Darurat Militer di Korsel Hanya Berlaku Enam Jam
PRESIDEN Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol secara mendadak mengumumkan status darurat militer pada Selasa (3/12) malam waktu setempat. Namun, keputusan itu mendapat penolakan dari parlemen. Setelah melalui perdebatan dan tarik-ulur, status darurat militer itu dicabut enam jam kemudian.
Dilansir dari AFP, Yoon mengumumkan darurat militer pada Selasa sekitar pukul 22.00 waktu setempat.
Pengumuman tersebut ditayangkan di televisi Korsel dan berlaku mulai pukul 23.00. Yoon berdalih, penetapan itu dipicu ancaman Korea Utara dan pasukan anti pemerintah. ’’Darurat militer ini untuk menghancurkan kekuatan antinegara yang telah menimbulkan kekacauan,” ujarnya.
Tak lama setelah pengumuman tersebut, 290 tentara dan 24 helikopter tiba di gedung parlemen. Mereka ingin mengamankan lokasi. Tentara mencegah anggota parlemen yang hendak memasuki gedung. Meski demikian, 190 anggota parlemen berhasil masuk walau harus bersitegang dengan tentara. Di dalam gedung, seluruh anggota parlemen sepakat menentang langkah Yoon dan meminta keputusan tersebut ditarik.
’’Kami akan mengajukan tuntutan pemberontakan terhadap Yoon, menteri pertahanan, menteri dalam negeri, serta tokoh-tokoh penting militer dan polisi yang terlibat,” bunyi pernyataan resmi Partai Demokrat. Mereka bahkan berencana mendorong pemakzulan.
Keinginan untuk memakzulkan Yoon cukup kuat. Selain dari partai politik, wacana itu datang dari serikat buruh. Mereka menyerukan mogok kerja tanpa batas waktu hingga Yoon mengundurkan diri. Anggota parlemen Hwang Un-ha bahkan meminta undang-undang pemakzulan disahkan dalam waktu 72 jam. ’’Parlemen harus fokus segera meloloskan RUU pemakzulan,” ungkapnya.
Tekanan politik yang meluas membuat Yoon menyerah. Bahkan, pemimpin partai Yoon sendiri, People Power Party, menyebut penetapan darurat militer adalah kebijakan keliru. Enam jam setelah pengumuman itu, Yoon akhirnya mencabut dekrit tersebut. Dia juga memerintah pasukan untuk kembali ke barak.
Kendati hanya berlangsung selama enam jam, keputusan Yoon memantik reaksi dari dunia internasional. Diplomat tinggi Amerika Serikat untuk Asia Danny Russel menyatakan, langkah Yoon sangat mengejutkan. ’’Ada situasi politik yang sangat terpolarisasi di Korea Selatan,” kata Russel. (lyn/mia/c7/oni/jpg)