Belajar Strategi Investasi "So Simple" ala Warren Buffett

Mengapa strategi investasi saham Warren Buffett disebut sangat sederhana? Mengapa orang sulit menirunya?

Belajar Strategi Investasi "So Simple" ala Warren Buffett

Suatu ketika dua orang terkaya di dunia yaitu Jeff Bezos dan Warren Bufett bertemu. Bezos bertanya pada Buffett, "Tesis investasi anda sangat sederhana. Anda adalah orang terkaya nomor dua di dunia dan itu sangat sederhana. Mengapa orang-orang tidak melakukannya padahal tinggal meniru saja?"

Buffett menjawab, "Karena tidak semua orang mau menjadi kaya secara pelan-pelan".

Potongan dialog diatas menjadi salah satu kutipan favorit yang selalu disampaikan Lo Kheng Hong, investor saham sukses yang sering dijuluki sebagai "Warren Buffettnya Indonesia" saat menjadi narasumber di berbagai acara.

Lo memang sangat mengagumi sekaligus menjadikan Buffett sebagai panutannya dalam berinvestasi.

Buffett memang investor yang sangat luar biasa. Awal tahun 2022 lalu, berbagai media ramai memberitakan keberhasilannya meraup Rp 1.720 T dari saham Apple. Saat itu, Buffett sudah berusia 95 tahun.

Mereka yang mengikuti kisah hidup Buffett pasti sudah paham bahwa Apple hanyalah salah satu dari beberapa saham yang dipegang Buffett. Jadi bisa dibayangkan harta kekayaannya bila hanya dari satu saham saja ternyata sudah bisa menghasilkan "cuan" ribuan triliun rupiah.

Pertanyaannya, apa saja strategi investasi yang dilakukan Buffett dan mengapa Bezos menyebutnya "so simple" alias sangat sederhana?

Kesederhanaan dan kesabaran

Salah satu buku yang mengulas secara lengkap mengenai prinsip/tesis investasi Buffett adalah buku yang ditulis oleh James Pardoe. Buku berjudul "Sukses Berinvestasi ala Buffett" itu memuat 24 strategi investasi sederhana Buffett.

Buku ini patut dibaca oleh siapapun yang memang tertarik untuk berinvestasi saham. Jangan kuatir, ini bukan buku njlimet dengan bahasan yang berat-berat. Tidak ada pembahasan teknis hitung-hitungan akuntasi bisnis yang memusingkan kepala. Bahasa dan isinya sangat sederhana, namun pastinya sarat makna.

Bila harus merangkum pemikiran dan strategi investasi yang dijalankan Buffett, barangkali bisa dikatakan bahwa Buffett sangat menekankan arti pentingnya kesederhanaan dan kesabaran.   

Pertama, kesederhanaan.

Buffett selalu mengatakan dirinya hanya akan berinvestasi membeli saham perusahaan yang bisnisnya benar-benar dipahaminya.

Tak heran ketika beberapa waktu lalu para pelaku pasar sedang heboh dengan saham-saham perusahaan teknologi, Buffett justru tak mau ikut-ikutan membeli. Sampai-sampai Buffett diolok-olok sebagai investor yang sudah ketinggalan zaman.

Ia tak pernah malu mengakui bahwa ia lebih menyukai perusahaan yang berteknologi rendah daripada berteknologi tinggi. Dengan jujur ia mengakui tidak memiliki kompetensi di bidang itu.

Buffett justru lebih senang berinvestasi dan menaruh uangnya dalam jumlah besar pada perusahaan dengan proses bisnis yang sangat sederhana misalnya perusahaan asuransi, koran, permen atau minuman kemasan (Coca Cola).

Buffett juga meyakini bahwa semua orang punya kesempatan untuk menjadi investor saham yang sukses. Tingkat intelektualitas menurutnya tak bisa jadi jaminan kesuksesan seseorang dalam berinvestasi.

"You don't need to be a rocket scientist. Investing is not a game where the guy with the 160 IQ beats the guy with 130 IQ" katanya.

Buffett sendiri sebelum menjadi investor saham yang sukses pernah punya pengalaman sebagai loper koran. Ia mengatakan, bila syarat menjadi investor saham yang sukses adalah harus punya gelar mentereng di bidang ekonomi dan bisnis, maka lebih baik ia kembali lagi menjadi loper koran.

Prinsip-prinsip kesederhanaan investasi ala Buffett ini juga diteladani oleh Lo Kheng Hong. Kebetulan, Lo pun berasal dari keluarga sangat sederhana dan hanya lulusan sarjana sastra Inggris dari kampus "tak bernama" yang tak memiliki gedung sendiri.

Ia memang sempat menjadi kepala cabang salah satu bank swasta, namun awal karier yang dijalaninya selama bertahun-tahun adalah sebagai pegawai tata usaha yang tugasnya memfotocopy berkas administrasi nasabah yang ingin mengajukan kredit.

Kesederhanaan tesis investasi Buffett juga sebenarnya sangat masuk akal. Ia berulangkali menekankan perbedaan antara harga dan nilai "Price is what you pay, value is what you get", katanya.

Ciri investor saham yang sukses akan selalu mencari saham perusahaan berkualitas baik dan membelinya di harga yang sangat murah, murah atau minimal wajar. Logika sederhananya, bila sudah melakukan itu, bukankah sebenarnya risiko kita sebagai investor menjadi sangat minim?

Kapan saham bisa dijual sangat murah? Saat mayoritas pelaku pasar saham sedang ketakutan. Saat situasi sedang tidak menentu, terjadi krisis atau seperti saat Covid-19 kemarin, banyak saham dijual di harga yang sangat murah karena para pelaku pasar saham sangat ketakutan seolah-olah itu pertanda kiamat sehingga mereka berlomba-lomba menjual sahamnya.

Buffett selalu mengajarkan, takutlah saat orang lain tamak dan tamaklah saat orang lain takut. Artinya, kita tak boleh ikut-ikutan dengan situasi kepanikan di pasar saham. Penting untuk selalu tenang dan berpikiran rasional.

Penurunan pasar justru menjadi pertanda yang sangat baik untuk melakukan pembelian. Sebaliknya saat pasar sedang euforia, investor yang bijak justru sudah harus sangat waspada dan kalau perlu segera lakukan penjualan.  

Buffett juga selalu mengingatkan dua peraturan yang sangat penting pada para investor. Saat berinvestasi di pasar saham, peraturan pertama adalah jangan pernah kehilangan uangmu. Peraturan kedua, jangan pernah lupakan peraturan pertama.  

Kedua, kesabaran

Jawaban Buffett atas pertanyaan Bezos diatas, bila kita resapi secara mendalam sebenarnya ia sekaligus hendak mengatakan bahwa kebanyakan orang memang tidak sabaran.

Prinsip pembelajaran investasi Buffett sendiri justru sangat menekankan tentang pentingnya kesabaran dalam banyak hal.

Kesabaran untuk terus belajar serta membaca laporan perusahaan, kesabaran menunggu waktu yang tepat untuk melakukan pembelian, hingga kesabaran menunggu saat yang tepat untuk melakukan penjualan.

Buffett meskipun sudah memiliki kekayaan dalam jumlah yang sangat besar, namun dirinya tak pernah berhenti belajar. Dengan sabar dan tekun, setiap hari ia menghabiskan waktu rata-rata 8 jam sehari untuk membaca. Itu dilakukannya secara konsisten selama berpuluh-puluh tahun.

Ia terus berusaha mencari peluang untuk melakukan investasi sehingga tak heran jumlah kekayaannya terus meningkat dari waktu ke waktu.

Saat akan melakukan pembelian, ia juga tak mau terburu-buru. Ia selalu menantikan waktu yang tepat dan saat itu tiba, ia akan melakukan pembelian dalam jumlah yang sangat besar.

Buffett senang menggunakan analogi permainan bisbol. Ia mengatakan, pemukul yang baik tak akan memukul semua bola yang datang. Ia akan menunggu sampai tiba momen yang paling tepat dan saat itulah ia akan memukul sekuat-kuatnya.

Demikian halnya, Buffett juga tak mau terburu-buru menjual saham yang sudah dimilikinya. Rata-rata saham yang dimiliki Bufffett saat ini sudah dimiliki sejak puluhan tahun lalu dan belum pernah dijual sama sekali.

Saat pasar saham sedang panik dan turun, ia juga tak mau ikut-ikutan menjual kepemilikan sahamnya. Ia selalu bersabar dan yakin bahwa bila perusahaan yang dimilikinya adalah perusahaan yang bagus, cepat atau lambat kondisinya akan segera pulih kembali.

Prinsip kesabaran ini kelihatannya mudah namun terkadang sangat sulit diterapkan. Lo Kheng Hong bilang, kesabaran itu proses pembelajaran seumur hidup dan ujiannya terkadang datang secara dadakan.

Faktor kesabaran itu juga yang bisa menjelaskan bahwa meskipun strategi investasi Buffett sangat sederhana, namun ternyata tak banyak orang yang bisa meniru.  

***

Jambi, 5 September 2023

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow