Informasi Terpercaya Masa Kini

Perlukah Jakarta Waspadai Potensi Ancaman Gempa Megathrust? Ini Kata BMKG

0 10

TEMPO.CO, Jakarta – Wilayah Jakarta dan sekitarnya bisa terkena dampak gempa megathrust bersumber di zona subduksi Selat Sunda dengan potensi kekuatan Magnitudo 8,7. Gempa ini memiliki dampak guncangan kuat dan tsunami di Banten, Lampung, Jakarta, dan Jawa Barat mencapai skala intensitas kuat hingga sangat kuat dan menimbulkan kerusakan ringan hingga sedang.

“Hasil pemodelan tsunami akibat gempa Mw8,7 di zona megathrust Selat Sunda menunjukkan bahwa tsunami dengan tinggi di atas tiga meter dapat terjadi dan dapat menjangkau pantai Jakarta sekitar dua jam setelah gempa,” kata Penanggung Jawab Tim Diseminasi Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Septa Anggraini dalam dialog Kesiapsiagaan Provinsi DKI Jakarta Terhadap Ancaman Gempa Bumi Megathrust di Gedung BPBD DKI Jakarta, Selasa, 10 September 2024.

Itu sebabnya, BMKG mengingatkan pentingnya investasi mitigasi terhadap kesiapsiagaan berbasis masyarakat dalam menghadapi potensi bencana gempa bumi megathrust di Jakarta.

“Ini perlu kita sikapi bagaimana kita menyiapkan mitigasinya, investasi mitigasi yang harus disiapkan, bukan menunggu korban,” katanya.

Investasi ini untuk mitigasi agar mengurangi korban dan risiko. “Itu pembelajaran yang diambil gempa megathrust,” kata Septa.Septa menyebutkan, BMKG bersama pemerintahan, akademisi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga terus menggencarkan kesiapsiagaan berbasis masyarakat melalui program “tsunami ready community”.Upaya tersebut untuk membentuk masyarakat yang siap terhadap ancaman bencana, khususnya bencana gempa megathrust.”Kita juga memulai tidak dari nol, kita juga menyiapkan kapasitas sesuai kebutuhan untuk kesiapsiagaan ini untuk membentuk masyarakat siap ketika menghadapi ancaman bencana,” katanya.

Ia mengakui, tidak ada jaminan bebas ancaman. “Tapi setidaknya dengan kita punya kapasitas kita siap ada modal untuk hadapi bencana,” ujar Septa.

Kenapa Jakarta Bisa Rentan

Menurut Septa, wilayah Jakarta secara fisiografi didominasi oleh kondisi dataran rendah dengan struktur tanah lunak. Jarak antara Kota Jakarta dan zona subduksi lempeng di selatan Jawa Barat sekitar 300 kilometer.

“Di Jakarta, semakin ke utara tanahnya semakin lunak dan makin tebal. Jika terjadi gempa di zona megathrust Mw8,7 maka sebagian besar wilayah Jakarta memiliki kerentanan sangat tinggi terhadap gempa,” kata Septa.

Di sisi lain, Septa menegaskan tidak ada yang bisa memprediksi kapan terjadi gempa. Bahkan, negara maju seperti Jepang pun tidak bisa memprediksi kapan gempa terjadi. “Sehingga, dengan sejarah gempa yang telah tercatat maka bisa menjadi pembelajaran bagi Indonesia untuk menata mitigasi ketika terjadi bencana,” katanya.

Adapun informasi potensi gempa megathrust, menurut Septa, bukan prediksi atau peringatan dini. Karena itu dia mengimbau agar masyarakat tidak mamaknai informasi secara keliru dan tetap beraktivitas seperti biasa.

BMKG juga akan terus memonitor dengan intensif aktivitas seismik di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Informasi potensi gempa dan tsunami juga merupakan upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa, apabila terjadi gempa kuat dan membangkitkan tsunami dengan skenario terburuk.

Berikutnya: Ini yang dilakukan BPBD Jakarta Hadapi Potensi Bencana

Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) DKI Jakarta memperkuat langkah-langkah strategis ke masyarakat terkait kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana gempa bumi megathrust di Jakarta. “Ini selalu menjadi prioritas dari kami bagaimana kita melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan. Langkah-langkah kita di Pemprov DKI Jakarta terkait dengan potensi gempa ini juga kami coba fokuskan,” kata Ketua Sub Kelompok Pencegahan BPBD DKI Jakarta, Rian Sarsono.

