Informasi Terpercaya Masa Kini

Peran Perempuan dalam Festival Sinema Prancis 2024

0 3

Festival Sinema Prancis yang ke-26 kembali hadir di Indonesia dengan perspektif baru. Festival ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Prancis – Institut français d’Indonésie (IFI), yang didukung oleh KlikFilm dan Cinema XXI. Pekan festival berlangsung dari 22 November – 6 Desember 2024. Pekan film ini menyajikan >30 film yang ditayangkan selama 15 hari, di 13 kota, dan 31 lokasi. Luar biasa, bukan?

Festival ini dapat dinikmati di kota-kota lain di seluruh Indonesia mulai dari Medan hingga Ambon, serta Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, Pontianak, Makassar, dan Kendari. Serunya, film-film premium Prancis yang juga tayang di Cannes Film Festival tersebut bisa disaksikan secara langsung maupun online, dan semuanya gratis!

Kedutaan Besar Prancis – IFI termasuk lembaga yang sering mengadakan acara terkait edukasi bahasa dan budaya Prancis. Beragam diskusi yang berhubungan dengan isu-isu dunia, bedah buku dari para penulis dan novelis inspiratif, pentas musik, hingga lokakarya memasak pun sering dilakukan. Simak artikel saya sebelumnya:  ‘Hindari Membuang Makanan dengan Cerdas Mengelola dan Memasak’.

Pembukaan Festival Sinema Prancis diadakan pada tanggal 22 November 2024 yang lalu, menayangkan film legendaris ‘Le Comte de Monte Cristo (The Count of Monte Cristo)’ versi terbaru tahun 2024. Kisah ini merupakan karya dari salah satu penulis termasyur Prancis, Alexandre Dumas, yang juga menulis kisah ‘The Three Musketeers.’ Kedua kisah tersebut ia tulis pada tahun 1844.

Keindahan kota Marseille, Prancis yang jadi latar cerita ‘The Count of Monte Cristo’ pernah saya tulis di artikel: ‘Destinasi yang Menginspirasi Penulis Dunia.’ Silahkan  mampir untuk mengenal beragam tempat-tempat indah yang menginspirasi penulis dunia untuk cerita-cerita abadi seperti: Romeo & Juliet, Cassanova, dan lain sebagainya.

Festival Sinema Prancis kali ini turut mengangkat isu perempuan. Film yang terkait tentang perempuan, serta film-film yang disutradarai oleh para perempuan juga banyak ditayangkan. Senang sekali pada minggu yang lalu (23/11) saya berkesempatan hadir pada sesi bincang-bincang dan diskusi bermanfaat, bertajuk ‘Pandangan Perempuan dalam Sinema.’

Pada sesi bincang-bincang tersebut hadir Hannah Al Rashid – Duta Festival Sinema Prancis 2024, Marissa Anita- Jurnalis & Aktris, dan Mira Lesmana – Sutradara Film. Ketiganya membahas bagaimana peran dan kompleksitas karakter perempuan dapat terwakili dalam sebuah tayangan film.

Tak dapat dipungkiri ruang lingkup pekerja film di Indonesia masih didominasi oleh lelaki sehingga beragam isu, kompleksitas emosi, karakter perempuan yang natural, serta figur perempuan yang berperan aktif dalam kehidupan masih belum banyak dikisahkan di film Indonesia. Banyak tayangan drama dan film horor masih menampilkan sosok perempuan yang tertindas dan sebagai tokoh pendamping maupun pemanis.

Berbicara tentang film Indonesia, di tahun 90an film Indonesia sempat ‘mati suri’ di layar lebar dan tahun 2000an menjadi era kebangkitan kembali film Indonesia. Pada waktu itu banyak film tentang perempuan yang diangkat ke layar lebar dan memperoleh keberhasilan. Beberapa Sutradara perempuan yang berkiprah di era tersebut, seperti : Christine Hakim, Mira Lesmana, dan Nia Dinata. 

“Pada awalnya, film memang dibuat oleh lelaki sehingga sering kita melihat peran perempuan di film sebagai pemanis saja, bukan menjadi sosok berkarakter yang berarti. Sayangnya, banyaknya tayangan seperti ini tanpa sadar membuat pola pikir perempuan dan lelaki yang menonton jadi ‘terpengaruh’ bahwa menjadi perempuan ya harusnya bertingkah seperti itu…” jelas Mira Lesmana.

