Paus Fransiskus: Ada Masanya Iman kepada Allah Dimanipulasi untuk Perpecahan
Paus Fransiskus menilai keterikatan Tuhan dan manusia harusnya tidak boleh terpisahkan. Namun yang terjadi, manusia kerap memanipulasi keimanannya.
Hal itu disampaikan Paus dalam pidatonya saat bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (4/9).
“Dalam konteks-konteks lainnya, masyarakat percaya bahwa mereka dapat atau boleh mengabaikan kebutuhan untuk memohon berkat Allah, menilainya sebagai sesuatu yang dangkal bagi manusia,” kata Paus.
“Sebaliknya, mereka memajukan usaha-usaha mereka sendiri, tapi kerap kali hal ini mengantar mereka kepada pengalaman frustrasi dan kegagalan,” sambungnya.
Paus Fransiskus menambahkan, kemunafikan justru banyak ditemukan di dunia. Padahal hal itu bisa mengancam perdamaian.
“Meski demikian, ada masa-masa ketika iman kepada Allah terus menerus diletakkan di garis depan, tapi sayangnya dimanipulasi untuk menciptakan perpecahan dan meningkatkan kebencian,” ujarnya.
“Dan bukan untuk memajukan perdamaian, persekutuan, dialog, rasa hormat, kerja sama dan persaudaraan,” imbuh dia.
Kata Paus, kadang-kadang, ketegangan-ketegangan dengan unsur kekerasan timbul di dalam negara-negara karena mereka yang berkuasa ingin menyeragamkan segala sesuatu dengan memaksakan visi mereka.
Bahkan dalam hal-hal yang seharusnya diserahkan kepada otonomi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berkaitan.
“Terlebih, terlepas dari kebijakan-kebijakan yang mengesankan, terdapat juga kurangnya komitmen sejati yang berorientasi ke depan untuk menerapkan prinsip-prinsip keadilan sosial,” kata dia.
“Akibatnya, sebagian besar umat manusia terpinggirkan, tanpa sarana untuk menjalani hidup yang bermartabat dan tanpa perlindungan dari ketimpangan sosial yang serius dan bertumbuh, yang memicu konflik-konflik yang parah,” tutupnya.