Dia berharap langkah-langkah strategis bisa mengurangi risiko bencana terutama gempa. Langkah tersebut, pertama melakukan perkuatan regulasi yang ada. Kedua, membangun budaya sadar bencana di masyarakat untuk kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana.

Apalagi, kata Rian, saat ini pembangunan infrastruktur di Jakarta semakin masif seperti transportasi Mass Rapid Transit (MRT) hingga Lintas Raya Terpadu (LRT) Jakarta dan perumahan partikel.

Khusus untuk gempa, BPBD DKI Jakarta juga membangun atau mewujudkan gedung tangguh bencana. Lalu, meningkatkan kapasitas dari pihak pemangku kepentingan terkait dalam merespons apabila terjadi bencana seperti gempa megathrust.

DKI Jakarta juga sudah memiliki Pergub 170 Tahun 2016 terkait dengan standarisasi rambu bencana dan manajemen gedung yang menitikberatkan terkait ancaman untuk banjir, kebakaran dan gempa bumi. Kemudian, dalam Pergub 1/ 2024 tentang Bencana dan Penanggulangan Bencana di DKI Jakarta juga berdasarkan kajian risiko yang memprioritaskan dari tiga ancaman tersebut.

Selain itu, BPBD DKI Jakarta saat ini menyusun rencana kontijensi (renkon) gempa berdasarkan informasi secara resmi dari BMKG terkait dengan potensi ancaman bencana yang berdampak merusak wilayah di DKI Jakarta.

Sumber-sumber gempa di sekitar Jakarta yang berpotensi berdampak di wilayah Jakarta di antaranya tiga dari sesar aktif. Yakni Sesar Baribis potensi kekuatan Magnitudo (M) 6,5, Sesar Lembang potensi M6,8 dan Sesar Cimandiri potensi M6,7. Selain itu, satu sumber gempa dari subduksi megathrust di Selat Sunda (Banten) dengan potensi M8,7.

Rian menjelaskan, pihaknya juga terus membangun budaya kesadaran dengan melakukan beberapa langkah-langkah edukasi peningkatan kapasitas, di antaranya dengan simulasi gempa di beberapa fasilitas publik seperti rumah sakit, satuan pendidikan, gedung pemerintahan, hingga kelompok-kelompok masyarakat yang sudah dilakukan sejak 2015.

Edukasi dan simulasi tersebut merupakan kegiatan prioritas dan rutin yang dilakukan oleh BPBD DKI Jakarta bersama komunitas penggiat kebencanaan dan seluruh pihak terkait di DKI Jakarta.

Rian berharap, masyarakat semakin cerdas dalam mengolah informasi terkait gempa megathrust dan tidak terlalu panik. Yang terpenting Pemprov DKI Jakarta bersama pihak terkait terus berupaya mengedukasi masyarakat demi terciptanya masyarakat tangguh bencana.

Menteri Sandiaga: Wisata Pantai Agar WaspadaMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno meminta kewaspadaan dan kehati-hatian terus ditingkatkan pada objek wisata di kawasan pesisir karena ada potensi ancaman gempa megathrust.

“Kami sudah berkoordinasi dengan BMKG. Potensi megathrust ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Indonesia,” kata Sandiaga di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.

Ia mempersilakan masyarakat untuk tetap berwisata, namun harus meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian. “Tetaplah berwisata, tetapi tetap harus memiliki kewaspadaan dan kehati-hatian,” katanya.

Ia menuturkan pemberian pelatihan kepada warga di kawasan pesisir juga dilakukan dalam upaya menghadapi berbagai potensi ancaman serta langkah-langkah mitigasi bencana.

Kementerian Pariwisata juga bekerja sama dengan Basarnas dalam menyiapkan pola-pola penyelamatan. “Tetaplah berwisata, berkegiatan ekonomi kreatif, namun kita sisipkan kewaspadaan dan kehati-hatian,” katanya.

Gempa megathrust merupakan gempa bumi yang berasal dari zona megathrust. Zona megathrust sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia.

Zona megathrust ialah istilah untuk menyebutkan sumber gempa yang berada di zona pertemuan antar-lempeng tektonik bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami.

Di Indonesia zona megathrust berada di zona subduksi aktif, seperti subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba, subduksi Banda, subduksi lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.

Pilihan Editor Banyak Disebut Lebih Baik dari Susu Sapi dalam Program Makan Bergizi Gratis, Apa Itu Susu Ikan ?

Leave a comment