Informasi Terpercaya Masa Kini

Suku Osing Banyuwangi, Keturunan Majapahit Dikenal Sakti Mandraguna

0 7

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

Intisari-online.com – Fajar menyingsing di ufuk timur, semburat jingga membelai lembut Gunung Ijen yang menjulang gagah.

Embun pagi masih bergelayut di dedaunan, ketika kehidupan mulai berdenyut di Banyuwangi, tanah yang dipagari selat dan samudra.

Di balik keindahan alamnya yang memesona, Banyuwangi menyimpan kisah mistis yang mengakar kuat dalam budaya masyarakatnya, khususnya Suku Osing.

Suku asli yang mendiami ujung timur Pulau Jawa ini, telah lama dikenal memiliki kekuatan supranatural yang diwariskan secara turun temurun.

Jejak-jejak Kesaktian Suku Osing dalam Sejarah

Keberadaan Suku Osing tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di Jawa yang berdiri kokoh hingga abad ke-18.

Dalam catatan sejarah, masyarakat Blambangan dikenal gigih dalam mempertahankan wilayahnya dari serangan musuh.

Salah satu bukti kesaktian Suku Osing tercatat dalam Babad Tawang Alun, naskah kuno yang mengisahkan perjuangan Pangeran Tawang Alun, putra mahkota Kerajaan Blambangan, melawan penjajahan VOC pada abad ke-18.

Pangeran Tawang Alun dikenal memiliki kesaktian yang luar biasa, ia mampu menghilang dan berubah wujud berkat ajian “Lembu Sekilan”.

“Pangeran Tawang Alun, sang putra mahkota Blambangan, memiliki kesaktian yang melegenda. Konon, ia mampu menghilang dalam sekejap mata, berkat ajian Lembu Sekilan yang diwariskan leluhurnya.” Sumber: Babad Tawang Alun

Selain Pangeran Tawang Alun, tokoh-tokoh lain dalam sejarah Blambangan juga dikisahkan memiliki kemampuan supranatural. Ratu Tribuwana Tunggadewi, penguasa Majapahit yang menaklukkan Blambangan pada abad ke-14, dikenal memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.

“Ratu Tribuwana Tunggadewi, sang penguasa Majapahit, memiliki kekuatan gaib yang memukau. Ia mampu menundukkan Blambangan dengan kekuatannya yang tak tertandingi.” Sumber: Kitab Pararaton.

Santet: Bayang-Bayang Mistis yang Menghantui

Di tengah masyarakat Osing, kepercayaan akan ilmu gaib, baik yang bersifat putih maupun hitam, telah mengakar kuat sejak zaman dahulu. Salah satu bentuk ilmu hitam yang paling ditakuti adalah santet.

Santet dipercaya sebagai kekuatan gaib yang digunakan untuk mencelakai seseorang dari jarak jauh.

Praktik santet umumnya melibatkan benda-benda tertentu, seperti rambut, foto, atau pakaian korban, yang kemudian diberi mantra dan ritual khusus.

“Santet, ilmu hitam yang menebar teror di Banyuwangi. Kekuatan gaib yang mampu mencelakai seseorang dari jarak jauh, menyisakan ketakutan dan misteri.”

Meskipun keberadaan santet sulit dibuktikan secara ilmiah, namun kepercayaan akan kekuatannya masih melekat kuat di masyarakat Osing.

Banyak kisah dan cerita turun-temurun tentang orang-orang yang menjadi korban santet, menambah aura mistis yang menyelimuti Banyuwangi.

Tragedi 1998, Puncak Ketakutan Akan Santet

Puncak ketakutan akan santet di Banyuwangi terjadi pada tahun 1998, ketika gelombang pembunuhan massal terhadap orang-orang yang dicurigai sebagai dukun santet melanda wilayah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam peristiwa tragis itu, menorehkan luka mendalam dalam sejarah Banyuwangi.

“Tragedi 1998, babak kelam dalam sejarah Banyuwangi. Ratusan nyawa melayang akibat ketakutan yang berlebihan terhadap santet.”

Sumber: Laporan Komnas HAM tentang Peristiwa Banyuwangi 1998

Santet dalam Kacamata Budaya Osing

Meskipun santet sering dikaitkan dengan hal-hal negatif, namun dalam budaya Osing, ilmu gaib juga memiliki sisi positif. Banyak masyarakat Osing yang mempercayai adanya ilmu putih yang digunakan untuk tujuan kebaikan, seperti menyembuhkan penyakit atau menolak bala.

“Di balik bayang-bayang santet, tersimpan juga kearifan lokal Suku Osing dalam memanfaatkan ilmu gaib untuk tujuan kebaikan.”

Beberapa ritual dan tradisi Suku Osing juga dipercaya memiliki unsur magis, seperti ritual Seblang, Tari Gandrung, dan upacara Kebo-keboan. Ritual-ritual tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan untuk meminta keselamatan serta kesejahteraan.

Suku Osing di Era Modern

Di era modern ini, kepercayaan akan santet dan ilmu gaib masih tetap hidup di tengah masyarakat Osing, meskipun pengaruh modernisasi dan globalisasi semakin kuat.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, pandangan masyarakat terhadap santet mulai bergeser.

Banyak masyarakat Osing yang kini lebih rasional dan kritis dalam menyikapi fenomena santet. Mereka mulai menyadari bahwa banyak peristiwa yang sebelumnya dikaitkan dengan santet, sebenarnya dapat dijelaskan secara ilmiah.

“Di tengah gempuran modernisasi, Suku Osing tetap berpegang teguh pada akar budayanya, sementara pada saat yang sama juga terbuka terhadap perkembangan zaman.”

Pelestarian Budaya dan Kearifan Lokal

Meskipun santet sering kali mendapat stigma negatif, namun keberadaannya merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya dan sejarah Suku Osing.

Oleh karena itu, penting untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal Suku Osing, termasuk kepercayaan akan ilmu gaib, dengan cara yang bijak.

Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang santet dan ilmu gaib, sehingga masyarakat dapat menyikapinya secara rasional dan tidak mudah terprovokasi.

“Melestarikan budaya dan kearifan lokal Suku Osing adalah tanggung jawab kita bersama. Mari kita jaga warisan leluhur ini agar tetap lestari dan menjadi kebanggaan generasi mendatang.”

Banyuwangi, tanah yang dipenuhi keindahan alam dan diselubungi aura mistis. Suku Osing, penjaga warisan budaya dan kearifan lokal yang telah ada sejak berabad-abad silam.

Santet, bayang-bayang mistis yang menghantui, namun juga menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Banyuwangi.

Semoga keberagaman budaya dan kearifan lokal Suku Osing tetap lestari, menjadi kekayaan bangsa Indonesia yang kaya akan budaya dan sejarah.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

Leave a comment