Notre Dame Dibuka Lagi: Kisah Sukses yang Bonafide atau Terburu-buru?
Setelah lima tahun pekerjaan rekonstruksi yang cepat, Notre Dame akan segera dibuka kembali. Arsitek yang sebelumnya bertanggung jawab atas Katedral Köln Jerman khawatir jika pembukaan ini terlalu cepat.
Notre Dame bukan hanya sekadar rumah ibadah yang indah, tetapi juga merupakan harta nasional Prancis. Jadi, sudah sepantasnya Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pidato kepada rakyat sehari setelah kebakaran yang merusak katedral tersebut pada tanggal 15 April 2019.
Ia berjanji bahwa hanya dalam waktu lima tahun, katedral bergaya Gotik itu akan direnovasi dan dibangun kembali “lebih indah dari sebelumnya.”
Banyak cuan yang dikucurkan untuk proyek yang dinyatakan sebagai proyek nasional dan banyak rintangan birokrasi yang berhasil diatasi. Hasilnya, pekerjaan berlangsung sesuai jadwal. Notre Dame akan dibuka kembali dengan upacara meriah pada tanggal 8 Desember 2024.
Presiden Macron dijadwalkan untuk mengumandangkan pidato di halaman depan di hadapan banyak kepala negara dan pemerintahan. Keesokan harinya, Uskup Agung Laurent Ulrich akan memimpin misa untuk pertama kalinya sejak kebakaran. Altar baru juga akan diberkati.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! Notre Dame dalam angka
Mereka yang pernah mengunjungi Notre Dame sebelum kebakaran akan merasa kagum karena dinding katedral telah dibersihkan dari jelaga dan kotoran yang telah ada selama berabad-abad. Kini lebih banyak cahaya bersinar melalui jendela yang baru dibersihkan, membuat warna-warna segar dan daun emas pada mural berkilauan.
2.300 patung dan 8.000 pipa organ Notre Dame juga baru-baru ini dibersihkan, dan 1.500 kursi baru dipasang- Semuanya juga diberkati dahulu.
Seluruh proyek ini melibatkan pemasangan dan pembongkaran perancah seberat 2.000 ton, ditambah keterlibatan hampir 250 perusahaan dan studio.
Katedral yang dibangun antara tahun 1163 dan 1345 ini sekali lagi menjadi “lokasi konstruksi abad ini,” demikian menurut media Prancis.
Sekitar €840 juta dikumpulkan untuk mendanai proyek tersebut. Sekitar €700 juta menutupi biaya konstruksi, sementara sisanya akan digunakan untuk restorasi apse dan penopang yang utuh selama tiga tahun ke depan — pekerjaan yang memang tetap diperlukan bahkan tanpa kerusakan akibat kebakaran.
‘Keajaiban Notre Dame’
Lima tahun lalu, kebakaran terjadi di loteng di bawah atap katedral. Lebih dari 400 petugas pemadam kebakaran bekerja selama empat jam hingga mereka berhasil membatasi api pada struktur atap kayu.
Tingkat kerusakannya tidak sebesar yang dikhawatirkan sebelumnya. Meskipun menara kayunya runtuh, patung Gotik Perawan Maria yang berada di sebelahnya tetap utuh.
“Keajaiban Notre Dame” adalah sebutan bagi pakar katedral Jerman Barbara Schock-Werner dalam sebuah wawancara dengan DW saat itu.
“Ada bahaya besar bahwa seluruh gereja akan runtuh,” kenangnya sekarang. “Hanya butuh satu badai, dan kerusakannya akan sangat besar.”
Masalah lain yang lebih serius muncul. Lembaran atap timah Notre Dame berjatuhan, dan bagian lainnya meleleh. Debu timah beracun menutupi semuanya, yang membuat konstruksi menjadi lebih sulit. “Itu merupakan tantangan yang cukup besar,” kata Schock-Werner, mantan kepala pembangunan Katedral Köln.
Terlalu dini untuk dibuka kembali?
Schock-Werner mengoordinasikan bantuan dari Jerman bersama dengan perwakilan budaya Prancis-Jerman saat itu, Armin Laschet.
Para pekerja membersihkan debu timbal dari empat jendela clerestory di basilika dan memperbaikinya di bengkel Katedral Köln. Sementara itu, pemukul lonceng dipasok oleh sebuah bisnis keluarga di Anzenkirchen, Bayern.
Sementara Schock-Werner mengagumi restorasi Notre Dame yang cepat, ia memperingatkan bahwa kombinasi tekanan waktu dan uang juga memiliki sisi negatifnya.
“Bangunan itu sebenarnya masih terlalu lembap,” katanya. “Kita hanya bisa berharap plester dinding akan bertahan di bagian dalam.”
Ia juga yakin kayu ek yang digunakan untuk atap membutuhkan waktu lebih lama untuk mengering. “Biasanya, kayu ek dibiarkan hingga kering dan baru digunakan setelah itu. Namun, itu tentu saja karena tekanan waktu. Dan kita hanya bisa berharap semuanya berjalan lancar,” kata Schock-Werner.
Tidak jelas bagaimana Paris akan menangani banyaknya pengunjung Notre Dame. Menteri Kebudayaan Prancis Rachida Dati ingin mengenakan biaya masuk, tetapi Gereja Katolik menolak gagasan itu. Kota ini juga mempertimbangkan untuk mengubah tempat parkir bawah tanah di depan katedral menjadi pusat pengunjung.
Namun, tidak satu pun dari pertanyaan yang tersisa ini menghentikan Macron, yang sedang berjuang di dalam negeri dalam hal popularitas, untuk memuji rekonstruksi Notre Dame sebagai “kisah sukses Prancis” yang bonafide.
Diadaptasi dari artikel berbahasa Jerman.
ind:content_author: Stefan Dege