

Dari keringat mereka sebagai loper koran dan pedagang sayur keliling, impian mereka untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi akhirnya bersambut.

“Aku bisanya itu (sekolahkan anak), daripada beli motor, mending pentingkan anak sekolah. Enggak punya apa-apa enggak apa-apa. Yang penting, pendidikan anak sekolah,” ungkap Sunaryo saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (9/7/2024).

Baca juga: Bangganya Pasangan Loper Koran dan Pedagang Sayur, Tiga Anaknya Sekolah Tinggi meski Hidup Sulit

Hasil jerih payah mereka terbayar sudah. Ketiga anaknya telah bekerja sebagai asisten dokter gigi, ahli gizi, dan apoteker.

Oleh karena itu, Sunaryo dan Parni mengucap syukur kepada Sang Pencipta karena selalu memberikan ketabahan dan keikhlasan selama menjalani pekerjaan.

Mereka tidak mau melihat ketiga anaknya memiliki latar belakang pendidikan seperti orangtuanya.

“Kalau saya jujur ya, saya orang buta huruf ya, saya enggak sekolah sama sekali. Anak saya bisa sarjana dan sekarang dengan pekerjaannya, saya sujud syukur, Alhamdulillah banget. Saya bangga banget,” ujar Parni.

“Aku juga sekolah cuma sampai SD. Jadi, orang enggak sekolah bertemu sama orang enggak sekolah juga,” sambung Sunaryo.

Dalam perjalanannya menyekolahkan anak, Sunaryo dan Parni kerap kali diremehkan orang karena pekerjaan mereka sebagai loper koran dan pedagang sayur keliling.

Baca juga: Keluh Kesah Sunaryo 40 Tahun Jadi Loper Koran

Namun, pasutri ini tidak ingin mengambil hati omongan tersebut sehingga mereka menjalani pekerja dengan ikhlas dan jujur.

“Ibaratnya, dibilang anak masuk sekolah SMP dan SMA nanti utangnya banyak. Ya biarin orang pada bilang, yang penting saya enggak. Biarin saja, Allah yang tahu. Yang penting kita jujur,” kata Parni.

“Mirip-mirip kayak gitu, ‘cuma jual sayur dan loper koran, bisa apa?’,” timpal Sunaryo.

Kesulitan dalam membiayai sekolah anak pernah mereka rasakan. Beruntung, keduanya mempunyai tetangga yang selalu mendukung hal-hal baik.

“Itu kasih semangat saya, ‘ada kemauan pasti ada jalan, ayo’. Kalau anak-anak enggak bisa makan nih, diutangi beras, nanti saya cicil. Atau nanti bayarnya pakai sayuran. Alhamdulillah,” ujar Parni.

“Kalau ada kemauan pasti ada jalan. Jadi dia kasih semangat terus, pinjam duit sama saudara saja enggak ada yang percaya. Dia Alhamdulillah mau tolongin. Tapi sekarang dia sudah meninggal,” tambah dia.

Untuk diketahui, Sunaryo dan Parni bekerja menggunakan sepeda untuk berkeliling atau mengantar koran ke rumah pelanggan.

Baca juga: Sudah Berusia Senja, Ini Alasan Sunaryo Tetap Bertahan Jadi Loper Koran

Sunaryo sudah menjadi loper koran sejak usia 23 tahun, sedangkan Parni menggeluti pedagang sayur keliling sejak berumur 15 tahun.

Dari tiga anak, Sunaryo dan Parni mempunyai delapan cucu yang beberapa di antaranya telah berusia remaja.

Meski sudah berusia senja dan dilarang anak punya kesibukan, Sunaryo dan Parni tetap mempertahankan pekerjaan mereka.

Bukan karena kebutuhan ekonomi, pekerjaan ini mereka anggap sebagai olahraga untuk memperlancar peredaran darah.

Leave a comment