9 Kesalahan Orang Tua Mengajarkan Uang pada Anak, Awas Salah Bikin Anak Boros
Mengajarkan nilai uang kepada anak-anak adalah langkah penting mengelola keuangan yang sehat sejak dini. Di era digital saat ini, transaksi non-tunai semakin lazim, anak-anak menjadi kurang terpapar langsung pada uang fisik.
Peran orang tua juga diperlukan untuk memastikan bahwa anak memahami nilai uang, bagaimana cara mengelolanya, dan mengapa itu penting. Pendidikan finansial sejak dini dapat membantu anak mengembangkan keterampilan yang akan berguna sepanjang hidup mereka, seperti pengelolaan anggaran, tabungan, dan pengambilan keputusan finansial yang bijaksana.
Terkadang, beberapa orang tua merasa sulit untuk memulai percakapan tentang uang dengan anak-anak mereka. Namun, sebetulnya ada banyak cara sederhana dan menyenangkan untuk mengajarkan konsep keuangan dasar.
Padahal, Bunda dapat melibatkan anak-anak dalam aktivitas sehari-hari, seperti berbelanja atau membayar tagihan. Dengan langkah ini bisa menjadi kesempatan untuk mengajarkan anak tentang nilai uang dan bagaimana uang digunakan. Selain itu, memberikan uang saku kepada anak dengan tanggung jawab tertentu bisa menjadi alat pembelajaran yang efektif.
Melalui uang saku, anak-anak dapat belajar tentang pentingnya menabung, menetapkan prioritas pengeluaran, dan merencanakan pembelian mereka sendiri. Seiring waktu, mereka akan menghadapi situasi keuangan yang lebih kompleks, seperti mengelola rekening bank, memahami kredit, dan merencanakan masa depan finansial mereka sendiri.
Baca Juga : 15 Kesalahan Terbesar Orang Tua dalam Mendidik Anak Menurut Psikolog
Dalam perjalanan mendidik anak mengenai uang, terkadang orang tua membuat kesalahan yang menjadikan anak boros dan tidak mengerti dalam mengatur keuangan.
Kesalahan orang tua saat mengajarkan uang pada anak
Menilik Spero Financial, terdapat kesalahan orang tua saat mengajarkan uang pada anak. Simak selengkapnya untuk perkembangan anak, Bunda.
1. Menghindari topik keuangan
Beberapa orang tua biasanya menghindari topik tentang keuangan. Masalah keuangan berada di urutan kedua setelah pembicaraan tentang seksualitas. Namun, seperti halnya aspek kehidupan lainnya, jika Bunda tidak mengajarkan anak tentang uang, bisa dipastikan bahwa anak suatu saat akan melakukannya.
Dari iklan di TV hingga iklan tentang aplikasi e-commerce, anak diperkirakan terpapar sekitar 3.000 iklan setiap hari. Tidak ada salahnya meluangkan waktu untuk melakukan percakapan yang terasa canggung tentang uang dengan anak, dengan langkah ini akan membantu membuka jalur komunikasi yang bermanfaat bagi anak di masa mendatang.
2. Orang tua menganggap bahwa anak akan mempelajari sendiri
Tanggung jawab finansial membutuhkan disiplin, dan disiplin jarang berkembang tanpa upaya yang terfokus dan disengaja. Bagi anak dan orang dewasa, belanja selalu lebih menyenangkan daripada menabung.
Ketika Bunda mengeluarkan uang akan mendapatkan sesuatu sebagai imbalannya. Sebaliknya, menabung bergantung pada prinsip kepuasan yang ditunda, sebuah konsep yang tidak populer bagi banyak anak.
Tentunya Bunda berharap bahwa seiring pertumbuhan dan kedewasaan anak-anak, mereka secara alami akan menyadari manfaat dari tanggung jawab finansial.
Padahal, kebiasaan finansial pada individu terbentuk sejak usia tujuh tahun. Jadi, Bunda dapat membahas topik masalah keuangan kala anak menginjak usia tujuh tahun. Sebaliknya, jika Bunda dan Ayah membiarkan anak belajar sendiri untuk mengelola keuangan akan memunculkan kebiasaan boros ketika dewasa.
Membantu pengelolaan anak sejak dini juga merupakan investasi waktu yang berharga, karena dapat membentuk kebiasaan baik yang bisa dibilang lebih mudah daripada merubah kebiasaan buruk saat dewasa.
3. Membayar anak yang seharusnya dilakukan secara gratis
Dalam menjaga ketertiban rumah, buat kesepakatan untuk mengerjakan tugas domestik. Ketika semua orang berpartisipasi dan melakukan bagian mereka, tidak ada yang merasa kewalahan. Itulah yang dinamakan tugas keluarga.
Namun, jika Bunda memutuskan membayar anak untuk menyelesaikan tugas-tugas dasar, Bunda mungkin meremehkan prinsip kebersamaan keluarga. Walaupun pekerjaan rumah menjadi alat yang berguna untuk mengajarkan tanggung jawab pribadi, menegosiasikan imbalan finansial ketika Bunda memerlukan bantuan anak dapat menjadi kontraproduktif.
Koin yang berkilau mungkin cukup untuk meyakinkan anak kecil mengambil pakaiannya, tetapi anak berusia 12 tahun mungkin akan menuntut bayaran yang lebih tinggi untuk mencuci piring.
Daripada menetapkan penawaran imbalan finansial untuk tugas-tugas pemeliharaan rumah, lebih baik menetapkan sistem tunjangan di luar pekerjaan rumah. Dengan cara ini, Bunda dapat membantu anak memahami perbedaan mendasar antara tanggung jawab pribadi dan pengelolaan keuangan.
4. Meremehkan apa yang bisa anak pahami
Anak-anak lebih pintar dari yang orang tua kira. Bunda mungkin merasa nyaman mengajari mereka tentang dasar-dasar seperti belanja dan menabung, tetapi apakah Bunda pernah berpikir untuk membicarakan topik seperti investasi?
Anak-anak mungkin terlalu dini untuk berfokus dalam mengetahui hal-hal yang dipelajari oleh para profesional keuangan, tetap tidak terlalu dini untuk mulai memperkenalkan konsep investasi.
Seorang investor terkenal, Kevin O’Leary membagikan ilmu tentang bagaimana penggunaan celengan tembus pandang guna mengajari anaknya tentang kekuatan investasi. Kevin O’Leary mengatakan âIdenya adalah mereka akan bangun dan melihat ada lebih banyak uang di sana. Itu agar mereka memahami konsep bunga majemuk,â katanya dalam wawancara dengan CNBC.
Bunda tidak perlu menjelaskan semua detail strategi investasi kepada anak, tetapi seperti yang ditunjukkan oleh investor Shark Tank, semakin muda Bunda mengajari mereka tentang investasi, semakin baik mereka akan memahaminya.
5. Memaksa anak untuk menabung
Godaan untuk memaksa anak menabung pasti ada dalam benak Bunda saat ini, terlepas dari mereka mau atau tidak. Namun, pengalaman generasi sebelumnya menunjukkan bahwa semakin banyak Bunda memaksa anak untuk melakukan sesuatu, semakin kecil keinginan mereka untuk melakukannya.
Meski manfaat menabung sangat besar, akan lebih membantu mendorong mereka untuk menyisihkan uang daripada memaksanya.
Dalam mengajari cara cerdas mengelola uang, Bunda harus menunjukkan bahwa berada di pihak anak. Jika setiap percakapan tentang keuangan dijadikan skenario menang atau kalah, Bunda berisiko merusak hubungan pribadi yang jauh lebih berharga daripada keuntungan finansial apa pun.
Mengutip American Heritage, terdapat kesalahan orang tua saat mengajarkan uang pada anak. Simak selengkapnya untuk perkembangan anak, Bunda.
6. Menunda dalam membahas dengan anak
Meski balita belum memahami konsep keuangan yang rumit, tidak ada kata terlalu dini untuk mulai memperkenalkan pelajaran uang yang sesuai dengan usianya. Seorang investor terkenal, Warren Buffet mengatakan bahwa Bunda dapat mulai mengajarkan keterampilan keuangan kepada anak sebelum menginjak masa remaja.
Mulailah dengan konsep sederhana seperti keinginan versus kebutuhan, dan menghitung uang untuk anak prasekolah. Seiring bertambahnya usia mereka, secara bertahap Bunda mengenalkan topik yang lebih kompleks seperti penganggaran, tabungan, dan pentingnya menghasilkan uang.
Cara ini akan memberikan dasar yang kuat untuk memahami kredit, investasi, dan topik keuangan lainnya di masa depan.
7. Membiarkan anak menganggap semua utang adalah hutang macet
Bahaya utang memang penting untuk diajarkan pada anak, tetapi Bunda tidak boleh lupa untuk mendiskusikan penggunaan kredit yang bertanggung jawab. Bunda dapat menjelaskan perbedaan antara utang baik (seperti pinjaman pendidikan) dan utang buruk (seperti utang kartu kredit berbunga tinggi).
Ajari anak tentang nilai kredit dan cara membangunnya secara bertanggung jawab. Dengan begitu, anak akan belajar mencapai keseimbangan yang tepat dan membuat keputusan belanja yang bijaksana di masa depan. Bunda juga perlu menekankan untuk membayar tepat waktu dan mengendalikan pengeluaran untuk menjaga kebiasaan kredit yang sehat.
8. Meminta untuk menyimpan rahasia tentang uang
Meminta anak untuk merahasiakan urusan keuangan, seperti menyembunyikan pembelian dari anggota keluarga lainnya, dapat menciptakan hubungan yang tidak sehat dengan uang. Sebaliknya, doronglah komunikasi terbuka dan tekankan bahwa uang adalah alat untuk memenuhi kebutuhan dan mendukung kesejahteraan keluarga.
Ajak anak untuk berbagi pemikiran dan perasaan mereka tentang uang, serta ciptakan lingkungan yang tidak menghakimi di mana semua orang dapat mendiskusikan masalah keuangan dengan jujur dan terbuka.
9. Tidak membiarkan anak untuk mendapat kesalahan tentang uang
Para orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak dan berharap mereka dapat mengelola uang dengan terampil dan percaya diri. Namun, Bunda juga perlu memberi kebebasan belajar dari pengalaman, terutama saat mereka mendekati usia dewasa. Biarkan anak membuat kesalahan keuangan kecil, seperti membelanjakan uang secara berlebihan atau meminjamkan uang kepada teman yang tidak membayar kembali.
Gunakan pengalaman-pengalaman ini sebagai momen pembelajaran untuk membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan membimbing mereka menuju pilihan yang lebih baik di masa depan, Bunda.
Demikian ulasan tentang kesalahan orang tua mengajarkan tentang uang. Semoga bermanfaat untuk perkembangan Si Kecil, Bunda.
Pilihan Redaksi
- 9 Kesalahan Orang Tua saat Menegur Anak dan Cara Memperbaikinya, Waspada Bikin Trauma
- 5 Kesalahan Orang Tua yang Membuat Anak Egois dan Mau Menang Sendiri Menurut Pakar
- 16 Jenis Pola Asuh Anak dan Dampaknya pada Karakter, Orang Tua Perlu Tahu
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!