Anjuran Minum Air Putih yang Sesuai Takaran agar Tak Merusak Ginjal

Pakar merekomendasi minum air putih dengan takaran yang tepat berdasarkan usia agar tidak merusak ginjal. Berapa kebutuhan setiap orang?

Anjuran Minum Air Putih yang Sesuai Takaran agar Tak Merusak Ginjal

TEMPO.CO, Jakarta - Minum air putih sangat penting untuk kesehatan karena air memiliki peran yang vital dalam menjaga fungsi tubuh. Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI), dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH merekomendasi minum air dengan takaran yang tepat berdasarkan usia.

“Minum itu sangat berpengaruh bagi tubuh, asupan cairan harus cukup, melalui minum air putih. Namun tentu ada takaran dan batasan tertentu agar tidak merusak ginjal,” kata Pringgodigdo di Jakarta, Senin, 15 Januari 2024.

Beberapa alasan mengapa air terbaik untuk tubuh meliputi pemeliharaan keseimbangan cairan, penyediaan nutrisi, pembersih racun, menjaga keseimbangan elektrolit dan pH tubuh, mempertahankan kesehatan kulit, penyokong fungsi otak, hingga pencegah dehidrasi dan berbagai penyakit.

Minum air yang cukup juga dapat membantu mencegah berbagai masalah kesehatan, seperti batu ginjal, infeksi saluran kemih, dan sembelit. Namun, ia menekankan penting untuk dicatat kebutuhan cairan setiap individu berbeda, tergantung pada berbagai faktor seperti tingkat aktivitas fisik, iklim, kondisi kesehatan, dan usia.

Buat usia remaja dan dewasa, kebutuhan air rata-rata yang dapat dicukupi sebanyak 2 liter per hari. Namun, spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menyebut minum air lebih dari jumlah tersebut juga tidak baik.

“Rata-rata orang dewasa 2 liter cukup. Kalau masih sehat biasanya 2 liter cukup karena bisa kalau kelebihan tidak bagus juga. Bisa jadi tubuh terlalu banyak mengeluarkan carian, jadi buang air kecil terus, dan yang baik kita harus menjaga kesimbangan,” jelas Pringgodigdo.

Sementara untuk lansia, ia menyarankan minum air tidak kurang dan tidak lebih dari 1,5 liter per hari. Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi usia 0–6 bulan perlu cairan 700 ml per hari, 7–12 bulan 800 ml, anak 1–3 tahun 1,3 liter, 4–8 tahun 1,7 liter.

Periksakan ginjal

Lebih lanjut, selain memenuhi kebutuhan cairan tubuh, Pringgodigdo menyoroti pentingnya pemeriksaan kondisi kesehatan ginjal secara berkala ke dokter sedini mungkin. Ia menyarankan untuk melakukan pemeriksaan ginjal pada yang telah menginjak usia 15 tahun ke atas.

Hal ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, penyakit ginjal merupakan salah satu gangguan kesehatan yang gejalanya sering tidak terdeteksi sebelum akhirnya telah mencapai stadium tinggi. Hipertensi (pemicu utama penyakit ginjal) dan penyakit ginjal pada usia muda saat ini juga terus meningkat.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018, pada penduduk usia 15 tahun ke atas didapatkan faktor risiko seperti proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5 persen, kurang aktivitas fisik 35,5 persen, merokok 29,3 persen, obesitas sentral 31 persen, dan obesitas umum 21,8 persen. Data tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan data Riskesdas 2013.

“Penyakit ginjal bisa menyerang usia muda, di atas 15 tahun itu sudah harus segera pemeriksaan diri. Gejala penyakit ginjal hingga saat ini juga belum bisa terdeteksi, hanya saja salah satu gejalanya itu kalau urine berbusa. Tapi kalau sudah berbusa itu sudah terlambat, kalau yang belum parah biasanya tidak ada tanda-tandanya. Makanya perlu pemeriksaan rutin ke dokter,” tegasnya.

Pilihan Editor: Jarang Minum Air Putih, Dampaknya Bisa Cuci Darah di Usia Muda

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow