Senyum Terakhir Nenek Maarten Paes,Sayang Tak Sempat Lihat Aksi Heroiknya untuk Timnas Indonesia
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA – Nama Maarten Paes sedang ramai diperbincangkan masyarakat Indonesia.
Hal itu karena penampilan gemilangnya bersama Timnas Indonesia saat menghadapi Arab Saudi dan Australia.
Di debutnya untuk Timnas Indonesia, Maarten Paes bahkan mementahkan tendangan penalti pemain Arab Saudi.
Sementara tadi malam, Selasa (10/9/2024), Maarten Paes kembali tampil gemilang menahan gempuran para pemain Australia.
Kiper FC Dallas itu sebenarnya sudah dinaturalisasi sejak Maret 2024 silam.
Namun, urusan dengan FIFA membuat dia baru bisa membela Timnas Indonesia bulan September ini.
Baca juga: 5 Kali Lebih Penyelamatan Maarten Paes Bikin Timnas Indonesia Paksa Australia Main Imbang
Maarten Paes sebenarnya tak memilik darah Indonesia sedikitpun.
Dia berhubungan dengan Indonesia karena neneknya adalah wanita Belanda yang lahir di Kota Pare, Jawa Timur.
Nama nenek Maarten Paes ini adalah Nel Appels-van Heyst.
Nenek Nel Appels lahir pada 20 Maret 1940.
Sementara kakek dan nenek buyut Maarten Paes adalah orang asli Belanda yang tinggal di Hindia Belanda.
Orang Eropa berdarah murni yang lahir di Indonesia atau Hindia Belanda ini biasanya disebut dengan Blijvers.
Jadi, bisa dipastikan bahwa Maarten Paes tak memiliki darah Indonesia asli atau murni bule.
Sebagai seorang Blijvers, nenek Maarten Paes berperan besar dalam naturalisasi cucunya.
Hal ini diungkapkan sendiri oleh kiper FC Dallas itu.
Nel Appels-van Heyst sendiri meninggal sebelum Maarten Paes memperkuat Timnas Indonesia.
Maarten Paes menuturkan momen-momen percakapan terakhir, sebelum sang nenek meninggal dunia.
Di situ Maarten Paes sempat tertegun ketika sang nenek tersenyum bangga soal keputusan naturalisasi dirinya.
“Menjadi bagian Timnas Indonesia merupakan sebuah kehormatan,” ujar Maarten
“Terlebih kepada nenek saya, yang meninggal sekitar bulan lalu,” lanjut pemain 25 tahun itu.
Ya, Maarten Paes sangat dekat dengan mendiang sang nenek.
Ia pun menuturkan bagiamana perasaan sang nenek ketika dirinya menjalani proses naturalisasi.
“Saya sangat dekat dengannya,” kata Maarten Paes.
“Di percakapan terakhir kami membicarakan hal ini (soal naturalisasi -red),” lanjut pemain keturunan Kediri itu.
“Saya melihat senyum dari wajahnya.”
Oleh sebab itu, Maarten Paes merasakan hal spesial saat tiba di Indonesia untuk ucap sumpah WNI pada Selasa (30/4/2024) lalu.
Kiper berusia 25 tahun ini menganggap bahwa Indonesia merupakan rumah kedua baginya.
“Jadi ketika saya berada di Indonesia kemarin, itu adalah perasaan yang istimewa.”
“Sama seperti rumah kedua bagi saya,” kata Paes.
Paes mengungkapkan sang nenek sempat tinggal di Indonesia selama 5-6 tahun. Sayangnya, neneknya saat itu menjadi korban Perang Dunia II.
Selama perang, dia kehilangan ibunya dan terpaksa hidup di kamp pengungsian.
“Dia pernah tinggal selama empat sampai lima tahun di Indonesia,” kata Maarten Paes, dilansir melalui Instagram FC Dallas (2/5/2024).
“Namun saat PD II bergejolak, dia akhirnya mengungsi hingga pulang ke Belanda,” sambung Maarten Paes.
Emosi Maarten terasa mendalam saat dia mengingat kembali perjuangan neneknya.
“Dia selalu berbicara dengan hormat tentang Indonesia, tempat dia memiliki kenangan masa kecil yang bahagia sebelum perang merenggut semuanya.”
Pada saat Perang Dunia II terjadi, dan keluarga neneknya berada di kamp isolasi, mama dari neneknya (buyut Maarten) meninggal dunia.
Akan tetapi, sang nenek kini sudah tiada. Walau begitu, Maarten masih mengingat jelas momen kebersamaan dengan neneknya.
Semasa hidupnya, sang nenek ternyata kerap memasakkan makanan untuk Maarten.
“Saya sangat-sangat dekat dengannya. Dia yang memasakkanku. Dia bahkan mengajariku cara memasak,” kenang Maarten.
Bangga saat Paes Putuskan Pilih Indonesia
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Sosok Nenek Maarten Paes Kiper Timnas Indonesia, Blijvers Kelahiran Kediri, Korban Perang Dunia II, https://jatim.tribunnews.com/2024/09/11/sosok-nenek-maarten-paes-kiper-timnas-indonesia-blijvers-kelahiran-kediri-korban-perang-dunia-ii?page=all.