Informasi Terpercaya Masa Kini

Berkah Mantan Guru Honorer Kini Jadi Pelukis Disabilitas,Dapat Bantuan Renovasi Rumah,Dulu Viral

0 9

TRIBUNJATIM.COM – Kisah Rohani pelukis disabilitas ini telah menjadi sorotan media dalam dua tahun terakhir.

Rohani tetap semangat melukis meski tidak mampu berjalan.

Dalam sehari-hari, Rohani hanya bisa berbaring atau duduk ditopang bantal saat melukis.

Meski demikian, Rohani menghasilkan lukisan sketsa wajah hingga pemandangan alam.

Rohani sendiri dulunya viral di media sosial.

Sebelum kondisinya menjadi pelukis disabilitas, Rohani adalah guru honorer di salah satu sekolah dasar.

Baca juga: Sosok Pemuda Disabilitas Berhasil Jadi Bintara Polri, Ngaku Minder Gegara Diolok, Tetangga Terharu

Akibat penyakit reumatik tulang dan maag akut, Rohani lumpuh total.

Itu pula yang menyebabkan Rohani terpaksa mengesot, tak bisa berjalan normal layaknya wanita lain.

Hingga akhirnya Rohani terpaksa berhenti mengajar dan menjadi seorang pelukis.

Kini Rohani mendapat bantuan renovasi rumah.

Kapolres Aceh Utara AKBP Nanang Indra Bakti bersama Ketua Bhayangkari Cabang Aceh Utara, Ny Rika Nanang, mengunjungi rumah Rohani Yusuf (43), seorang pelukis disabilitas, di Desa Pulo, Kecamatan Syamtalira Aron, Kabupaten Aceh Utara, pada Sabtu (12/10/2024).

Rohani tinggal di sebuah rumah panggung dari kayu yang sudah mulai lapuk dan tidak layak huni.

Ia hidup bersama ibunya, Aminah (69), dan kakaknya, Sawiyan (47).

Meskipun menghadapi keterbatasan, Rohani tidak pernah mengeluh.

Kemampuan melukisnya menjadi sumber pendapatan bagi keluarganya.

Melihat kondisi rumah yang memprihatinkan, AKBP Nanang berjanji untuk melakukan renovasi.

“Saya berupaya agar rumah ini segera diperbaiki, sehingga bisa menjadi tempat tinggal yang lebih layak bagi Rohani dan keluarga. Bulan ini kita perbaiki ya,” kata Kapolres, dikutip dari Kompas.com.

Dalam kunjungan tersebut, Rika Nanang juga memberikan bantuan sosial kepada Rohani.

Ia memberikan motivasi kepada Rohani agar tidak patah semangat dan terus berkarya.

“Keterbatasan bukan penghalang. Teruslah berkarya dan berkreativitas,” ujarnya.

Rohani merasa sangat senang mendengar janji renovasi dari Kapolres.

Dengan penuh haru, ia mengucapkan terima kasih.

“Saya senang dikunjungi,” pungkasnya.

Baca juga: Awal Mula Viral Driver Ojol Hina Pegawai Cafe Disabilitas Tuli, Penjelasan dari Grab, Nasib Pelaku?

Perjalanan hidup Rohani sendiri begitu menginspirasi.

Dalam menyelesaikan satu lukisan, bagi Rohani tak mudah.

Sebab tak semua jari bisa digunakan.

Ketika melukis, dua jarinya, telunjuk dan tengah mengapit pinsil.

Sedangkan jari lainnya tak bisa digunakan, karena sakit yang maha dahsyat.

Dua jari itu pula yang bergerak menghasilkan puluhan lukisan di atas kain perca atau kanvas.

Matanya sangat teliti melihat foto, lalu menggoreskannya ke lukisan, sehingga foto itu berpindah ke atas kanvas, menjadi sketsa yang indah.

Sesekali dia merapikan jilbab kuning dan baju dengan warna senada yang dikenakannya.

Lalu kembali melukis.

Tak jauh dari tempat duduknya, sebuah tempat tidur berkonstruksi besi, model zaman dahulu kala berada.

Di situlah Rohani beraktivitas.

Dari tempat tidur tempat melukis, hanya terpaut tiga langkah.

Rohani adalah mantan guru honorer di salah satu sekolah dasar.

Penyakit reumatik tulang dan maag akut membuatnya nyaris lumpuh total.

Itu pula yang menyebabkannya terpaksa mengesot, tak bisa berjalan normal layaknya wanita lain.

Namun, alih-alih mengeluh dan bersedu-sedan atas penderitaan itu.

Rohani bangkit dan memulai hari baru lewat lukisan-lukisannya.

“Saya sakit itu sekitar 2008 lalu. Sakit sekali, ngilu di kaki, lalu pinggang dan tangan,” kenangnya melambung ke peritiswa pertama dirinya divonis menderita reumatik tulang, dikutip dari Serambinews.

Sejak saat itu pula dia tak bisa lagi menjadi guru, menemui murid-murid yang sangat dicintainya.

“Dulu saat jadi guru saya ndak melukis. Saya fokus mengajar saja. Sejak sakit, saya kembali ke kanvas, hobi ini sejak saya kecil,” katanya.

Baca juga: Tiap Jumat Berkah Dijual Lebih Murah, Siswa SMA di Tasikmalaya Tak Malu Jualan Es Kulkul ke Sekolah

Di rumah dinding kayu dengan beberapa bagian yang sudah lapuk itu, Rohani menetap bersama ibunya Aminah dan kakaknya, Sawiyah.

Mereka hidup dari pensiunan almarhum ayahnya, ditambah kakaknya yang bekerja serabutan.

“Jadi hasil lukisan ini bisa menambah keuangan saya dan keluarga. Alhamdulillah cukup-cukup buat kebutuhan sehari-hari. Hidup itu kan bagaimana cara kita bersyukur saja,” kata Rohani filosofis atas apa yang dialaminya.

Benar saja, Rohani terlihat tegar, senyum tipis menghias di bibirnya.

Kisah hidupnya diabadikan sejumlah wartawan dan pegiat media sosial.

Ketegarannya menghapi penyakit yang dideritanya menjadi inspirasi bagi banyak kelompok.

Bahkan, Menteri Sosial Tri Rismaharini, pernah meminta bertemu dengan Rohani saat melakukan kunjungan kerja ke Aceh Utara.

Risma menyediakan khusus waktu untuk bertemu Rohani.

“Bu Risma memberi motivasi, beliau baca kisah saya yang banyak ditulis oleh wartawan,” katanya.

Lalu apakah penyakitnya tak bisa disembuhkan?

“Sekarang sudah lumpuh, tak bisa sembuh lagi. Saya pernah dirawat di rumah sakit saat 2009 lalu, tapi tidak sembuh juga. Sekarang masih minum obat juga,” sebutnya sambil tersenyum.

Tak ada guratan duka sedikit pun diwajahnya.

Dia bersyukur atas apa yang telah diterimanya.

Ketegarannya itu pula yang membuat Deddy Corbuzier, pernah mengundang Rohani untuk hadir di acara Hitam Putih beberapa tahun lalu.

Namun, karena Rohani tak bisa melakukan perjalanan jauh, acara itu batal dihadirinya.

Kisah Rohani pun sampai ke telinga mantan Menteri Sekretaris Kabinet 2009-2014, Dipo Alam.

“Pak Dipo lewat temannya mengirimkan saya peralatan melukis, kanvas, kuas, cat dan lain sebagainya. Banyak sekali, sampai sekarang masih banyak dan masih saya gunakan,” imbuh dia.

Dia tak menyangka, perjalanan hidupnya menarik perhatian sejumlah pejabat dan public figure negeri ini.

Bagi Rohani, hidup bukan untuk ditangisi.

Namun, hidup untuk memberi inspirasi bagi sesama manusia.

Saat ini, lukisan sketsa dibandrol Rp 50.000, sedangkan lukisan di atas kain perca Rp 1 juta-2 juta.

Uang hasil lukisannya itu digunakan sepenuhnya untuk ibunya yang sudah renta.

“Sedapat mungkin saya jadi anak berbakti, meringankan beban kakak saya, dan ibu saya,” beber dia.

Setelah berbincang hampir 40 menit, Rohani memohon maaf.

Maagnya kambuh dan dia terpaksa istirahat.

“Maafkan saya, sakit sekali. Ini saya minum obat dan istirahat,” pungkasnya mengakhiri perbincangan.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Leave a comment