Sementara itu, Marissa turut menyampaikan jika dalam audisi ia pun sering memilih peran. “Saya ingin berperan sebagai perempuan yang sebagaimana mestinya ia hadir di dalam dunia dengan beragam keunikan dan emosi, tidak hanya sebagai figur yang cantik saja.”

“Keputusanku mau menerima peran sebagai pembunuh bayaran karena karakter ini merepresentasikan sudut pandang yang lain dalam kehidupan dari seorang perempuan,” ujar Hannah Al Rashid.

Lebih lanjut tentang film, apakah kini jumlah bioskop di Indonesia sudah memadai?

Menurut data dari Badan Perfilman Indonesia (BPI) pada Februari 2024, saat ini terdapat sekitar 517 lokasi bioskop dengan total 2.145 layar di seluruh Indonesia, tersebar di 115 kabupaten dan kota. Namun, angka ini terbilang rendah mengingat Indonesia memiliki 349 kabupaten dan 91 kota. Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan, menyatakan komitmen untuk mengupayakan pemerataan jumlah bioskop di nusantara.

Selain itu, menurut data Kemenparekraf jumlah penonton film Indonesia (film lokal) mencapai 61,2 juta penonton di tahun 2024, jauh mengungguli pencapaian tahun 2023 yang sebesar 55 juta. Semoga kedepannya film Indonesia bisa semakin bermutu, semakin digemari, dan menjadi salah satu media sumber inspirasi yang turut membangun karakter masyarakat.

“Apa yang kita lihat di film, sering menjadi tren di kemudian hari. Inilah pentingnya membuat film yang bagus dan ada sisi pengetahuannya sehingga bermanfaat bagi penonton,” tukas Hannah.

Sutradara Mira Lesmana juga menambahkan jika ia pun senang membuat film yang berkisah tentang perempuan. Keseriusannya terbukti dalam menggarap film ‘Petualangan Sherina 2’ (2023) dan disambut penonton dengan gemilang. Tokoh Sherina adalah tokoh yang gigih memperjuangkan apa yang ia inginkan, bukan hanya perempuan penurut yang lugu bagi orang di sekitarnya.

Mira juga menyampaikan bahwa film tentang perempuan dibuat untuk mengedukasi bahwa perempuan punya peran signifikan dalam hidup. Tapi, bukan berarti ingin menunjukkan bahwa perempuan yang paling wahid.  Mira bersama rekannya Riri Riza pun antusias membuat film dengan karakter utama lelaki yang mendapat sambutan meriah dari penonton Indonesia, yaitu film ‘Gie’ (2005).

“Pada akhirnya, kesetaraan gender akan membuat kehidupan jadi lebih baik,” jelas Mira lagi.

Setelah sesi bincang dan diskusi, pada kesempatan ini pula diputar film berjudul ‘Maria’(2024), dalam bahasa Inggris berjudul ‘Being Maria’ karya sutradara asal Prancis, Jessica Palud. Film ini pertama kali tayang di Festival Film Cannes ke-77 pada bulan Mei 2024 yang lalu. Senang sekali sekarang film ini ikut tayang di Indonesia di bulan November 2024 dalam Festival Sinema Prancis.

Film ‘Maria’ berdasarkan kisah nyata dari perjalanan karir Maria Scheneider yang pada tahun 1972 berperan bersama aktor Amerika, Marlon Brando. Sebuah perjalanan karir yang penuh rintangan dan membuatnya bersinar. Namun, dibalik itu terdapat skandal luar biasa yang menorehkan trauma. Sepanjang karir dan sisa hidupnya, Maria terus memperjuangkan peran perempuan agar lebih dihargai dalam dunia film.  

Akhir pekan ini hingga tanggal 6 Desember 2024, masih banyak deretan film Prancis yang bisa dinikmati. Terkendala bahasa? Jangan Khawatir! Semua film sudah dilengkapi teks bahasa Indonesia. Lihat dan unduh jadwalnya di sini: Festival Sinema Prancis 2024.

Jangan sampai ketinggalan dan selamat menonton!

Leave a comment