Akhir Perjuangan Paul Alexander, Lawan Polio Puluhan Tahun dengan Bantuan Paru-paru Besi...

Paul Alexander yang tinggal di Dallas, Texas Utara, AS menghabiskan lebih dari 70 tahun hidup bernapas menggunakan paru-paru buatan berbentuk tabung.

Akhir Perjuangan Paul Alexander, Lawan Polio Puluhan Tahun dengan Bantuan Paru-paru Besi...

KOMPAS.com - Paul Alexander meninggal dunia pada Senin (11/3/2024) usai berjuang melawan polio menggunakan bantuan paru-paru besi.

Paul Alexander yang tinggal di Dallas, Texas Utara, Amerika Serikat menghabiskan lebih dari 70 tahun hidup bernapas menggunakan paru-paru buatan berbentuk tabung besar.

Kondisi ini dilatarbelakangi oleh masalah paru-paru akibat penyakit polio yang dideritanya sejak kecil.

Meski hanya berbaring dalam paru-paru besi, Paul Alexander mampu bertahan hidup dalam waktu yang lama. Dia bahkan meraih sejumlah prestasi akademik dan berkarier profesional seperti orang biasa.

Keluarga Alexander akan mengadakan upacara pemakaman Paul di Dallas pada Rabu (20/3/2024).

Lantas, siapa itu Paul Alexander dan bagaimana perjuangannya hidup dibantu paru-paru besi melawan polio?

Baca juga: Jenis-jenis Penyakit Polio, dari Ringan hingga Menyebabkan Kelumpuhan

Sosok Paul Alexander

Paul Richard Alexander lahir pada Januari 1946 di Dallas, Texas, Amerika Serikat.

Diberitakan CBS News, Paul Alexander didiagnosis menderita polio pada 1952 saat baru berusia 6 tahun.

Penyakit ini membuat Paul lumpuh dari bagian leher ke bawah dan tidak dapat bernapas sendiri.

Untuk membantunya, dokter memasukkan Paul Alexander ke dalam paru-paru besi. Tabung besar tersebut merupakan alat bantu pernapasan mekanis yang mengontrol tekanan udara di sekitar tubuh sehingga, membantu paru-paru aslinya mengembang.

Paru-paru besi menyelamatkan ribuan anak selama epidemi polio pada masa itu. Namun, alat tersebut sebenarnya hanya digunakan untuk jangka waktu singkat.

Baca juga: Kisah Guru SMA Kena Gejala Mirip Flu, Berakhir Tangan dan Kaki Diamputasi

Ketika vaksin polio diberikan pada akhir 1950-an, alat bantu pernapasan lain dimasukkan langsung ke tenggorokan. Ini membuat pasien tidak perlu menggunakan paru-paru besi lagi.

Namun, dikutip dari The Guardian, Paul memilih tidak menjalani operasi pemasangan alat baru tersebut dan terus hidup menggunakan paru-paru besi karena sudah terbiasa.

Dia bahkan terus menggunakannya selama 71 tahun dan menjadi salah satu orang terakhir di dunia yang menggunakannya. Dokter pun tak mengira dia akan hidup selama itu.

Selama menggunakan paru-paru besi, Paul belajar menulis, mengetik, dan melukis hanya menggunakan tongkat yang digigit di mulut. Ini karena tangannya tidak bisa digunakan.

Baca juga: Gejala dan Tanda-tanda Polio pada Anak yang Harus Diwaspadai Orangtua

Raih prestasi meski sakit

Keterbatasan yang dialami juga tidak membuat Paul Alexander berhenti melanjutkan pendidikan dan berkarier secara profesional.

Dilansir dari People, Paul lulus dari sekolah menengah di Dallas pada usia 21 tahun. Dia menjadi orang pertama yang lulus tanpa menghadiri kelas secara fisik.

Paul lalu berkuliah di Southern Methodist University. Pada 1984, ia memperoleh gelar sarjana hukum dari University of Texas di Austin.

Setelah lulus, Paul menjadi pengacara di Dallas dan Fort Worth. Dia menghadiri sidang menggunakan kursi roda yang dimodifikasi agar tubuhnya tegak meski masih menggunakan paru-paru besi. Dia menjadi pengacara di ruang sidang selama 30 tahun.

Tak hanya itu, Paul mempelajari teknik pernapasan selama setahun yang memungkinkannya bernapas sendiri tanpa paru-paru besi selama tiga menit pada 2020.

Keberhasilannya bernapas tanpa paru-paru besi itu membuat Paul mendapatkan seekor anjing sebagai hadiah.

Baca juga: Kisah Tsutomu Yamaguchi, Diklaim Pria Paling Beruntung Usai Selamat dari Bom Hiroshima-Nagasaki

Diberitakan CNN, momen tersebut dia abadikan sebagai buku otobiografi yang ditulis sendiriberjudul “Three Minutes for a Dog: My Life in an Iron Lung”.

Pada 2022, Paul mengatakan dirinya sedang mengerjakan buku kedua. Dia menulis menggunakan pena yang menempel pada tongkat plastik. Tongkat ini lalu dimasukkan ke mulutnya untuk menekan tombol keyboard.

“Saya punya beberapa mimpi besar. Saya tidak akan menerima keterbatasan mereka dari siapa pun. Hidup saya luar biasa," katanya.

Pada Januari 2024, Paul mulai membagikan kisahnya lewat akun media sosial TikTok miliknya. Akun itu bahkan mendapatkan 300.000 pengikut dan videonya disukai lebih dari 4,5 juta kali.

Berkat perjuangannya, Guinness World Record memberikannya penghargaan sebagai pasien paru-paru besi yang hidup paling lama dalam sejarah pada Maret 2024.

Baca juga: Penyakit Polio: Penyebab, Gejala, Penularan dan Cara Pencegahannya

Kondisi memburuk

Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, Paul hampir selalu beraktivitas menggunakan mesin seberat 300 kg.

Pada 26 Februari 2024, manajer media sosial Paul menyatakan lewat video TikTok bahwa pria itu telah dilarikan ke ruang gawat darurat setelah dinyatakan positif Covid-19 pada minggu sebelumnya.

Menurut sang manajer, kondisi itu sangat berbahaya bagi Paul.

“Untungnya mereka punya paru-paru besi di rumah sakit hanya untuknya dan dia bisa pulang akhir pekan ini, tapi sayangnya, dia masih lemah,” lanjut sang manajer.

“Dia masih mengalami kebingungan. Dia kesulitan makan dan minum, jadi karena alasan itu kami akan menunda videonya lebih lama lagi," lanjutnya.

Baca juga: Kisah Pria 68 Tahun yang Diklaim Sembuh dari HIV dan Kanker Usai Transplantasi Sel Punca dengan Mutasi Genetik

Sang adik, Philip Alexander menyatakan Paul tidak lagi dinyatakan positif Covid-19 pada Maret 2024. Namun, kondisinya tetap lemah.

Philip mengungkapkan rasa terima kasih kepada masyarakat yang berdonasi untuk Paul. 

Diketahui, seseorang bernama Christopher Ulmer membuka akun sumbangan untuk Paul melalui GoFundMe pada 2022. Sejak saat itu, banyak orang ikut memberikan sumbangan.

“Hal ini memungkinkan dia menjalani beberapa tahun terakhirnya tanpa stres,” ujar Philip.

“Ini juga akan membiayai pemakamannya di masa sulit ini. Sungguh luar biasa membaca semua komentar dan mengetahui bahwa begitu banyak orang terinspirasi oleh Paul. Saya sangat bersyukur," imbuhnya.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow