Al Quds, Pasukan Elite dan Rahasia Iran untuk Operasi di Luar Negeri

Nama "Al Quds" berasal dari kata Arab untuk Yerusalem. Nama pasukan itu mencerminkan komitmen awalnya adalah untuk pembebasan kota suci itu.

Al Quds, Pasukan Elite dan Rahasia Iran untuk Operasi di Luar Negeri

KOMANDAN senior Pasukan Al Quds Iran, Brigjen Mohammad Reza Zahedi, dan wakilnya, Brigjen Mohammad Hadi Haji Rahimi, tewas dalam sebuah serangan udara yang dituding telah dilakukan Israel di Damaskus, Suriah, Senin (1/42024) lalu. Kematian dua orang itu, dan lima orang lainnya yang juga perwira Pasukan Al Quds membuat Iran berang. Para petinggi Iran bersumpah untuk membalas tindakan Israel.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan, Israel akan dihukum atas serangan itu, sementara Presiden Iran, Ebrahim Raisi mengatakan, serangan tersebut “tidak akan dibiarkan begitu saja.”

Bagaimana sejarah berdirinya Al Quds dan seperti apa sepak terjangnya selama ini? 

Baca juga: Siapa Jenderal Iran yang Tewas dalam Serangan Israel di Suriah?

Sejarah Pasukan Al Quds

Pasukan Al Quds merupakan salah satu elemen kunci dalam struktur militer Iran, yang beroperasi di bawah naungan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran. Korps Pengawal Revolusi Islam Iran sendiri merupakan sebuah cabang dari angkatan bersenjata Iran. Koprs itu independen dari tentara reguler Iran (yang disebut Artesh). Pemimpin Iran, Ruhollah Khomeini, mendirikan Korps Pengawal Revolusi Islam pada April 1979 melalui dekrit dan menugaskannya untuk menjaga Republik Islam yang dibentuk setelah Revolusi Iran (1978–79).

Pasukan Al Quds didirikan tahun 1980. Pendiriannya merupakan respons terhadap kebutuhan Iran untuk mengekspor ideologi revolusionernya dan melindungi kepentingan nasionalnya di luar perbatasan negaranya.

Nama "Al Quds" berasal dari kata Arab untuk Yerusalem. Nama pasukan itu sebenarnya sudah mencerminkan komitmen awalnya adalah untuk pembebasan kota suci tersebut.

Dari semula sebagai unit kecil yang bertugas melatih kelompok-kelompok afiliasi di luar Iran, Pasukan Al Quds telah berkembang menjadi organisasi yang canggih dan berpengaruh. Aktivitas Al Quds berpusat pada pengorganisasian, dukungan, dan kadang-kadang memimpin pasukan lokal di luar negeri dengan cara yang menguntungkan kepentingan Pasukan Pengawal Revolusi Iran dan pemerintah Iran.

Kegiatan pertama pasukan itu sebagai unit yang terpisah terjadi tahun 1982, ketika mereka terlibat dalam Perang Saudara Lebanon setelah invasi Israel ke Lebanon. Mereka membantu kelompok Hezbullah di Lebanon, milisi yang didominasi kelompok Syiah, yang didirikan pada tahun yang sama untuk mengusir Israel. Al Quds tetap menjadi sekutu dekat dan sponsor kelompok Hezbullah bahkan setelah perang saudara berakhir tahun 1990.

Baca juga: Israel Serang Kedutaan Iran di Suriah, 7 Penasihat Militer Iran Tewas

Pada dekade pertama Al Quds, fokus utamanya memang mendukung gerakan perlawanan terhadap Israel dan mengonsolidasikan hubungan dengan kelompok-kelompok pro-Iran di Lebanon, termasuk Hezbollah.

Namun seiring waktu, cakupan dan aktivitas Pasukan Al Quds berkembang signifikan. Mereka kini terlibat dalam berbagai operasi militer, intelijen, dan diplomatik di banyak negara, termasuk Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman. Pasukan ini telah berhasil menunjukkan kemampuannya dalam mengoordinasikan dan mendukung kelompok-kelompok sekutu, sehingga memperkuat pengaruh Iran di kawasan.

Pada tahun 1990-an, Al Quds mengalihkan perhatiannya ke perbatasan timur Iran dan memberikan dukungan kepada Aliansi Utara di Afghanistan dalam melawan munculnya Taliban.

Al Quds semakin terlihat di panggung dunia pada abad ke-21, setelah invasi AS ke Irak tahun 2003 dan ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah setelah Arab Spring terjadi.

Di Irak, mereka memainkan peran penting dalam mengatur dan membantu upaya milisi Syiah melawan pasukan AS, terutama berkoordinasi dengan Organisasi Badr.

Saat pemberontakan di Suriah tahun 2011 berkembang menjadi perang saudara, Pasukan Al Quds datang membantu Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang rezimnya merupakan sekutu berharga dalam "Poros Perlawanan" Iran (poros yang membentang secara geografis dari Iran hingga Lebanon).

