Informasi Terpercaya Masa Kini

Fakta-fakta Kemacetan Parah di Puncak Bogor yang Viral,Penyebab hingga 1 Wisatawan Meninggal

0 3

TRIBUNKALTIM.CO – Inilah fakta-fakta kemacetan parah di jalur Puncak Bogor, penyebab hingga 1 wisatawan meninggal dunia.

Banyaknya kendaraan yang menuju dan kembali dari kawasan Puncak Bogor membuat wisatawan terjebak selama berjam-jam.

Diketahui, volume kendaraan di Puncak meningkat selama libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW mulai Sabtu (14/9/2024) hingga Senin (16/9/2024).

Kepala Urusan Pembinaan Operasi (KBO) Satlantas Polres Bogor Iptu Ardian menyebut, rata-rata kendaraan yang melintas di Jalur Puncak mencapai 2.800 unit pada pukul 06.00-07.00.

Baca juga: Fakta-fakta Wasit Viral Aceh vs Sulteng PON 2024: Wasit Tak Sesuai Line Up, Kondisi Eko Terkini

Sementara, ambang batas jalur Puncak dalam waktu satu jam sejatinya dilintasi oleh 2.000 atau 1.500 kendaraan, baik roda dua, empat, maupun enam.

Oleh karena itu, pihaknya menyiapkan rekayasa lalu lintas berupa sistem ganjil-genap dan satu arah (one way) untuk menekan kemacetan.

“Untuk pelaksanaannya kami akan laksanakan secara situasional, melihat perkembangan dan peningkatan volume kendaraan yang masuk,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Sabtu.

Jika demikian, lantas mengapa kemacetan parah bisa terjadi hingga menelan korban?

Penyebab kemacetan di Puncak Bogor

Satlantas Polres Bogor menerapkan sistem ganijl-genap sejak pukul 06.00 WIB di beberapa titik, seperti pintu masuk Exit GT Tol Ciawi Km 46+500 Simpang Gadog, dan Jalan Ciawi.

Setelah itu pada pukul 07.30 WIB, petugas menerapkan skema one way di sepanjang jalur Puncak secara situasional.

Namun, tingginya animo masyarakat berlibur di Puncak menyebabkan rekayasa tersebut tidak efektif.  

Menurut pengamat transportasi, Budiyanto, kemacetan parah ini juga disebabkan oleh beberapa faktor, seperti daya tampung parkir yang kurang, adanya pasar, dan jalan tikus.

Akibatnya, tidak sedikit pengendara yang memarkirkan kendaraannya di bahu dan badan jalan hingga mempengaruhi lalu lintas.

“Kapasitas jalan pada waktu tertentu juga sudah tidak menampung lagi, jadi overload,” kata dia, dilansir dari Kompas.com, Senin.

Ditambah, jalan tikus atau alternatif membuat one way akhirnya tidak mempan mencegah kemacetan.

“One way yang terlalu lama kurang efektif juga, arena karena akan mengorbankan arus yang berlawanan,” tambah Budiyanto. 

Senada, seorang wisatawan bernama Zainal juga kemacetan parah disebabkan oleh banyaknya sepeda motor yang nekat naik ke atas ketika one way diberlakukan.

Akhirnya, kendaraan yang turun terhalang dengan pemotor dari bawah.

Selain itu, bus pariwisata yang tiba-tiba mogok di tengah jalan saat hendak menuju ke atas semakin memperkeruh situasi. “One way ke bawah ini terhalang motor yang melambung.

Jadi kita stuck di sana, tidak bisa bergerak dan sudah tidak boleh turun. Nah, kita akhirnya baru bergerak dari jalan kecil ke jalan besar itu jam 12 tengah malam.

Itu masih macet parah,” tutunya, dikutip dari Kompas.com, Senin. 

Terjebak macet, kelaparan, dan gagal liburan

Macet di kawasan Puncak Bogor yang terjadi selama 17 jam membuat beberapa wisatawan mengaku harus menahan lapar hingga gagal berlibur.

Zainal melanjutkan, dia bersama keluarga berangkat ke Puncak hari Sabtu pukul 10 malam dengan harapan terhindar dari kemacetan.

Sayangnya, sejak di Tanjakan Selarong, Pasar Angin, dia terjebak macet dan akhirnya baru sampai di vila pukul 2.00 dini hari.

“Pas sampai vila ya istirahat, tidak keluar lagi karena macet parah. Boro-boro wisata ada juga wisata macet,” timpalnya.

 Kisah lainnya diungkapkan oleh wisatawan dari Jakarta bernama Jumar.

Dia bersama rombongan berangkat pulang dari arat Puncak Pass, Cianjur, Minggu pukul 15.00 WIB. Namun, mobil mereka tidak bisa bergerak hingga menjelang subuh.

“Dari kemarin ya sore, terus puncak kepadatannya itu malam sampai subuh tadi, banyak mobil berhenti mematikan mesin di sekitar Puncak Pass, Masjid Atta’wun. Mereka mematikan mesinnya karena sudah tidak bsia bergerak, baru pagi jam 8 bisa jalan,” tuturnya, dikutip dari Kompas.com, Senin.

Dia bercerita, di tengah kemacetan, banyak pengendara yang kelaparan dan akhirnya turun untuk membeli nasi goreng atau mi instan dari pedagang keliling yang berjualan di sepanjang jalur. 

Seorang wisatawan meninggal

 Parahnya kemacetan yang terjadi berjam-jam membuat wisatawan bernama Nimih asal Cipayung, Jakarta Timur meninggal dunia.

Kasat Lantas Polres Bogor, AKP Rizky Guntama mengatakan, wanita berusia 56 tahun itu merupakan satu dari rombongan yang akan berwisata ke Kawasan Agro Wisata Gunung Mas. Usai dari sana, almarhumah melanjutkan perjalanan menggunakan bus dan ketika itu kondisi jalan sedang padat.

Menurut pengakuan temannya, tiba-tiba Nimih mulai pusing, sesak napas, hingga mengelurkan busa dari mulutnya.

Dia pun segera dievakuasi ke dalam masjid yang ada di sekitar lokasi.

Namun, setibanya di masjid, Nimih meninggal dunia. Jasadnya kemudian dibawa oleh ambulans ke gerbang tol Jagorawi. 

Rizki mengungkapkan, penyebab kematian Nimih diduga karena penyakit bawaan dan bukan kemacetan.

“Setelah selesai mau dari argo wisata itu naik bus, pusing, mual. Jadi bukan karena evakuasi di Jalan, bukan, tapi ketika di evakuasi di masjid meninggal dunia,” kata dia. 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Penyebab Macet di Puncak Bogor hingga 1 Wisatawan Meninggal Dunia”, Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2024/09/16/191500665/penyebab-macet-di-puncak-bogor-hingga-1-wisatawan-meninggal-dunia?page=all.

Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram

Leave a comment