Depak Arsjad Rasjid dari Kadin, Siapa Sosok Anindya Bakrie?
Bisnis.com, JAKARTA – Nama Anindya Bakrie banyak dibicarakan setelah secara tiba-tiba terpilih sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri alias Kadin Indonesia.
Putra konglomerat sekaligus politikus Golkar, Aburizal Bakrie, itu terpilih sebagai Ketua Umum Kadin dalam sebuah drama Musyawarah Nasional Luar Biasa alias Munaslub yang berlangsung Sabtu kemarin.
Anindya Bakrie menyingkirkan sosok pengusaha Arsjad Rasjid, kompetitornya dalam pemilihan Ketua Umum Kadin di Munas Sulawesi Tenggara tahun 2021 lalu.
Baca Juga : Anindya Bakrie Jadi Ketum Kadin, Nasib Arsjad Rasjid di Tangan Jokowi
Penunjukan Anindya Bakrie sebagai Ketua Umum Kadin mendapat penolakan dari kubu Arsjad Rajid. Bos tambang batu bara itu menuding Munaslub yang memilih Anindya Bakrie tidak sah alias ilegal.
Profil Anindya Bakrie
Dalam catatan Bisnis, Anindya Novyan Bakrie yang kerap disapa Anin ini lahir di Jakarta pada 10 November 1974. Ia merupakan seorang pengusaha di berbagai bidang, dari teknologi, media, telekomunikasi, dan kini kendaraan listrik.
Baca Juga : : Ucapkan Selamat, Menkumham Restui Anindya Bakrie ‘Kudeta’ Arsjad Rasjid?
Mengikuti jejak sang kakek Achmad Bakrie dan ayahnya Aburizal Bakrie, dia serius menggeluti profesi sebagai pebisnis.
Namun, alih-alih mengambil jurusan ekonomi atau bisnis, Anindya mengenyam pendidikan di jurusan teknik industri Northwwestern University Illinois pada 1996. Dia kemudian mengambil gelar Master jurusan Global Mangement Immersion Experience di Stanford Graduate School of Business pada 2001.
Baca Juga : : Momen Anindya Bakrie dan Menkumham Tertawa Lepas di Acara Kadin Munaslub Jakarta
Tak langsung mengambil alih bisnis turunan dari sang ayah, Anin memulai kariernya dengan menjadi banker investasi di Salomon Brothers, Wallstreet Amerika Serikat pada 1996.
Hingga setelah krisis 1998, Aburizal Bakrie meminta Anindaya kembali ke Indonesia dan menjabat sebagai Deputi COO dan Managing Director di Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR).
Setelah menjajaki dunia telekomunikasi, pada 2002 Anindya masuk ke bisnis media, dengan masuk ke perusahaan Cakrawala Andalas Televisi, yang kini dikenal dengan ANTV.
Dia berperan dalam restrukturisasi utang ANTV sebilai Rp1,4 triliun, membuat penyesuaian konten dan program menjadi lebih ramah keluarga dan diisi dengan pertandingan sepak bola.
Pada 2003, Anindya juga ditunjuk sebagai Direktur dan CEO di PT Bakrie Telecom, penyedia jaringan CDMA terbesar di Indonesia pada saat itu.
Kemudian, kembali ke bidang media, pada 2007 Anindya membeli stasiun TV Lativi Media Karya dari Mantan Menteri Ketenagakerjaan, Abdul Latief. Dia kemudian menjabat sebagai Komisaris di stasiun tv tersebut, hingga mengubah namanya menjadi TV One. Stasiun TV ini kemudian difokuskan untuk menjadi portal berita.
Kendaraan Listrik
Pada 2018, Anindya yang sedang berolahraga di lingkungan kampusnya, di Stanford Univesity, California, Amerika Serikat, nyaris tertabrak oleh bus listrik. Karena kendaraan itu tidak mengeluarkan suara maupun bau asap kendaraan.
Dari sana, tercetus ide untuk membawa bus listrik ke Indonesia, dengan harapan bisa membawa perubahan dan menjadi pelopor kendaraan listrik di Indonesia.
Dia kemudian melakukan riset untuk mencari tahu asal-usul perusahaan bus listrik yang hampir menabraknya itu, yakni dari BYD Co Ltd. BYD ternyata merupakan raksasa kendaraan listrik asal China, yang turut mendapat aliran investasi dari investor ternama dunia, Warren Buffet.
Singkat cerita, dengan menduduki jabatan sebagai Komisaris di PT Bakrie Steel Industries, Anindya melakukan transformasi bisnis pada perusahaan yang didirikan oleh sang kakek dan mengubahnya menjadi PT VKTR Teknologi Mobilitas.
Anindya melalui VKTR mulai menjalin kerja sama dengan BYD sejak 2018 silam, dengan mengimpor bus listrik secara utuh (completely built up/CBU) untuk digunakan sebagai armada transportasi TransJakarta.
Perseroan saat ini masih mendatangkan bus tipe K-9 secara CBU langsung dari pabrik BYD di Shenzhen, China. Ke depan, VKTR juga akan mulai merintis proses pembangunan fasilitas perakitan di Indonesia untuk mulai merakit secara lokal (completely knock down/CKD) bus listrik BYD tersebut.
Selain bus listrik, perseroan juga memfokuskan penjualan truk listrik atau EV Truck dengan potensi pasar yang diproyeksikan akan terus bertumbuh. Oleh karena itu, segmen truk listrik juga diharapkan akan menjadi tulang punggung (backbone) penjualan perseroan.
PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham pada Senin, 19 Juni 2023.
Harga penawaran saham perdana VKTR ditetapkan di Rp100 per saham, dan VKTR menawarkan sebanyak-banyaknya 8,75 miliar saham baru dengan nominal Rp10 per saham. Jumlah saham ini mewakili 20 persen saham dari modal dan ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Alhasil, VKTR meraih dana IPO Rp875 miliar.
Baru sebulan melantai di Bursa, VKTR sudah melebarkan saya, menggandeng perusahaan manufaktur asal China, Suzhou Synland Technology Co Ltd. (Synland) untuk membangun pabrik konversi bus dan truk listrik.
Synland merupakan perusahaan original equipment manufacturer (OEM) tier 0.5, pemasok perusahaan solusi platform listrik sekaligus anak usaha Contemporary Amperex Technology Co, Limited (CATL) yang kini menjadi perusahaan baterai terbesar di dunia.