Di Yaman, mereka mendukung Houthi, yang pemberontakannya melawan pemerintah pusat menguat setelah kerusuhan Yaman pecah tahun 2011-2012. Mereka juga mengambil peran utama dalam mengorganisir pasukan darat melawan ISIS di Irak dan Suriah. Pengaruhnya yang terus berlanjut dalam urusan dalam negeri Irak menjadi sasaran protes rakyat setelah komandan Pasukan Al Quds, Qassem Soleimani, melakukan intervensi pada Oktober 2019 untuk mencegah penggulingan Perdana Menteri Irak, Adel Abdul Mahdi.

Peran Pasukan Al Quds

Peran utama Pasukan Al Quds adalah memajukan agenda kebijakan luar negeri Iran melalui operasi militer dan non-militer. Mereka terlibat dalam pengumpulan intelijen, operasi klandestin, dan dukungan logistik kepada sekutu dan kelompok pro-Iran di seluruh Timur Tengah. Strategi ini mencerminkan pendekatan Iran yang lebih luas untuk memperluas pengaruhnya melalui proksi daripada intervensi langsung.

Di lapangan, Al Quds terlibat dalam melatih dan mempersenjatai kelompok militan, mengoordinasikan strategi militer, dan bahkan berpartisipasi langsung dalam konflik. Aktivitas ini sering kali menyebabkan ketegangan dengan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat (AS), yang melihat ekspansi pengaruh Iran sebagai ancaman terhadap kepentingannya di Timur Tengah.

Struktur dan organisasi Al Quds dirancang untuk mendukung operasinya yang unik dan serbaguna di berbagai negara. Sebagai bagian dari Korps Pengawal Revolusi Islam, Al Quds berfungsi sebagai divisi elite yang bertanggung jawab atas operasi luar negeri. 

Pasukan Al Quds dipimpin seorang komandan yang bertanggung jawab langsung kepada Pemimpin Tertinggi Iran. Ini menunjukkan betapa pentingnya pasukan itu dalam struktur kekuasaan Iran.

Di bawah komandan, terdapat beberapa departemen yang masing-masing bertanggung jawab atas wilayah geografis tertentu, seperti "Departemen Levant" yang fokus pada Suriah dan Lebanon, dan "Departemen Arab dan Afrika" untuk operasi di negara-negara Arab dan Afrika.

Selain departemen geografis, Al Quds juga memiliki unit khusus yang bertugas dalam pelatihan, intelijen, dan operasi klandestin. Ini termasuk unit pelatihan yang memberikan bimbingan dan dukungan kepada kelompok-kelompok pro-Iran di luar negeri, serta unit intelijen yang mengumpulkan informasi penting untuk merencanakan dan melaksanakan operasi.

Kerjasama antara Pasukan Al Quds dan kelompok-kelompok sekutu adalah kunci kesuksesan operasi mereka. Melalui hubungan yang telah lama terjalin, Al Quds mampu memanfaatkan jaringan lokal untuk melaksanakan strategi Iran di luar perbatasannya. Integrasi ini memungkinkan Al Quds beroperasi secara efektif di medan yang kompleks dan sering kali bermusuhan.

Kontroversi

Pasukan Al Quds telah lama menjadi subyek kontroversi dan kritik internasional, terutama dari negara-negara Barat dan sekutu-sekutunya. Peran Al Quds dalam mendukung kelompok-kelompok militan dan melakukan operasi militer di luar perbatasan Iran sering kali dianggap sebagai tindakan destabilisasi yang memperburuk konflik di Timur Tengah.

Kritik itu berfokus pada beberapa aspek utama dari aktivitas Al Quds, yang mencakup dukungan kepada kelompok-kelompok teroris, pelanggaran hak asasi manusia, dan campur tangan dalam urusan negara lain.

Salah satu aspek paling kontroversial dari operasi Al Quds adalah dukungan mereka kepada kelompok-kelompok yang dianggap teroris oleh banyak negara, termasuk Hezbollah di Lebanon dan kelompok-kelompok militan Palestina. Keterlibatan ini telah menyebabkan sanksi internasional terhadap Iran dan telah menimbulkan ketegangan dengan negara-negara seperti AS dan Israel, yang melihat kegiatan itu sebagai ancaman langsung terhadap keamanan mereka.

Al Quds telah dituduh terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, terutama dalam konteks perang Suriah. Mereka dituduh membantu pemerintah Suriah dalam operasi yang telah menyebabkan kematian dan penderitaan sipil yang luas. Tuduhan itu mencakup penggunaan kekerasan terhadap demonstran dan partisipasi dalam pengepungan kota-kota yang menyebabkan krisis kemanusiaan.

Campur tangan Pasukan Al Quds dalam urusan negara lain juga telah menimbulkan kecaman. Dalam banyak kasus, mereka dianggap memainkan peran kunci dalam mengonfigurasi ulang keseimbangan kekuatan lokal, seringkali mendukung rezim atau kelompok yang kontroversial.

Pembelaan Iran terhadap kritik itu seringkali menekankan peran Pasukan Al Quds dalam memerangi kelompok-kelompok ekstremis seperti ISIS dan melindungi populasi Syiah di seluruh kawasan. Tehran berargumen bahwa aktivitas pasukan tersebut adalah bagian dari perjuangan lebih luas melawan terorisme dan ekstremisme.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow