Artefak Berenkripsi Mirip Tugu Ditemukan di Kediri, Tertulis Aksara Jawa Kuno 1123

Penemuan artefak ini dianggap penting dan menarik karena ini merupakan temuan artefak pertama di Kediri yang lengkap dengan enkripsinya.

Artefak Berenkripsi Mirip Tugu Ditemukan di Kediri, Tertulis Aksara Jawa Kuno 1123

KEDIRI, KOMPAS.com - Wilayah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dikenal sebagai daerah dengan banyak penemuan benda purbakala.

Terbaru, ditemukan artefak yang mirip tugu atau stamba di Desa Kayunan, Kecamatan Wates pada medio Januari 2024.

Artefak berbahan batu andesit yang mempunyai panjang 170 sentimeter dan ketebalan 76 sentimeter ditemukan saat penggalian tanah uruk. Bersamanya turut ditemukan sejumlah artefak lepas dari batu bata.

Baca juga: Dari Konservator Perancis hingga Pemerintah Belanda Bantu Pulihkan Artefak Bersejarah Museum Nasional

Pada badan bagian bawah artefak tugu tersebut terpahat aksara Jawa kuno dengan bacaan angka 1123. Bahkan kondisi pahatan itu masih cukup jelas kentara.

Temuan artefak mirip tugu ini dianggap temuan penting dan cukup bermakna.

Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kediri Eko Priatno mengatakan, artefak tersebut saat ini sudah dipindahkan dari lokasi penemuan ke balaidesa setempat.

“Sementara dipindah ke balaidesa karena faktor keamanan. Apalagi lokasi temuan tanahnya cukup labil sehingga rawan longsor di musim hujan begini,” ujar Eko Priatno, Jumat (26/1/2024).

Pemindahan itu menurutnya bersifat sementara karena sambil menunggu rekomendasi tempat penyimpanan yang tepat dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Jawa Timur.

Kondisi Artefak

Eko Priatno mengatakan, hingga kini belum diketahui pasti artefak tersebut adalah berfungsi tugu, berfungsi patok, atau bahkan berfungsi stamba. Sebab, penelaahan oleh para ahli masih terus berlangsung.

Pada pemeriksaan awal lokasi temuan, kata Eko, artefak-artefak tersebut kondisinya tercerai berai dan ditengarai sudah tidak lagi in situ atau bergeser lokasinya bahkan juga fungsinya.

Ditemukan juga artefak yang diduga tidak sekonteks jamannya atau kronologi waktunya. Itu terlihat pada penggunaan jenis bebatuan maupun penyusunan struktur artefaknya.

"Nenek moyang kita dulu sangat teliti. Gak mungkin struktur lapisan bata ada andesitnya karena (pengeleman) sistem kosot (gesek) bata dan bata. Biasanya andesit di pojokan sebagai penguat,” ungkap Eko.

Pada bahan utama artefak tugu tersebut adalah andesit solid. Itu identik dengan masa-masa Kerajaan Kediri.

Sedangkan bahan pada artefak lepas lainnya adalah batu bata dan andesit berpori. Andesit berpori identik dengan Kerajaan Majapahit sebagaimana candi Surowono dan candi Tegowangi.

Sehingga diduga kuat artefak itu telah mengalami upaya penataan ulang yang kemudian juga dimungkinkan bisa berubah fungsi. Bisa sebagai altar atau bentuk lain yang belum diketahui.

“Disinyalir sudah ditata ulang. Ada usaha untuk menata kembali yang mungkin (penataannya) juga sudah beratus tahun lalu,” kata Eko.

Makna Penting

Penemuan itu sendiri merupakan penemuan penting dan cukup menarik. Salah satu nilai pentingnya adalah temuan artefak pertama di Kediri yang lengkap dengan enkripsinya.

Eko mengatakan, sejauh ini memang ada temuan artefak tugu lain di luar Kediri. Yakni di wilayah Tulungagung dan wilayah Blitar dengan tipikal yang sama. Namun yang membedakan di antaranya adalah penempatan aksaranya.

Pada artefak diduga tugu di Kediri, aksara tersebut berbunyi angka 1123. Yang diduga sebagai petunjuk tahun saka. Dan jika dikonversikan ke tahun masehi berarti tahun 1201 masehi.

“Dari saka ke Masehi kita tambah 78 maka muncul 1201,” ujar Eko yang berlatarbelakang arkeolog ini.

Baca juga: Museum Nasional Kebakaran, Pengelola Prioritaskan Selamatkan Artefak Berharga dan Benda Bersejarah

Pada tahun itu, Eko menjelaskan, jika merujuk pada kronologi raja Jawa, merupakan era Kerajaan Kediri dengan pucuk pemerintahan dipimpin Raja Kertajaya.

Seorang raja Kediri terakhir setelah dikalahkan oleh Ken Arok pada 1222 masehi. Itu berarti artefak tugu tersebut mempunyai masa 21 tahun sebelum Kediri runtuh.

“Jadi saat Kerajaan Kediri masih sattle,” pungkasnya.

Kini artefak tersebut masih menjadi bahan pengkajian mendalam oleh para arkeolog dan sejarawan.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow