Pemasangan Chattra di Candi Borobudur, Sandiaga Lihat Peluang untuk Wisata Religi
JAKARTA, KOMPAS.com – Pemasangan chattra (penutup berbentuk payung) di stupa induk Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, sedang ramai dibicarakan. Bahkan, sampai tersebar tagar Pray for Borobudur di media sosial.
Sebab, pemasangan chattra dikritik oleh para arkeolog yang meragukan keasliannya. Di sisi lain, Presiden Joko “Jokowi” Widodo direncanakan meresmikan chattra pada Rabu (18/9/2024), sebagaimana dilaporkan oleh Kompas.com, Rabu (9/8/2024).
Baca juga: 75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024
Menanggapi isu tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyampaikan, pemasangan chattra sudah direncanakan lama. Terkait hal itu, akan ada rapat koordinasi tingkat menteri, dengan arahan dari Presiden Jokowi.
“Pemasangan chattra itu oleh Kementerian Agama diusulkan sebagai bagian daripada penyempurnaan Borobudur sebagai destinasi wisata spiritual. Kami tentunya di aspek pariwisatanya melihat peluang luar biasa dari wisata religi, (wisata) spiritual di Borobudur,” jelas Menparekraf saat ditemui di Jakarta Barat, Selasa (10/9/2024).
Baca juga: 5 Tempat Wisata Dekat Candi Borobudur di Magelang, Ada Spot Sunrise
Ia melanjutkan, hal tersebut dikarenakan pihaknya menargetkan pemeluk agama Buddha di Asia Tenggara.
Sebagai informasi, dikutip dari laman Pew Research Center tahun 2023, sedikitnya 70 persen orang dewasa di Kamboja, Sri Lanka, dan Thailand memeluk agama Buddha.
“Masukkan-masukkan terus kita terima dan kita pasti menangkap aspirasi dari masyarakat dan mengutamakan penghormatan terhadap aspek keagamaan, tapi tentunya kita juga melihat bagaimana nanti diputuskannya ke depan karena Borobudur ini destinasi super prioritas, sudah di titik akhir sebelum kita semuanya sudah lengkap,” terang Sandiaga.
Ia menambahkan, infrastruktur di Candi Borobudur juga sudah lengkap.
“Apa pun yang akan nanti diputuskan kita yakin Borobudur bisa menarik sampai dengan dua juta wisatawan mancanegara dalam lima-10 tahun ke depan,” lanjut Sandiaga.
Baca juga: 7 Hotel di Magelang Dekat Candi Borobudur, mulai Rp 350.000
Polemik pemasangan chattra di Candi Borobudur
Kabar pemasangan chattra di stupa tertinggi Candi Borobudur sebenarnya sudah beredar sejak Juli 2023.
Dilaporkan oleh Kompas.com, Jumat (21/7/2023), pada waktu itu Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menuturkan, chattra Borobudur dipasang guna menambah daya tarik kunjungan wisata ke daerah itu.
Adapun chattra Borobudur disimpan di Museum Karmawibhangga Taman Wisata Candi Borobudur.
“Tadi disepakati bahwa chattra Borobudur akan segera dipasang. Ini menjadi kabar baik bagi umat Buddha dan menjadi daya tarik bagi wisatawan dunia,” kata Yaqut, Jumat (21/7/2023)
Dilansir dari Kompas.com, Sabtu (29/7/2023), usulan pemasangan ini juga dibahas dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengembangan Lima DPSP (Destinasi Pariwisata Super Prioritas) pada Jumat (21/7/2023).
Hal tersebut disetujui oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Panjaitan, Menparekraf Sandiaga Uno, dan Gubernur Jawa Tengah waktu itu Ganjar Pranowo.
Sebagai informasi, chattra Candi Borobudur ditemukan saat proses pemugaran yang dipimpin Theodoor Van Erp tahun 1907-1911. Diduga chattra pernah terpasang di Candi Borobudur.
Masih perlu kajian mendalam
Menurut Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Marsis Sutopo, permintaan pemasangan chattra di Candi Borobudur juga sebelumnya sudah ada pada tahun 2009 dan 2018.
Usai kajian, diputuskan bahwa chattra tidak layak dipasang, sebagaimana dilaporkan oleh Kompas.com, Senin (14/8/2023), dan Tribun Jogja.
Marsis menyampaikan, butuh kajian mendalam guna mengetahui keaslian chattra Candi Borobudur.
Hal ini karena chattra diduga bersumber dari tiga masa yang berbeda yaitu batu asli pada abad kedelapan, batu pengganti pada masa pemugaran van Erp (1907), dan batu ketika pemugaran tahun 1973.
Baca juga: Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur
Sementara itu, Arkeolog di Museum Cagar dan Budaya Unit Warisan Borobudur atau MCB (dulu Balai Konservasi Borobudur), Hari Setyawan menyampaikan, kajian tim arkeolog Balai Konservasi Borobudur tahun 2018 juga tidak merekomendasikan chattra dipasang di stupa induk.
“Ada masalah besar pada struktur chattra yaitu (terkait) keaslian bentuk, material, tata letak, teknik pengerjaan,” kata Hari, dikutip dari Kompas.com, Selasa (11/9/2023).
Chattra yang ada saat ini adalah hasil rekonstruksi Van Erp dan tersusun dari 50 buah batu. Sekitar 42 persen dari penyusun chattra terdiri dari batu asli penyusun struktur bangunan keagamaan pada abad ke-9 dan 10 Masehi.
Hal itu berarti bukan batu asli Candi Borobudur, sedangkan sisanya batu sisa buatan van Erp dan batu baru.
“Van Erp memanipulasi balok batu yang ada pada struktur dinding, pagar langkan, kemuncak, selasar, dan sebagainya. Dia pahat sesuai dengan gambaran dia yang disamakan dengan panel relief di Candi Borobudur,” jelas Hari.
Sementara itu, Direktur Kebijakan Pembangunan Manusia, Kependudukan, dan Kebudayaan Badan Riset dan Inovasi Nasional, Anugerah Widiyanto baru-baru ini menyampaikan, tim khusus yang dibentuk untuk mengkaji pemasangan chattra memutuskan tidak menggunakan chattra hasil rekonstruksi van Erp pada 1907-1911 itu.
“Kami hilangkan tiga tingkat dari belasan tingkat,” kata Anugerah, dilansir dari Kompas.com, Jumat (9/8/2024).
Baca juga: Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion