Informasi Terpercaya Masa Kini

Wayang Jogja Night Carnival: Semarak Budaya di Tengah Kerumunan

0 14

Kesetiaan, semangat, dan keberanian Gatotkaca menyelimuti puluhan ribu pengunjung Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) pada Senin malam (7/10/2024) di Kawasan Tugu Yogyakarta. Semarak ini hadir dalam perayaan hari lahir Kota Yogyakarta yang ke-268 dengan tema Gatotkaca Wirajaya.

WJNC, yang telah digelar sembilan kali, menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh warga. Mereka berdesakan di pinggir pagar, menyaksikan karnaval yang menampilkan 14 kemantren di Yogyakarta.

Di luar pagar, mereka yang tidak membeli tiket tetap antusias, mengikuti parade dengan penuh semangat. Beberapa dari mereka membawa anak-anak. Bahkan beberapa anak-anak melompat pagar demi bisa di dekat area jalan. Meskipun tidak bisa merasakan pengalaman duduk di kursi VIP, antusiasme mereka tidak kalah menggembirakan. Terlihat sejumlah penonton bersorak, dan ramai-ramai mengangkat ponsel untuk memotret lenggak-lenggok wayang manusia yang tampil.

Acara ini bukan sekadar festival seni; ia didapuk sebagai upaya untuk meningkatkan pariwisata dan ekonomi kreatif di Yogyakarta. Dengan masuk dalam jajaran Top 10 Karisma Event Nusantara, WJNC menampilkan dedikasi terhadap pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata di Indonesia. Momen ini tidak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga mewadahi generasi muda untuk melestarikan budaya mereka. Hal ini diungkapkan Aldi Fadhlil Diyanto, Humas WJNC.

Pihaknya menilai antusiasme masyarakat luar biasa. “Kami tidak menyangka akan ada begitu banyak orang yang datang. Ini di luar ekspektasi kami,” kata dia, menyoroti bagaimana gelaran ini berhasil menarik perhatian massa. Dia juga menyebutkan bahwa beberapa komunitas seni lokal ikut berpartisipasi, memberikan warna yang lebih kaya pada acara ini.

Sejak sore, ribuan warga Yogyakarta dan wisatawan mulai memadati lokasi, menantikan parade tradisi tahunan ini. Pengunjung yang datang sejak pukul 16.00 WIB mengisi setiap sudut Tugu Yogyakarta. Suasana semakin semarak dengan berbagai suara—canda tawa anak-anak, teriakan gembira, hingga sorakan musik pendukung. Di antara kerumunan, tampak beberapa keluarga dan kelompok teman yang membawa perlengkapan seperti bendera mini dan spanduk dukungan untuk penampil dari daerah mereka.

Baca juga:

  • Menjaga Asa di Bongsuwung: Perjuangan Warga Mempertahankan Rumah
  • Agar Perayaan HUT ke-268 Kota Jogja Steril dari Kampanye Pilkada

Salah satu pengunjung, Ambar dari Kendal, mengungkapkan kekagumannya. Ia datang sejak pukul dua siang dan mengaku berjuang mendapatkan tempat yang strategis. Ia nampak memanjat pagar dan melongok di antara oengunnung lain.

“Seru aja karena setahun sekali. Ramai banget gak kayak karnaval sebelumnya,” ujarnya.

Ambar menambahkan betapa pentingnya acara ini bagi masyarakat lokal dalam mengenal lebih dekat budaya dari berbagai daerah.

Sebagai pembuka malam, Gelaran Nuswantoro menampilkan penampil tamu dari tujuh daerah di Indonesia. Arak-arakan yang menampilkan warna hitam dan kuning keemasan, menambah keindahan malam. Di latar belakang Tugu yang disinari lampu-lampu gemerlap, penonton bersorak-sorai saat penampil memikat mereka dengan gerakan tari dan alunan musik. Penampil juga membagikan pernak-pernik khas daerah mereka, membuat penonton semakin terlibat dalam suasana.

Kisah lain datang dari Ameer Nadia Calista, seorang pelajar SMP 5 Yogyakarta. Ia menilai WJNC sebagai wadah berekspresi bagi anak-anak dan remaja.

“Gak sabar banget karena bakal ditonton banyak orang,” serunya, menunjukkan bagaimana gelaran ini menjadi platform penting bagi generasi muda untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Ameer juga mengungkapkan kebanggaannya menjadi bagian dari pertunjukan yang melibatkan banyak teman dan komunitas.

Sorotan utama tahun ini adalah tari flashmob yang melibatkan ratusan penari dari anak-anak dan remaja di Yogyakarta. Gerakan yang lincah dan kostum beraneka warna menjadi simbol kekompakan masyarakat Yogyakarta, sementara sorakan meriah menggema di sekitar Tugu.

Namun, di balik keceriaan, ada dinamika yang menarik. Pengunjung yang tidak mampu membeli tiket tetap berusaha mendapatkan momen berharga meski dari luar pagar. Beberapa dari mereka sempat ingin memaksa masuk, namun dicegah oleh barisan keamanan. Beberapa dari mereka yang tak kebagian tempat, memilih melipir menikmati jajanan yang dijual UMKM.

Baca juga:

  • PKL Malioboro di Bawah Bayang-Bayang Ambisi Warisan Budaya
  • Cerita Angkringan Wayang Uwuh Pak Is: Berkreasi Lewat Sampah

Acara ini juga menjadi ajang pemberdayaan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Puluhan stand UMKM berjejer di sekitar Pasar Kranggan, menawarkan beragam makanan dan minuman, dari gudeg hingga sate klathak, memanjakan lidah pengunjung dan menciptakan suasana pasar.

Malam semakin heboh saat pertunjukan tari flashmob mencapai puncaknya, diakhiri dengan kembang api yang menghiasi langit Yogyakarta. Ini menjadi titik puncak kemeriahan, sebelum ditutup oleh penampilan beberapa musisi.

Setelah pertunjukan, tim kebersihan langsung bekerja, menjaga kebersihan lokasi, dan mengingatkan pentingnya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat. Nampak juga beberapa ambulans, sebab tak sedikit warga jatuh pingsan di tengah jejal kerumunan.

Saat malam beranjak larut, jejak semangat WJNC #9 tetap terukir dalam ingatan setiap orang yang hadir. Sultan yang hadir malam itu menggarisbawahi bahwa gelaran ini adalah magnet bagi para wisatawan, mengajak semua elemen masyarakat untuk merenungkan jati diri dan harapan bersama.

Pernyataan Sultan juga mengajak warga untuk terus mendukung kegiatan seni dan budaya, agar Yogyakarta tetap menjadi pusat kreativitas dan pelestarian budaya di Indonesia.

Dengan demikian, WJNC bukan hanya sekadar perayaan seni, tetapi juga sebuah panggung untuk memperkuat jalinan budaya dan kebersamaan masyarakat Yogyakarta. Keterlibatan setiap elemen, baik penampil, penonton, maupun pelaku UMKM, menciptakan suasana yang harmonis dan penuh makna, mencerminkan kekayaan budaya yang ada di kota ini.

Baca juga:

  • Ramai Manusia Silver di Jogja yang Pendapatannya Melebihi PNS
  • Menilik Cara Cawalkot Jogja Atasi Masalah Sampah di Kota Pelajar
  • Mengikis Kesenjangan Jogja Lewat Taman Budaya Embung Giwangan

Leave a comment