Informasi Terpercaya Masa Kini

Sosok Tu Sop,Bacawagub Aceh yang Meninggal Dunia di Jakarta,Pemakamannya Diiringi Lautan Manusia

0 4

TRIBUNJABAR.ID – Kabar duka datang dari bakal calon Wakil Gubernur Aceh, Tgk Muhammad Yusuf A Wahab (Tu Sop) yang meninggal dunia pada Sabtu (7/9/2024).

Tu Sop menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit Brawijaya Tebet, Jakarta, pukul 09.00 WIB.

Almarhum diketahui mengalami kelelahan sehingga sempat dirawat di RSUD Zainoel Abidin.

Di tengah kepadatan aktivitasnya, Tu Sop pun sempat mengeluhkan sakit lagi hingga akhirnya dibawa ke Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Kepergian ulama ini pun meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, santri, hingga tokoh lainnya di Aceh.

Ia dimakamkan di halaman Dayah Babussalam, Al Aziziyah, Kecamatan Jeunib, Bireuen, Aceh, pada Minggu (8/9/2024).

Proses pemakaman itu pun diiringi “lautan” manusia yang mengantar almarhum menuju peristirahatan terakhirnya.

Lantas, siapakah sosok Tu Sop?

Baca juga: Tsabita Sabet Emas, Jabar Masih Memimpin Raihan Medali PON XXI Aceh- Sumatra Utara

Sosok Tu Sop

Dilansir dari Serambinews, Tgk Muhammad Yusuf atau Tu Sop adalah ulama asal Aceh.

Ia lahir di Desa Blang Me Barat, Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireun, Aceh pada tahun 1964.

Tgk Muhammad Yusuf merupakan putra Tengku H Abdul Wahab bin Hasballah dan Hj Zainab binti Muhammad Shaleh.

Ia memiliki empat saudara, yakni Hj Hasanah (istri pimpinan Dayah Asasul Islamiah, Perlak), Tgk H. M. Hasan A Wahab (pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Putri, Jeunieb) dan Hj Halimah (istri pimpinan Dayah Darussalamah Al-Aziziyah, Jeunieb).

Tu Sop sempat mengemban amanah sebagai Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2018-2023.

Sejak kecil, Tengku Muhammad Yusuf atau To Sop besar di lingkungan kalangan agama.

Ia menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Jeunieb pada tahun 1970

Setelah itu, Tu Sop melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Jeunieb pada tahun 1976

Saat duduk di bangku SMP, Tu Sop aktif memperdalam pengetahuan dasar Islam di Dayah Darul Atiq Putra Jeunieb.

Lulus dari SMP, Tu Sop melanjutkan pendidikan di Dayah MUDI Mesra, Mideun Jok, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen.

Kemudian, Tu Sop merantau ke Mekkah, Arab Saudi, untuk melanjutkan studinya.

Di sana, ia menimba ilmu langsung daru Syeikh Sayed Muhammad Ali, seorang ulama sufi Mekkah bermazhab Maliki.

Setelah empat tahun menempuh pendidikan agama di Mekkah, Tu Sop kembali ke Aceh.

Baca juga: Hasil PON XXI Aceh Sumut 2024: Sepak Bola Jabar Imbang Lawan Sulsel, Pelatih Singgung Soal Cuaca

Ia kemudian mengabdikan dirinya di Dayah MUDI Mesra.

Pada pertengahan tahun 2001, ia resmi memimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Kecamatan Jeunieb, Bireuen.

Kepemimpinannya itu melanjutkan tongkat estafet dari sang ayah, yang juga dikenal sebagai pemuka agama di Bireun.

Pada tahun 2016 mulai terjun ke dunia politik di Aceh, alasannya  karena permintaan masyarakat untuk memperbaiki ummat dan Kabupaten Bireuen ke arah yang lebih baik lagi.

Tu Sop mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Bireuen periode 2017-2022.

Semasa hidupnya, Tu Sop tak hanya menjabat sebagai Ketua HUDA dan memimpin secara aktif Dayah Babussalam Al-Aziziyah di Jeuneib.

Tapi Tu Sop juga menjadi Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) yang fokus pada gerakan sosial.

Sebagai Imam Besar di BMU, Tu Sop menjadi tokoh penting sebagai penggerak roda organisasi sosial ini.

Selain bidang sosial, Tu Sop juga aktif mengisi pengajian di berbagai tempat lintas kabupaten dan provinsi.

Guru yang Berdedikasi

Di mata muridnya, Tu Sop merupakan guru yang berdedikasi.

Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali atau disapa Abu Faisal.

Abu Faisal merupakan murid Tu Sop selama 10 tahun ketika masih menimba ilmu di Pesantren Mudi Mesra.

Menurut Abu Faisal, Tu Sop adalah sosok guru yang disiplin dalam mendidik muridnya.

Setelah tidak lagi di pesantren, Abu Faisal masih kerap mengikuti setiap kegiatan bersama almarhum.

“Mulai dari masih di Samalanga hingga beliau memimpin pesantren dan saya di Banda Aceh, setiap langkah kegiatan yang beliau lakukan insyaallah saya ada bersama beliau, termasuk sebelum meninggal dunia beberapa hari lalu,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com.

Bagi Abu Faisal, Tu Sop adalah sosok ulama muda memiliki banyak ide dan gagasan.

Meski tidak semua sependapat, ia tetap berkomitmen menjalankan program yang telah digagas.

Abu Faisal mencontohkan, seperti menggagas sebuah usaha Yadara (Yayasan Dayah Bersaudara) untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pesantren.

“Hal itu tidak bisa dilupakan dan sangat berkesan, beliau memberikan gagasan-gagasan untuk menghasilkan sesuatu itu yang memang tidak bisa kita tebak secara zahir,” ungkapnya.

Contoh lainnya, seperti menggagas Training of Trainer (ToT) bagi pendakwah di tingkat kampung, dan itu berhasil terlaksana.

“Beliau menganggap hal ini harus dimulai dari kampung. Ini sesuatu yang sulit bagi kami, terutama sekali untuk mengikuti ide-ide cemerlang dari Ayah Sop (panggilan Tu Sop),” tuturnya.

Abu Faisal mengaku bertemu bertemu langsung dengan Tu Sop terakhir kali seminggu lalu.

Sementara komunikasi terakhir via telepon pada Jumat (6/9/2024) sebelum berangkat ke Jakarta.

“Beliau minta izin pergi ke Jakarta mau berobat. Saya bilang silahkan ayah pergi, nanti setelah pulang kita duduk kembali. Tidak ada pesan-pesan apapun, beliau hanya melaporkan akan pergi ke Jakarta untuk berobat,” kenang Abu Faisal.

(Tribunjabar.id/Rheina) (Serambinews.com/Amirullah) (Kompas.com/Zuhri Noviandi)

Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.

Leave a comment